Minggu, 14 Februari 2016

BUDAYA KORUPSI (KAJIAN HISTORIS)

Oleh
Deden Wahyudin, M.Pd



Mendengar kata “Korupsi” untuk sebagian  masyarakat tidak aneh lagi bila terjadi negara yang tercinta ini. Hal ini bukan tanpa alasan, karena setiap harinya masyarakat disuguhkan oleh  pemberitaan di media elektronik dan cetak tentang korupsi yang tidak ada henti-hentinya. Pemberitaan yang saling berganti-ganti di media masa yang mengangkat headline kasus korupsi di berbagi instansi negara  untuk sebagian orang tidak perlu merasa aneh atau sekedar merasa syok  ketika mendengar kemenculan kasus-kasus tersebut. Korupsi seakan menjadi sebuah keharusan yang harus diakui keberadaanya di negara kita, pendapat ini berangkat ketika sebuah peraktek korupsi yang dijalankan diberbagai bidang atau sektor muncul dan  seakan tidak ada sebuah kontrol sosial untuk menekan kemunculnya. Di lain pihak kita semua sering tidak menyadari praktik ini, bahkan kita pun sering memberi tanggapan yang manganggap hal ini sebuah kelaziman yang dianggap lumrah. Suatu kebiasan, seperti kebiasaan praktik korupsi, sekalipun sekedar sebuah korupsi kecil-kecilan bila dianggap lumrah atau dianggap hal biasa, bila dibiarkan akan memunculkan suatu persepsi atau pandangan yang mengatakan “itu hal biasa”. Bila sudah muncul persepsi atau pandangan seperti itu, itu menunjukan kemorosotan pola pikir dalam menanggapi kasus korupsi itu sendiri.
Tanpa harus menguraikan apa itu pengertian korupsi, penulis menggaris bawahi bahwasannya praktek korupsi itu adalah sebuah praktek dimana seseorang atau kelompok menyalahgunakan wewenang atau bisa kita lebih persempit yaitu penyalagunaan materi (uang) yang sebenarnya uang itu bukan haknya dan digunakan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Hal ini tidak bisa kita nafikan, korupsi yang semakin merajalela di negara yang kita cintai ini merupakan sebuah fenomena yang diibaratkan sebagai sebuah snowball (bola salju) yang artinya semakin ke sini semakin menjadi- jadi. Bila kita lihat dalam pemberitaan baik itu pemberitaan media elektronik atau media cetak seperti berita yang sedang hangat-hangatnya sekarang ini yaitu di mana KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang berhasil mengungkap praktek korupsi di Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang sebagai tersangka utamanya adalah menterinya sendiri yaitu Jero Wacik. Selain berhasil mengungkap kasus tersebut, sebelumnya KPK juga berhasil mengungkap kasus korupsi yang terjadi di Kementrian Agama yang menjerat Menteri Agamanya sendiri yaitu Suryadharma Ali. Melihat kasus kasus tersebut, kita bisa menyimpulkan sementara bahwa kasus korupsi di Indonesia bukan karena orang yang korup itu orang yang nota bene kekurangan dari segi materi, akan tetapi praktek tersebut merupakan sebuah keserakahan seorang manusia semata. Hal ini terjadi karena ada anggapan bahwa korupsi sebagai sebuah hal yang biasa dan bisa dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kesempatan untuk melakukannya.
Sebuah Ilustrasi Budaya Korupsi
Menelik fenomena kasus korupsi yang sering terjadi dewasa ini, di benak kita muncul sebuah pertanyaan, apakah korupsi ini sebuah budaya yang sudah mengakar dalam diri dan mental karakter masyarakat Indonesia atau memang sebuah hal yang spontanitas dilakukan karena ada ruang dan kesempatan?. Bila kita tarik kebelakang melihat rangkaian sejarah masyarakat Indonesia, mulai dari masuknya pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Nusantara sampai masa sekarang ini jelas ada kaitan dan ada sebuah benang merah yang berkorelasi dengan kebiasaan-kebiasan yang dilakukan sebagian masyarakat di zaman sekarang ini. Seperti halnya sisa-sisa mental dan karakter yang ditanamkan  masa penjajahan bangsa Eropa, khususnya Bangsa Belanda yang kurang lebih melakukan kolonialisme dan imperialisme selama 3,5 abad, jelas masih bisa kita rasakan pengaruhnya sampai sekarang ini, contohnya seperti budaya feodalisme yang masih terasa kental di kehidupan sosial masyarakat Indonesia sekarang. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa masalah korupsi dewasa ini memiliki ketekaitan dengan rangkaian sejarah bangsa Indonesia yang ketika itu memang masih di bawah belenggu Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Eropa khususnya masa penguasaan Kerajaan Belanda. Kolonialisme Belanda di Nusantara diawali dengan mendirikan sebauah Kongsi Dagang yaitu VOC (Verrenigde Oost Indishe Compagnie). Kaitan dengan itu, sebenarnya praktek korupsi sudah lama dilakukan di Indonesia semenjak zaman dulu ketika bangsa Indonesia di bawah penguasaan kongsi dagang VOC. Dengan begitu, jelas terlihat bahwa praktek korupsi yang terjadi dewasa ini merupakan sebuah proses pembudayaan (proses enkulturisasi) yang masif yang dicontohkan oleh para pegawai VOC yang ketika itu melakukan praktik monopoli rempah-rempah di Nusantara. Tugas awal dari VOC itu sendiri adalah melakukan perlindungan terhadap pedagang-pedagang Belanda yang melakukan praktik monopoli rempah-remah dan yang lebih luas tugasnya adalah melakukan perlindungan terhadap para pesaing-pesaing dari bangsa lain yang mempunyai misi yang sama yaitu mendapatkan rempah-rempah seperti bangsa Spanyol dan Portugis. VOC dalam praktiknya sangat berpengaruh ketika itu, karena VOC mempunyai hak istimewa yaitu (Hal Octroi) yang diberikan oleh Kerajaan Belanda, yang akhirnya VOC bergerak lebih jauh di luar batas kewenangannya. Dengan kondisi seperti itu, VOC bak sebuah negara di dalam negara.  Selanjutnya berbagai godaan yang muncul yang menghampiri pegawai-pegawai VOC untuk melakukan korupsi semakin kuat. Hal ini karena memang VOC merupakan kongsi dagang yang banyak menghasilkan keuntungan dan selalu mendapatkan uang kas yang banyak dari hasil monopoli perdagangan rempah-rempah, tetapi di sisi lain gaji para pegawai-VOC  yang ketika itu relatif sangat minim sehingga menimbulkan adanya motivasi untuk melakukan korupsi.
