Selasa, 05 Oktober 2010

MENGANALISIS MAKALAH

PERAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN METODE ILMIAH

OLEH

Deden Wahyudin, S.S

Dalam makalah yang berjudul “ Peran Ilmu dalam Pengembangan Metode Ilmiah” ini, pembaca dibawa terlebih dahulu untuk memahami hakikat dari tujuan manusia selaku khalifah di muka bumi ini. Hakikat manusia di muka bumi ini tidak lain untuk memikirkan tentang hakikat hidupnya sendiri dan Keagungan Tuhannya. Oleh karena itu, manusia selalu mencari dalam rangka berpikir tentang hal-hal yang manusia tidak mengetahuinya, maka manusia selalu terus mecari jawaban tentang apa yang dicarinya sampai kepada tingkat kepuasan tertinggi[1] mengenai jawaban yang di dapatnya.

Ketika pembaca diberi pengertian mengenai apa yang menjadi tujuan manusia diturunkan ke bumi, maka kita sebagai pembaca akan paham hakikat dasar manusia hidup di bumi itu tidak lain untuk berpikir. Berpikir di sini tidak lain bahwa manusia akan terus mencari jawaban-jawaban tentang segala sesuatu yang ada dalam pikirannya. Oleh karena itu manusia akan selalu mempelajarinya sampai manusia menemukan jawaban yang dapat memuaskan pikirannya. Untuk itu manusia di tuntut untuk senantiasa mencari pengetahuan yang berhubungan dengan apa yang mereka cari. Dalam rangka pencarian itu, manusia di dunia ini akan dihadapkan ke dalam dua kiblat yang berbeda jauh. Apabila kita kontekskan ke dalam kehidupan sekarang ini, ilmu-ilmu yang berkembang ialah ilmu-ilmu dari Barat yang berorientasi pencarian segala sesuatu itu diukur menurut ukuran rasio atau akal[2].

Dalam pencarian kebenaran itu sendiri lengkap di bahas di dalam filsafat ilmu. Ada beberapa pengertian dari filsafat ilmu itu sendiri. Saya mengambil satu pengertian dari makalah ini, yaitu menurut Beerling (1988: 1-4) bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang cirri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistimologi[3]. Di dalam filsafat ilmu pengetahuan diselidiki apa yang menjadi sumber pengetahuan, seperti pengalaman (indra), akal (verstand), budi (vernunnf) dan instuisi. Selain sumber –sumber pengetahuan, ada juga syarat-syarat untuk mencapai pengetahuan ilmiah. Oleh karena banyak aliran-aliran filsafat dalam pencarian kebenaran itu.

Dalam pengetahuan itu sendiri, terdapat beberapa komponen yang merupakan penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya, antara lain :

1. Ontologi

Ontologi ini meliputi permasalahan apa hakikat ilmu, apa hakekat kebenaran adan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada (being) itu. Muncul paham-paham dalam ontology yang masing-masing menentukan tentang hakikat kebenaran dan kenyataan, seperti: Idialisme/ spiritualisme, matrealisme, pluralis.

2. Epistimologi

Cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode dan syahnya ilmu pengetahuan. Pertanyaan yang sering di ajukan, seperti : Apakah sumber pengetahuan itu?, dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu?. Ilmu pengetahuan ini di dapat melalui suatu cara pendekatan ilmiah berdasarkan kerangka pemikiran yang logis (rasional dalam penjelasannya). Berfikir ilmiah ini berbeda dengan kepercayaan religious yang memang berdasarkan atas kepercayaan dan keyakina, tetapi berdasarkan pada prosedur ilmiah. Muncul aliran pokok dalam epistimologi misalnya rasionalisme, kritisme, fenomenalogi, intuisme, dan positivism.

3. Aksiologi

Ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi ini menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan dalam menerapkan ilmu di dalam menerapkan ilmu ke dalam praksis. Aksiologi ini bersifat subjektif,dan aksiologi ini juga pada dasarya digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Ilmu pengetahuan ini ditujukan untuk meningkatkan tarap hidup manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam.

METODE ILMIAH

Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistmatis. Adapun langkah-langkah sistematika menurut Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007: 157) sebagai berikut:

1. Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah

2. Menyusun kerangka pemikiran

3. Menemukan hipotesis

4. Melakukan pembahasan

5. Menarik Kesimpulan

Metode penelitian menurut metode ilmiah sebagai prosedur langkah-langkah teratur yang sistematis dalam mengimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu yang meliputi masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, uji hipotesis, pembahasan dan kesimpulan.

PERBANDINGAN ISI MAKALAH DENGAN LITERATUR LAIN

Pada dasarnya, pengetahuan merupakan hasil tahu tentang sesuatu yang diperoleh melalui suatu usaha. Ada tiga macam pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa atau pengetahuan inderawi, pengetahuan ilmiah atau ilmu, dan pengetahuan filsafati atau filsafat. Pengetahuan ilmiah atau ilmu berasal dari filsafat yang kemudian berkembang menjadi berbagai disiplin ilmu, baik yang termasuk kelompok ilmu kealaman maupun kelompok ilmu sosial. Pada dasarnya, nilai suatu pengembangan ilmu itu perlu ditinjau sejauh mana ilmu itu dapat menyumbangkan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya mereka. Oleh karena itu, pemahaman tentang filsafat ilmu amat diperlukan. Beberapa pandangan tentang sains mempunyai arti ganda yakni sebagai ilmu pada umumnya dan sebagai ilmu yang mempelajari alam semesta saja. Mula-mula yang dipelajari orang adalah pengetahuan tentang alam yang merupakan lingkungan fisik individu, barulah kemudian berkembang ilmu sosial. Sains yang berarti ilmu kealaman pada dasarnya mensyaratkan adanya eksperimen. Ilmu pendidikan termasuk pendidikan bidang studi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial.

Kajian filsafat ilmu pada dasarnya meliputi bidang-bidang kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi membahas hakikat ilmu, pandangan terhadap ciri-ciri atau sifat ilmu. Epistemologi membahas bagaimana memperoleh pengetahuan dalam kaitannya dengan logika, filsafat bahasa, dan ilmu-ilmu lain. Aksiologi membahas manfaat ilmu tertentu bagi kehidupan masyarakat.

Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah atau ilmu. Langkah-langkahnya: 1) penetapan atau perumusan masalah, 2) penyusunan kerangka berpikir, 3) perumusan hipotesis, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan. Metode ilmiah dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi dan bukan mencocokkan objek studi dengan metode. Jika setiap upaya dinyatakan sebagai upaya ilmiah, pertanyaan dasar yang diajukan sebagai tantangan terhadapnya ialah ada tidaknya sistem dan metode yang menjadi pedoman. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran itu bersumber pada rasio atau pada fakta. Paham rasionalisme menyatakan bahwa rasio adalah sumber kebenaran, sedangkan empirisme berpendapat bahwa fakta yang tertangkap melalui pengalaman merupakan sumber kebenaran. Tidak semua data dapat dikuantitatifkan dan dianalisis secara statistik. Misalnya, dalam penelitian deskriptif, eksploratif, studi kasus, menggunakan wawancara atau angket dan tidak harus menggunakan statistik. Metode penelitian seperti ini juga merupakan metode yang ilmiah. Dalam perkembangannya, metode ilmiah juga dimiliki oleh penelitian-penelitian sosial atau non IPA lainnya, meskipun langkah-langkahnya berbeda-beda. Hipotesis yang berupa pernyataan rasional perlu didukung oleh fakta-fakta empiris. Untuk itu fakta-fakta yang relevan harus dikumpulkan untuk menilai apakah hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta atau tidak. Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan melalui penelitian yang menggunakan eksperimen atau tanpa eksperimen untuk mengetahui apakah data empiris tadi mendukung atau tidak mendukung hipotesis itu.