Berbanding terbalik dengan pandangan di atas, sejarawan Belanda. J.S Furnivall dalam bukunya Hindia Belanda menyatakan bahwa Belanda atau Hindia Belanda terbebas dari praktik korupsi. Pernyataan tersebut sebenarnya bisa dimaklumi karena terpengaruhi subjektifitas dalam diri penulis itu sendiri. Dia seorang kebangsaan Belanda yang berusaha menulis tentang Hindia Belanda, pastinya menggunakan perspektif Nedherlanse Centris¸ artinya sudut pandang penulis bahwa Belanda berada dipihak yang benar. Terlepas dari pandangan J.S Furnivall di atas,  jelas ada keyakinan bahwa praktik korupsi yang dilakukan oleh para pegawai VOC memang benar adanya. Sebuah keserakahan para pegawai VOC yang terjadi ketika itu dengan melakukan korupsi secara besar-besaran mengakibatkan kongsi dagang tersebut mengalami kebangkrut. Secara diakronik jelas terlihat bahwa praktik korupsi yang terjadi dewasa ini, berakar dari sebuah praktik korupsi di zaman dulu yang dilakukan para pegawai VOC , Perlu diketahui juga bahwa tidak semua pegawai VOC ketika itu orang Belanda semua, akan tetapi banyak juga orang pribumi (inlander) yang diangkat sebagai pegawai VOC. Sebuah enkulturisasi yang bersifat negatif ini, ternyata masih direkam oleh masyarakat Indonesia sampai sekarang ini, yang akhirnya praktik korupsi itu sendiri yang dianggap sebuah kebiasaan yang lumrah yang melakat dalam diri masyarakat, menyebabkan susah untuk dihentikan. Mental dan karakter masyarakat kita yang terlanjur biasa dengan praktik-praktik tersebut menyebabkan sebuah ganjalan besar untuk merekontruksi ulang mental karakter manusia untuk lebih bersih terlepas dari bayang-bayang keserakahan yang sudah masif itu. Dengan begitu, hal ini bisa dikatakan bukan sebuah perilaku yang muncul dengan sendirinya pada masa dewasa ini, akan tetapi sudah terjadi sejak lama sebagai prototype-nya adalah praktik korupsi yang dicontohkan oleh pegawai VOC. Prototypeini menjadi akar yang kuat yang sangat sulit sekali untuk diangkat dan dibersihkan sampai ke ujung-ujungnya.
Berangkat dari pernyataan di atas, bahwa pekerjaan rumah bagi kita dalam rangka menghilangkan budaya korupsi di negara ini adalah dengan cara mengubah pola karakter, mentalitas, budaya bangsa. Namun, secara teoritis hal ini mudah untuk diucapkan, akan tetapi untuk tataran implementasinya, jelas butuh waktu yang panjang untuk mengubahnya. Menyadari hal ini, pemerintah merespon cepat menanggapi budaya korupsi yang terlanjur melekat dan menjadi sebuah budaya yang dianggap laten. Tanggapan pemerintah ini terlihat ketika pemerintah menggadang-gadang  sebuah pola pendidikan karakter, yang artinya pola pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang harus menekankan pola pembentukan karakter-karakter yang baik. Pencanangan pendidikan karakter ini merupakan sebuah revolusi besar dalam dunia pendidikan itu sendiri. Kurikulum yang menekankan pada penggalian  ranah kognitif  (pengetahuan) semata ternyata tidak lagi relevan untuk masa sekarang karena kehidupan sekarang tidak hanya memerlukan bekal sebuah pengetahuan saja yang tercermin dalam pola intelektual manusia, akan tetapi lebih penting lagi manusia itu mempunyai rasa religious atau tataran rasa (hati) yang peka terhadap kondisi sekeliling. Tanggapan ini dipertajam lagi oleh pemerintah khususnya di dalam dunia pendidikan dengan digulirkannya konsep kurikulum yang tersusun di dalam kurikulum 2013 untuk dipersekolahan. Berdasarkan konsep pola pendidikan di dalam Kurikulum 2013, jelas bahwa setiap siswa atau peserta didik harus mempunyai kompetensi kelulusan yang menjadi standar yang sudah ditetapkan pemerintah. Tuntutan pemerintah yang penulis anggap tidak terlalu muluk-muluk ini  bisa dilakukan oleh peserta didik dengan tidak terlalu merasa dibebani. Adapun kompetensi kelulusan yang tersurat di dalam kurikulum 2013 disebut kompetensi inti. Kompetensi inti pertama yang ditentukan pemerintah tersebut adalah kompetensi religious atau tataran rasa (hati), kompetensi inti kedua adalah kompetensi sosial, kompetensi ketiga adalah pengetahuan (Kognitif), dan terakhir kompetensi inti keterampilan (Psikomotor). Jelas dengan melihat posisi kompetensi yang ditetapkan pemerintah yang menempatkan aspek religious sebagai kompetensi inti yang diposisikan dipoisisi pertama merupakan sebuah harapan, bahwa kompetensi inti ini bisa membantu membangun mentalitas dan karakter peserta didik yang diharapkan bisa memutus mata rantai khususnya budaya korup pada generasi berikutnya. Itulah salah satu upaya pemerintah yang untuk menghilang budaya korup yang dianggap sebagai budaya yang masif . Dengan mengambil pembelajaran dari cerita keruntuhan VOC, sebetulnya kita bisa bercermin dari pengalaman korupsi di masa lalu yang  dilakukan oleh para pegawai VOC yang ketika itu mereka berlomba-lomba melakukan praktik korupsi yang akhirnya hal itu menjadi penyebab sebuah kehancuran terhadap lembaga VOC itu sendiri. Bila praktik- praktik korupsi di negara kita dibiarkan juga seperti itu, jelas akan ada istilah "sejarah berulang" walaupun dalam konteks yang berbeda, artinya tidak menutup kemungkinan juga negara kita bisa hancur akibat keserakahan -keserakah yang dilakukan oleh para koruptor. Dengan begitu, selalu belajarlah dari pengalaman-pengamalan masa lalu artinya dengan bercermin ke kehidupan di masa lalu itu, kita akan senantiasa bersikap lebih bijaksana  dan arif dalam melangkah di masa sekarang terlebih di masa yang akan datang . Sesuai dengan filosofi yang di pegang oleh orang Yunani  “Historia Vitae Magistra”, Pengalaman merupakan guru yang terbaik bagi manusia. Sejalan dengan filosofi diatas, Soekarno juga pernah mengungkapkan suatu konsepsi yang di sebut " JASMERAH" Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Alangkah bijaknya hidup kita bila selalu berpedoman pada pengalaman-pengalaman di masa lalu, guna dijadikan pijakan hidup kita di masa sekarang terlebih di masa yang akan datang.

Rabu, 10 September 2014

Peranan K.H. Usman Dhomiri Dalam Pengembangan Tarekat Tijaniyah 1930-1955

  Oleh 
Deden Wahyudin, M.Pd

K.H. Usman Dhomiri berperan dalam menyebarkan dan mengembangkan Tarekat Tijaniyah di Cimahi bahkan sampai ke beberapa daerah lain di Jawa Barat. Walaupun tidak ada data yang menyebutkan jumlah pengikut Tarekat Tijaniyah antara tahun 1930-1955, namun wilayah penyebaran para wakil talqin dan mubaligh menjadi salah satu indikasi sejauh mana luas pengaruh K.H. Usman Dhomiri dalam penyebaran Tarekat Tijaniyyah.
K.H. Usman Dhomiri menyebarkan Tarekat Tijaniyyah karena terikat pada kewajiban yang berkaitan dengan statusnya dalam struktur kepemimpinan Tarekat Tijaniyyah. Kedudukan K.H. Usman Dhomiri yang mula-mula berkedudukan sebagai badal/mubaligh, kemudian menjadi khalifah al-mursyid, sampai akhirnya K.H. Usman Dhomiri menduduki posisi puncak dalam hierarki kepemimpinan Tarekat Tijaniyah sebagai mursyid. Semakin tinggi kedudukannya, maka semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk mengembangkan Tarekat Tijaniyah. Semakin tinggi kedudukannya dalam struktur kepemimpinan Tarekat Tijaniyah, semakin besar pula peranannya dalam menyebarkan dan mengembangkan Tarekat Tijaniyah.
Cara dan pola yang dilakukan oleh K.H. Usman Dhomiri dalam menyebarkan Tarekat Tijaniyyah menunjukkan ketidaksamaan dengan cara dan pola yang dilakukan sebagian besar kiai tarekat di Indonesia. Untuk mencapai kedudukan yang kuat, mula-mula ditariknya kiai-kiai pemimpin pondok pesantren. Melalui cara demikian maka kegiatan tarekat akan lebih mudah diterima oleh segala kalangan. Di sisi lain bergabungnya kiai-kiai pemimpin pondok pesantren membuat orang-orang dari lapisan bawah lebih mudah untuk ditarik mengikuti ajaran Tarekat Tijaniyah. Ditariknya orang-orang dari lapisan bawah menjadikan Tarekat Tijaniyah yang disebarkan oleh K.H. Usman Dhomiri menjadi tarekat yang bersifat sangat terbuka bagi siapa pun. Untuk mengokohkan eksistensi kepemimpinannya di masyarakat, K.H. Usman Dhomiri selalu berbaur di dalam masyarakat untuk senantiasa mengajarkan mengenai bagaimana akhlak dan akidah yang benar. Pembangunan akhlak dan akidah yang benar akan berbanding lurus dengan loyalitas mereka pada ajaran Tarekat Tijaniyah. Ajaran ini disebarkan oleh K.H. Usman Dhomiri kepada seluruh lapisan masyaraka - baik kalangan kiai maupun kalangan bawah – yang sama-sama memanifestasikan fungsinya untuk mendukung eksistensi kepemimpinan K.H. Usman Dhomiri dan penyebaran Tarekat Tijaniyah.
Kepemimpinan karismatik K.H. Usman Dhomiri semakin kokoh karena rakyat berhadapan dengan kolonialisme. Pada saat krisis atau masa peralihan, efektivitas kepemimpinan amat bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai pemimpin K.H. Usman Dhomiri dapat dikategorikan sebagai pemimpin karismatik karena pengabdiannya pada kesucian dan dianggap oleh para pengikutnya dapat mengantarkan mereka pada pengabdian yang nyata kepada Allah swt, K.H. Usman Dhomiri memperlihatkan bahwa kepemimpinannya bermanfaat bagi masyarakat. Keputusan untuk tidak tidak bersikap kooperatif terhadap pihak kolonial menunjukkan konsistensinya dalam melawan bentuk-bentuk praktik kolonialisme. Kemampuan K.H.Usman Dhomiri dalam mengaktualisasikan harapan dan persepsi masyarakat di masa kolonialisme ini telah mengokohkan keberlangsungan kepemimpinannya itu yang juga berkorelasi dengan tersebar luasnya ajaran Tarekat Tijaniyah yang dia kembangkan.

NALURI BERAGAMA SEBUAH KEMUTLAKAN SESEORANG ( KAJIAN SOSIOLOGI AGAMA)

 Oleh 
Deden Wahyudin, M.Pd

Kalau kita ditanya mengapa umat islam ketika agama dan Tuhannya dilecehkan mereka akan marah besar?, walaupun secara kualitas dalam beribadah mereka dikatakan relatif sangat kurang. Sebenarnya untuk menjawab persoalaan ini, kita harus mengkaji terlebih dahulu tentang apa itu islam, dan apa kultur budaya islam itu sendiri.
Di dalam diri setiap manusia secara sadar atau tidak sadar mempunyai naluri untuk beragama (Gharizahtun Taddayun) artinya ada rasa keinginan seseorang menyembah sesuatu yang lebih tinggi derajatnya dari manusia itu sendiri, apapun itu bentuknya. Ketika orang-orang menyatakan bahwa mereka anti-Tuhan atau Atheis sekalipun penganut kaum komunis, sebenarnya mereka telah mengalihkan naluri itu ke hal yang bersifat materialistis, dan hal itulah yang mereka agung-agungkan selama ini.
Dengan kita mengetahui bahwa di dalam diri manusia itu terdapat naluri seperti itu, maka kita tidak boleh heran lagi ketika simbol-simbol umat islam dilecehkan,maka serentak umat islam akan marah besar. Jangankan umat islam yang jelas-jelas mempunyai agama dan Tuhan, orang Atheis pun akan marah apabila simbol-simbol materi mereka dilecehkan. Kemarahan umat islam ketika adanya penghinaan terhadap simbol-simbol agamanya itu merupakan reaksi spontanitas dari adanya naluri keberagamaan tadi terlepas dari bagaimana kualitas beribadah mereka yang penting buat mereka menyalurkan naluri keberagamaannya
Selain itu adanya ikatan budaya di dalam diri umat islam yang kuat sehingga membentuk rasa kebersamaan yang akhirnya menimbulkan rasa sepenanggungan di antara mereka. Mereka secara naluri mempunyai kesamaan dalam hal beragama sehingga ada perasaan komulatif yang sama tentang memahami agama. Oleh karena itu hal-hal yang menyangkut masalah agama adalah hal yang bersifat sensitif bagi mereka yang harus disikapi dengan serius. Sikap sensitif ini muncul karena mereka menganggap bahwa agama adalah hal yang suci yang tidak boleh dipermain-mainkan.
Kultur atau kebiasaan semacam itu timbul dikalangan umat islam, sehingga sikap seperti itu mengalahkan hal-hal yang penting lainnya seperti mengenai inti dari ajaran agamanya seperti ke-Tauhid-an. Yang terjadi adalah mereka hanya mempunyai sikap rela membela secara habis-habisan ketika agamanya dilecehkan bahkan ada yang berani maju di depan untuk membelanya, tetapi disisi lain ketika substansi dari ajaran agamanya harus ditegakkan oleh individu-individu malahan mereka kurang menanggapi, malahan acuh-tak acuh. Adapun yang disebut subtansi dari ajaran agama itu ialah intinya yang tak lain amar ma’ruf nahi mungkar (menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya). Walaupun tidak semua umat islam mempunyai sikap seperti itu, tetapi kebanyakan dari kalangan umat islam mempunyai sikap seperti itu. Sikap membela agama merupakan hal yang baik, tetapi alangkah lebih baik lagi disertai dengan menegakan agama itu sendiri.
Oleh karena sikap pembelaan agama yang tidak disertai oleh pemahaman secara mendalam mengenai agama yang dibelanya akan menyebabkan lemahnya pembelaan kita. Oleh karena itu mari kita bela agama kita dengan disertai dengan kualitas keberagamaan kita yang baik sehingga apa yang kita pertahankan mempunyai makna yang berarti. Jangan sampai kita berbicara tanpa kita memahami apa yang kita bicarakan itu..

PERANAN PERJUANGAN K.H USMAN DHOMIRI DALAM PERANG KEMERDEKAAN (KAJIAN EKSPLORASI TOKOH PEJUANG ASAL CIMAHI)

Oleh 
Deden Wahyudin, M.Pd 


Mungkin banyak orang yang tidak mengenal dengan sosok yang satu ini. Sosok kharismatik yang mempunyai jasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia ini. Sosok ini ialah bermana K.H. Usman Dhomiri. Perjuangannya saya kira tidak akan terlupakan oleh sebagain masyarakat Cimahi yang masih menyimpan memori masa lalu. Perjuangannya melawan penjajah Belanda dibuktikannya dengan tidak bersikap kooperatif ketika dia mendirikan suatu majelis pengajian Tarekat Tijaniyah yang ia pimpin. Dalam hal ini, K.H. Usman Dhomiri sebenarnya sudah memperlihatkan sikap menentang dengan tidak meminta ijin atau menunggu besluit (surat keputusan) dari pihak pemerintah Kolonial Belanda untuk mendirikan majelis pengajian. Kekonsitenannya itu, menjadikan dirinya sebagai sosok yang disegani oleh murid-muridnya. Sosok K.H. Usman Dhomiri yang berkharisma baik karena keilmuan dalam bidang agama, maupun karena keberaniannya dalam menentang pemerintahan Belanda menjadikan dirinya sebagai pemimpin dalam hal spiritual maupun pemimpin dalam artian legal-formal.
Perjuangan K.H. Usman Dhomiri tidak hanya sampai di situ, namun perjuangannya bersambung sampai masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Dalam rangka merealisasikan perjuangannya, K.H. Usman Dhomiri membentuk sekaligus memimpinnya secara langsung Laskar Perjuangan Hizbullah. Laskar perjuanganya ini diperkirakan mempunyai anggota kurang lebih 65 orang dengan dipersenjatai dengan golok, kelewang, samurai, dan bambu runcing. Perlawanan Laskar perjuangan yang dinamakan Hisbullah ini sempat bertempur pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1946 dengan pihak sekutu dengan NICA- nya. Suatu ketika masyarakat Cimahi digemparkan oleh berita akan diadakannya latihan menembak oleh sekumpulan Tentara NICA yang dipersenjatai oleh Tentara Sekutu pada hari sabtu tanggal 16 Februari 1946. Sebenarnya berita itu hanya sekedar kamuflase saja dari pihak NICA, pada kenyataannya seluruh pasukan NICA yang dipersenjatai lengkap mengadakan serangan serta pengepungan ke daerah pertahanan Hizbullah di lokasi Pesanggrahan depan Masjid Baiturrohkmah Gunung Bohong Cimahi. Oleh karena itu, Tentara NICA mengadakan serangan secara membabi buta, maka terpaksa K.H. Usman Dhomiri memberikan komando untuk mengadakan perlawanan dengan kekuatan senjata yang seadanya. Memang serangan itu merupakan serangan balasan setelah sebelumnya pasukan Hizbullah telah mengadakan serangan ke lokasi Tentara NICA dan Sekutu. Diantara korban serangan tersebut dalah tentara Gurkha yang sedang jaga malam yang tewas di bacok lehernya dan senjatanya dirampas berikut peluru satu megazen.
Dalam serangan balasan NICA dari pihak Hizbullah telah gugur sembilan orang termasuk kepala pasukan Bapak Emed dan wakilnya Bapak Toha. Dalam pertempuran itu Bapak Toha tertembak kakinya, walapun begitu Bapak Toha masih bisa menghabisi tentara NICA dengan samurai yang ia miliki. Semua korban meninggal dari pihak Hizbullah dikuburkan dalam satu lokasi lubang sedalam satu meter tanpa dimadikan, dan dikuburkan berikut pakaiannya. Penguburan korban meninggal dilakukan dengan seadanya itu karena mereka dianggap mati syahid. Setelas selesai pertempuran, tentara NICA membumihanguskan dua rumah rakyat yang mereka anggap sebagai sarang atais markas Hizbullah. Semua korban meninggal itu dikuburkan di lokasi tanah Bapak Endin putra dari Bapak Emed seluas sembilan tumbak. Selanjutnya datang sepucuk surat dari Residen Priangan yang menyatakan turut berduka cita serta belasungkawa atas dasar pengorbanan dan kegigihan dalam membela bangsa dan Negara
Melihat perjuangan Laskar Hizbullah yang dipimpin oleh K.H. Usman Dhomiri ini, sepatutnya kita jangan pura-pura menutup mata untuk melihat bagaimana perjuangan sosok pejuang ini. Ntah hanya berpura-pura tidak tahu atau benar-benar tidak tahu akan sosok pejuang yang satu ini, atau benar-benar tidak mengetahui karena mungkin jarang diekpos. Kalangan sejarawan mungkin banyak yang tidak tertarik untuk menulis biografi orang-orang yang mempunyai jasa dalam perjuangan Indonesia dalam suatu regional tertentu. Mungkin mereka banyak terpokus untuk menulis biografi tokoh-tokoh yang mempunyai jasa perjuangan secara nasional. Mudah-mudahan ini merupakan prasangka yang keliru..

Sumber :
Surat Penryataan Belasungkawa Residen Priangan. 16 Februari 1946
Arsif Kotif Cimahi. 1989
Wawancara dengan Hj. Entang Elyah ( Putri K.H. Usman Dhomiri). 89 tahun

Minggu, 07 September 2014

Versi-Versi pendapat Tentang pengangkatan Setelah Nabi Muhamad SAW Wafat Menurut Golongan Syi’ah dan Sunni.



 Oleh
Deden Wahyudin

Disini saya akan mengungkapkan bagaimana pendapat Syi’ah tentang bagaimana cara pengangkatan kepimpimpinan islam setelah Nabi Muhamad wafat dan siapa penggantinya ?
Dalam peristiwa Saqifah yang menghasilkan  pembai’atnya para sahabat kepada Abu Bakar ra, dan disini tidak ada peluang sedikitpun untuk orang mengingkari Ijma sahabat itu tadi tentang pengangkatan khalifah. Dalam konteks ini Syi’ah mengingkari dan menyimpang darinya. Mereka mengingkari sahnya penyerahan kekhalifahan melalui jalan bai’at. Syi’ah Imamiyah berpendapat bahwa yang menjadi landasan pengangkatan adalah Nash (ketetapan). Mereka beranggapan bahwa kekhalifahan untuk Ali ditetapkan oleh Nabi Muhamad SAW. Mereka membangun pendapatnya dalam mewajibkan adanya nash. Dengan demikian menurut Sy’iah tidak sah penyerahan kekhalifahan dengan Bai’at, sebab masalah itu merupakan kewajiban Allah SWT, bukan kewajiban hamba.
Gagasan yang lebih mencerminkan Syi’ahisme adalah bahwa gagasan imam atau pemimpin yang kharismatik. Syi’ah menganggap bahwa hanya ada satu imam pada waktu itu dan bahwa pada dia menunjuk penggantinya (seperti Muhamad dikatakan menunjuk Ali sebagai penggantinya). Akhirnya golongan Imamiyah (setelah 874) mengakui serangakaian dua belas imam dimulai dari Ali→Al-Hasan→ Al-Husen → diturunkan dari ayahnya kepada anaknya. Namun imam-imam yang lain diakui oleh berbagai kelompok selama priode Umayyah. Beberapa kelompok mengatakan bahwa Al-Husen→Muhamad bin Hanifah (Saudara tirinya)→ Abu Hasyim (Putranya)→Menunjuk golongan Abbasyah dari golongan Bany Hasyim sebagai penggantinya
 Syi’ah menyebutkan dalil-dalil atas apa yang mereka katakan bersumber dari Al-Kitab dan as-sunnah.  Namun disini kaum muslimin memprotesnya, dan umat bangkit melakukan penolakan terhadap Syi’ah, dan membantah dalil-dalil mereka. Ada yang membatahnya dengan syara, yang lain dengan akal, dan ada pula yang menyangkal dengan menyerang serta menuduh bahwa dalil-dalil yang mereka pakai adalah mudhu dan dusta belaka.
Berbeda dengan versi Sy’iah , versi Sunni (Ahlus sunnah)   berpendapat bolehnya menyerahkan kekhalifahan dengan Bai’t para sahabat. Sesungguhnya Abu  Bakar ra, memimpin kekhalifahan berdasarkan bai’at para sahabat dalam pertemuan di Saqifah Bani Saidah dan dijadikan kepala negara islam setelah wafatnya Rosulillah. Ali ra tidak pernah menentang kesepakatan tersebut.. Keterlambatan bai’at Ali kepada Abu Bakar karena urusan yang berkaitan dengan perbedaan pendapat yang terjadi antara Abu Bakar dan Fathimah ra. Menjelang wafatnya, Abu Bakar pernah berwasiat kepada sejumlah  generasi pertama yang tergolong ahli Syuro. Mereka seluruhnya sepakat untuk mewasiatkan dan membai’at Umar Bin Khatab sebagai penerus khalifah setelah Abu Bakar.
Dengan demikian Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali mewasiatkan khalifah sepeninggalnya kepada  orang yang sudah ditunjuk, mengangkat khalifah berdasarkan wasiat. Penerus dari Umar bin Khatab adalah Utsman bin Affan yang dipilih Ahli syuro yang telah ditunjuk  oleh Umar tersebut unmtuk mengadakan pertemuan di salah satu rumah guna membahas masalah ini.Dan terakhir Ali ra dibai’at sebagai khalifah pada pertengahan bulan Dzul Hijjah tahun 33 Hijri, di hari terbunuhnya Utsman ra . Ada sejumlah sahabat yang terlambat membai’atnya, di antara mereka ialah Sa’ad bin Abi Waqqash, Usamah bin Zaid, Mughirah bin Syubah, Nu’man bin Basyir dan Hasan bin Tsabit.
Apabila kita simpulkan bagaimana pendapat dari kedua versi antara versi Syi’ah dengan versi Sunni tentang bagaimana proses pengangkatan khalifah dan  siapa penggantinya sangatlah saling bertentangan antara keduanya. Pertama Versi Syi’ah yang tetap dengan pendapatnya bahwa pengangkat khalifah harus ada nashnya atau harus ada ketetapannya, dan mereka beranggapan bahwa khekalifan untuk Ali ditetapkan oleh Nabi Muhamad saw. Kedua, Versi Sunni yang sama  tetap dengan pendiriannya bahwa pengangkatan khalifah harus dengan jalan pembai’atan. Sunni merujuk kepada peristiwa yang terjadi di Saqifah yang menghasilakan dibai’atnya Abu Bakar ra sebagai Khalifah pengganti Nabi Muhammad 

MISTIK JEPANG SUPRANATURAL AND MYSTERIOUS JAPAN


Berikut tulisan analisis terhadap judul buku : "MISTIK JEPANG SUPRANATURAL AND MYSTERIOUS JAPAN " yang ditulis oleh Catrien Ross


Penulis seorang yang dilahirkan di Jakarta, Ia dilahirakan  dari dua perpaduan dua kebudayaan yang berbeda, ibunya orang Indonesia asli dan ayahnya berasal dari Skotlandia dan akhirnya dia tinggal di Skotlandia ketika dia berumur empat tahun. Penulis sebagai anggota dari U.S Satate of Aizone Economic Mission yang  datang ke Asia untuk membuka kantor perdagangan di Taipe, Taiwan, dan terakhir ke Jepang. Karena tujuan awal penulis datang ke Jepang untuk melakukan bisnis, jadi dalam benak penulis ini tidak ada pikiran lain selain untuk melakukan bisnis dan hanya sekedar menikmati keindahan negara di Asia yang bernuansa ke barat-baratan. Awal penulis tertarik terhadap hal –hal yang berbau mistis atau yang bersifat supranatural khususnya hal-hal supranatural di Jepang ketika dia tinggal dni rumah tradisional Jepang. Berbagai cerita dari masyarakat bahwa rumah yang ditinggalnya itu, memiliki nilai-nilai magis atau dengan perkataan yang lain berpenghuni hantu-hantu Jepang. Penulis tidak lama tingga di rumah itu, bukan karena alasan penulis itu takut tapi ada hal-hal lain yang mengharuskan penulis pindah dari rumah itu. Penulis itu pindah rumah, rumah yang tinggalinya sekarang jaraknya tidak jauh dari rumah yang pertama ia tinggali. Penulis pindah rumah setelah berkenalan dengan seorang wanita Jepang bernama Shizuko yang bertemu saat berpapasan dijalan dan akhirnya mereka berkenalan. Karena dia sudah mengalami kejadia aneh ketika tinggal dirumah yang pertama ditinggalnya, dan pertemuan yang kebutulan yang dengan wanita Jepang yang bernama Shizuko  membuat penulis sadar akan adanya suatu hal yang tersembunyi dan mengalir di dalam kehidupan sehari-hari. Hal membuat penulis  semakin tertarik dan menambah tentang hal-hal yang bersifat mesterius. Karena semakin tertariknya terhadap hal-hal seperti, maka dalam diri penulis ini semakin banyak perubahan, dan keterlibatannya dalam kehidupan spiritual Jepang semakin intens. Dia memulai penelitiannya di dunia supranatural Jepang,termasuk ekspolarisi pada aliran Ki, ini merupakan peluang besar bagi penulis untuk menulusuri libih dalam.Akhirnya penulis menganggap bahwa jalan inilah yang harus dijalaninya, dan dia menganggap benar jalan yang sedang dijalaninya sekarang ini. Dalam mendalami masalah supranatural Jepang ini, dia mempunya kenalan yang membantu dia dalam meneliti supranatural khususnya aliran ki ko, dan akhirnya ia mengikujti kelas Ki ko KPPI (Kementrian perdagangan Internansional dan Industri) yang di instrukturi oleh seorang pendeta. Penulis ini dalam pembelajarannya banyak sekali mendapat pengetahuan tentang apa yang sedang dipelajarinya. Selain itu juga penulis mendapat pengetrahuan tentang hal-hal permainan telepati, ramal meramal. Ketika ada pengetahuan baru yang di sebut “ Neo Budhist” ini penemuan dalam ilmu fisika yang membawa ilmu pengatahuan alam kemistisan dunia timur lebih dekat dengan sebelumnya.. Nomura teman dekat penulis menjembati antara dunia ilmu pengetahuan dan dunia supranatural yang akhirnya observasi terhadap sudut pandang baru tentang mitis dan supranaural terus berlanjut.
Informasi mengenai hal-hal supranatural di Jepang dalam bahasa Inggris sangat jarang ditemui. Oleh karena itu penulis harus bekerja dua kali selain meniliti sekaligus menerjemahkan terlebih dahulu. Disini penulis dibantu oleh Abe Yukio dalam hal menerjemahkan sumber. Disjini penulis menentukan versi sendiri tentang hal-hal supranaturl yang diangak dalam buku ini. Dalam buku ini penulis memutuskan bahwa yang paling penting bahwa cerita hantu tersebut telah menjadi bagian dari cerita rakyat di Jepang. Perlu kita ketahui babhwa orang Jepang  sangat menyukai cerita-cerita hantu.
Diakhir penulis, mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak tertuma Ab Yukio karena telah sabar dalam menerjemahkan sumber-sumber yang saya perlukan ketika menyusun buku ini. Sebenarnya penulis ketika tertarik terhadap hal-hal supranatural Jepang, penulis tidak berencana untuk menulis sebuah buku. Penulis juga menyadari bahwa dalam menulis buku harus ada banyak bantuan dari pihak lain, dan penulis menganggap bahwa menulis buku itu merupakan hal yang sangat besar. 
“ Setelah kami menganalis kenapa penulis sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau supranatural, sedangkan kita tahu bahwa penulis ini adalah seorang bisnismen. Akhirnya kami membuat kesimpulan bahwa penulis terikat kepada budaya asalnya yang mana dianut oleh lingkungan keluarganya”

Bagian I
Dalam Pencarian Supranatural

Di Jepang ada sebuah gunung yang bernama Osore terletak di  Ujung semenanjung Shimokita, dibagian Tohoku Utara, gunung ini dianggap tempat yan mirip dengan bulan, tandus,dan tiada pepohonan.Disamping itu mengalir mata air sulfur yang mendidih yang menebarkan bau yang tidak sedap.Ditengah-tengah kawah tebentang dananu Usori yang memancarkan suasana sunyi dan suram. Orang-orang Jepang percaya bahwa orang yang menyebrangni danau itu maka ia tak akan kembali selama-lamanya. Pemandangan danau itu menggambarkan imajiner alam neraka. Gunung ini dipercaya sebagai tempat dimana orang yang masnih hidup bisa bertemu denga orang yang sudah mati. Dalam istilah lokal, orang yang sudah mati berarti “ Telah pergi ke Gunung”. Di gunung inilah orang bisa melakukan kontak dengan keluarga yang sudah meninggal. Dimasa kini di Jepang dalam  hal melakukan kontak dengan orang-orang yang sudah meninggal diadakan pestival khusus yang diadakan dua kali dalam setahun.Even yang utamanya adalah Festival Ozorezan Jizo di musim panas yang dioadakan di kota  di kota Mutsu, dari tanggal 20 hingga 24 Juli. Festival yang kedua diadaskan pada Oktober dari tanggal 9 hingga tanggal 11.
Orang yang ingin melakukan kontak dengan keluarganya yangsudah mati mereka harus berkonsultasi dengan dukun-dukun cenayang. Cenayang ini biasanya para wanita tua yang dikena sebagai Itako. Syarat untnk menjadi Itako harus seorang gadis yang belum mengalami menstruasi, harus menyelesaikan ritual Kamitsuke seperti mempelajari nyanyia, doa , ramalan.Wanita yang menjadi Itako ini diyakini telah melakukan pernikahan suci (Sinkon).. Dalam pestival ini para Itako berkumpul digerbang masuk ke gunung Osore untuk menjalankan prakteknya..
Alasan orang-orang mengunjungi tempat ini ada yang ingin bertemu dengan anggota keluarganya yang sudah meninggal, tetapi ada juga yang sekedar untuk berlibur saja. Tiodak semua permintaan mengadakan kontak itu berhasil.Ketika pestival berakhir para Itako pulang ke rumahnya dan mdisana mengadakan praktek / konsultasi seperti pemanggilan dewa, pengobatan penyakit juga dengan cara mengenaliroh penyebab sakait itu lalu mengeluarkan roh itu. Selain percaya perdukunan  ada bukti agama  di tempat suci yang sudah berabad-abad usianya ini. Di dunung itu juiga ada Kuil Entsuji yang dikelola oleh aliran Buda Zen.
Perngaruh ajaran Budaha nampak sejumlah patung Jizo. Jizo adalah dewa penjaga anak-anak. Pada musim panas berakhir patung ditutupi dengan pakaian bayi, terdapat makanan, minuman, dan mainan-mainan kecil. Ini merupakan bentuk persembahan yang dimaksudkan untuk membantu dewa tersebut  d alam merawat anak-anak yang telah meninggal dan berjuang untuk dunia berikutnya
Di kota Nagasaki (kyusu) ada kafe kecil yang dinamai Andersen. Dikelola oleh Hisamura Thoshihide (40). Pria ini memiliki kemampuan supranatural dan kafenya menjadi tempat pertunjukan psykhiokinetik. Pentas tiga kali sehari. Pengunjung gratis menonton pertunjukan ini tapi penonton diwajubkan membeli makanan dengan menu yang telah disediakan. Pengunjung harus bergantian untuk menonton pertunjukan itu. Pengunjung harus datang dengan pikiran terbuka , pikiran skeptis dan rasa tidak percaya tidak diperbolehkan. Pertunjukan dimulai setelah pengunjung selesai makan.salah satu pertunjukannyapengunjung diminta untuk menyentuh Hisamura, yang kemudian akan melambatkan atau menghentikan detajk jantung sendiri.ada 28 pertunjukan. Hisamura mendapat kritik dan dia dianggap saeorang tukang sulap dengan penampilan buruk.
Kita dapat melihat bahwa bahwa gunung Osore dan Andersen menjadi dua tarik yang kuat terhadap hal supranatural yang telah membei cirri khas pada budaya Jepang. Hal-hal supranatural ini seakan sudah menjadi kebutuhan hiburan dan spiritual dikalangan  mahasiswa sampai oaring tua yang menjadi kekuatan yang dinamis sampai sekarang.Berbagai media informasi mulai dari majalah sampai Tv banyak menayangkan hal-hal spiritual seprti itu, tetapi mistik-mistik yang hanya dipahami oleh orang-orang tertentu saja belum kehilangan daya tariknya.
Di Jepang di kenal dengan jam sibuk para dewa. Dikatakan ada  delapan juta dewa bukan di surga adja tetapi di bumi ini. Para dewa, atau kami. Istilah kami adalah gelar bagi roh yanhg suci dan terhormat. Yang juga berpeluang menjadi kami. Para kami dapat ditemukan dimana saja termasuk di toilet. Dewa tidak semua baik ada juga yang jahat menggambar sisi gelap manusia. Orang Jepang selalu membawa jimat untuk menghindari setan jahat dan nasib buruk.Ada yang dinamakan setan Jambalang/ jin (goblin) yang berhidung panjang selalu di pajang di kuil-kuil gunung di Jepang, setan ini dikenal Tengu. Karena kekuatan gaib yang dimilikya maka Tengu ini dijadikan tokoh dalam legenda dan cerita-ceita rakyat jepang dulu kala. Tengu ini sering menyamar  menjadi biksu atau biksuni tujuannya untuk menjerumuskan  para biksu dioa juga dianggap sebagai penyebab penyakit. Tengu merupakan reinkarnasi  dari biksu jahat yang dihukum karena sombang dan tamak.Tengu juga ada juga yang berguna, menurut legenda para tengu mengajrai rahasia beladiri dan strategi militer. Tengu dan pembasmi Iblis adalah hasil impor kebudayaan luar Jepang Yaitu Kappa yang memiliki sifat Jahat memikat  anak-anak dan pencuci wanita ke dalam air lalu menenggelamkannya. Untuk menghindari hal itu, seseorang harus menyapa dengan menunduk agar cairan ajaib yang ada di mahkota kepalanya tumpah dan kehilangan kesakstiannya. Atau menawarkan makanan kesukaannya , ketimun
Hewan juga memiliki peran yang sangat penting dalam dunia supranatural Jepang.Mahluk yang mempunyai keajaiban ialah rubah hewan sejenis Tanuki, dan Ular. Selain itu banyak lagi seperti kodok, kucing, hingga cacing tanah yang dianggap rendah.Rubah adalah penipu ulung bisa menipu siapa saja, bisa menyamar sebagai siapa saja untuk menjerumuskan manusia. Di sisi lain Rubah memiliki sifat murah hati sebagaipembawa pesan dewa panen padi yang melimpah, dan sebagai penjaga kuil di Jepang.Penipu ulung lainnya adalah Tanuki, tanuki ini lebih nakal dari iblis sesungguhnya. Ketika Tnuki mencapai seribau tahun , dia akan mendapat kekuatan supranatural yang bisa  mengubah wujudnya menjadi benda atau mahluk hidup.
Kekuatan mistik secara khusus  dimiliki ular. DI Jepawng tarian ular disetelir yang diimpor dari India dari Cina dan Korea. Legenda china yang sangat gigemari masyarakat Jepang adalah , seekor raja Kera ajaib bernama son goku, bersama Kappa dan seekor babi, menemani pendeta buha Genzo SANZO DALAM PERJALANANNYA KE India dalam pencariannya kitab suci. Dia belajar di kuil Naranda, setelah 17 tahun. Ada juga mitologi Jepang yang diimpor dari Cina adalah burung Nue ysng dianggap roh jahat yang suka menyebabkan penyakit. Ada binatang lagi yaitu Kirin diangap hewan yang lemah lembut yang tidak berbahaya bagi segala bentuk kehidupan. Karakter inijuga dimiliki oleh Pheonix yang pernah dijadikan sebagai puncak dari kaisar wanita Jepang
Shishi, perlambang Cina yang keliru atas sinh, berdiri dipintu masuk banyak kuil dan tempat suci Jelang. Ia klaim bahwa ia seccara teknis harus dipanggi singa budha.Shishi mempunyai cirri , kepala bundar lebar, hidung lebar dan pesek, mata yang menonjol. Shishi di tempatkan berpasangan di pintu masuk. Di China, lambnag laki-laki atau janta semesta dimanisfestasikan dalam bentuk naga, sebgai dewa hujan .. Dlam seni Jepang, naga biasanya tidak muncul sepenuhnya dan digambarkan dalam posisi separuh tertutup oleh awan  gelombang turbulensi..  Naga yang memiliki kaitan erat dengan ular, yang dipuja dengan hati-hati, digambarkan dalam legenda-legenda kuno Jepang
Dalam suatu Drama Jepang yang disebut drama NO yang tradisional yang mempunyai komponen supranatural yang sangat di sukai oleh masyarakat Jepang. Kelas atas.Darama ini memarkan kumpulan sandniwara terkenal mengenai mahluk-mahluk supranatural, khususnya hantu laki-laki.
Beragam maniffestasi supranatural muncul kembali dengan kuat di Jepang pada masa Heian (794-1185) dimana orang-orang berusaha untuk mengenali iblis-iblis penyebab penyakit dan kelaparan. Priode Muromachi ( 1392-1573), objek-objek yang tidak bernyawa juga dianggap cukup kuat untuk merubah menjadi mahluk hidup. Ketertarikan  terhadap hal  supranatural  memuncak secara signifikan. Hal ini tidak semskin berkurang walaupun adanya upaya modernisasi Jepang pada  era Meiji (1867-1912). Dasar  bagi penyebaran supranatural di dalam kultur dan adapt istiadat masyarakt Jepang berujung dari penciptaan mitos itu ssendiri. Sejarah mitologi zaman Kami mnunjukan pola Shinto untuk pemujaan dan kehidupan sehari-hari. Sebenarnya orang Jepang mengkobinasikan dari hal primitive maju (trendy) ini melambangkan sebuah dikotomi budaya Jepang itu sendiri. Dalam masyarakat yang penuh dengan ke kontrasan dan kontradiksi ini yang tinggi tampak melebur dengan kepakaan yang kuat terhadap kemungkinan supranatural.. Orang Jepang yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, meskipun begitu ada kemungkinan besar dalam dompetnuya menyimpan jimat , hal ini menggambarkan orang Jepang yang tidak lepas dari dunia Supranatural.