Kebenaran dan Sikap Ilmiah

Paradigma merupakan cara pandang kelompok ilmuwan tertentu dalam menghadapi suatu masalah. Dalam kajian tertentu, mereka sepakat menerima praktik-praktik, hukum, teori, konsep-konsep, dan instrumen-instrumen yang dipilih sehingga melahirkan tradisi penelitian tertentu untuk mencari “kebenaran” Beberapa paradigma untuk mencari kebenaran adalah paradigma logika, paradigma ilmiah, paradigma naturalistis, dan paradigma modus operandi. Paradigma logika memandang bahwa kebenaran dapat ditunjukkan bila ada konsistensi dengan aksioma dan definisi-definisi yang berlaku. Menurut paradigma ilmiah, kebenaran diperoleh setelah hipotesis diverifikasi melalui eksperimen. Teknik yang dilakukan paradigma naturalistis adalah studi lapangan. Dengan pengalaman yang cukup dalam meneliti fenomena di lapangan akan diperoleh kesimpulan yang memang tidak dapat dilakukan. Paradigma modus operandi memandang bahwa kebenaran diperoleh dengan melakukan pengujian atau penelitian secara periodik. Kebenaran ilmiah dapat diperoleh melalui berbagai cara yang dilandasi oleh paradigma tertentu. Di dunia ini tidak ada hal yang benar-benar mutlak sebab kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan yang Maha Esa. Yang ada di dunia hanyalah kebenaran tentatif, validitas ilmiah. Sikap ilmiah merupakan hal yang sangat penting sebab sikap ilmiah ini sebagai kekuatan moral untuk memilih dan menggunakan metode ilmiah dalam menemukan kebenaran ilmiah. Metode berpikir kritis berbeda dalam disiplin ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Berpikir kritis harus dilatihkan guru melalui disiplin-disiplin tertentu. Skeptis adalah sifat tidak mudah percaya, selalu meragukan sebelum sesuatu dapat dibuktikan. Sikap ini akan mendorong ilmuwan untuk meneliti kembali pekerjaan ilmuwan sebelumnya.

Apabila kita hubungankan dengan Hakikat hidup manusia di muka bumi ini , bahwa hakikat manusia hidup di alam bumi ini ialah untuk berpikir tentang apa yang menjadi ke agungan Tuhan. Aktifitas berpikir manusia ini di dorong untuk mencari kebenaran yang hakiki, sehingga manusia paham betul segala sesuatu tentang jawaban yang selama ini mereka cari. Banyak tawaran pengetahuan yang dapat manusia ambil dalam rangka mencari kebenaran tersebut. Sering muncul dikotomi mengenai sumber dari pengetahuan itu sendiri ,yang pertama meliputi sumber pengetahuan dari barat, dan yang kedua pengeetahuan dari Timur. Kedua sumber pengetahuan tersebut mengadung konsekwensi sendiri-sendiri, sehingga bagi kita hanya bisa memilih mana yang kita ambil. Pencarian kebenaran menurut pengetahuan barat yaitu dengan aktifitas akal dan rasio,maka dengan akal dan rasio itulah kebenaran akan terungkap. Sebaliknya konsep pencarian kebenaran menurut pengetahuan timur yaitu dengan mengikutsertakan asas Ketuhanan sebagai alat pengungkap kebenaran, jadi tidak hanya akal semata, tetapi dogma agama juga berperan. Ketika manusia berpikir dalam pencarian kebenaran itu sebenarnya manusia sudah melakukan aktifitas berfilsafat..

Sebetulnya filsafat ilmu ini adalah alat bantu bagi manusia dalam mengungkap kebenaran yang hakiki yang disesuaikan dengan paham yang kita anut dalam pencarian kebenaran tersebut. Kebebasan berfikir bagi manusia dibuka dengan seluas-luasnya, tetapi bagi kita selaku bangsa Indonesia yang beridiologikan pancasila akan selalu dibatasi oleh falsafah dari pancasila itu sendiri. Kita sah-sah saja untuk berpikir ala barat dengan hanya akal dan rasio semata dalam mengungkap kebenaran, hanya saja jalan seperti akan liar dengan meneronbos batas-batas asas Ketuhanan dan akhirnya kita bisa menistakan falsafah Pancasila itu sendiri. Bagi kita selaku bangsa Indonesia yang beridilogikan pancasila, sekiranya dapat menahan diri dari nafsu berpikir secara liar. Kita akan membawa asas Ketuhanan dalam mengungkap kebenaran, tetapi tetap mengikutsertakan aspek rasio dalam mengungkapnya. Disini jelas sekali kita akan selalu taat kepada point pertama dalam Pancasila yaitu “ Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dalam prosesnya akan terjadi keseimbangan tempat dan takarannya, sehingga akan membawa kepada pencarian kebenaran yang hakiki. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia yang beridiolodikan pancasila harus senantiasa mengikutsertakan falsafah pancasila dalam kerangka berpikir baik kerangka berpikir ilmiah atau kerangka berpikir dalam kehidupan sehari-hari, karena pancasila sudah mengandung keseimbangan kodrati manusia.



[1] Kepuasan manusia tertinggi itu masksudnya manusia memahami, mengerti, dan menghayati tentang apa yang di temukannya.

[2] Ilmu-ilmu Barat berakar dari filsafat Yunani Kuno.

[3] Epistimologi, secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar