Selasa, 05 Oktober 2010

MENGANALISIS MAKALAH

PERAN FILSAFAT ILMU DALAM PENGEMBANGAN METODE ILMIAH

OLEH

Deden Wahyudin, S.S

Dalam makalah yang berjudul “ Peran Ilmu dalam Pengembangan Metode Ilmiah” ini, pembaca dibawa terlebih dahulu untuk memahami hakikat dari tujuan manusia selaku khalifah di muka bumi ini. Hakikat manusia di muka bumi ini tidak lain untuk memikirkan tentang hakikat hidupnya sendiri dan Keagungan Tuhannya. Oleh karena itu, manusia selalu mencari dalam rangka berpikir tentang hal-hal yang manusia tidak mengetahuinya, maka manusia selalu terus mecari jawaban tentang apa yang dicarinya sampai kepada tingkat kepuasan tertinggi[1] mengenai jawaban yang di dapatnya.

Ketika pembaca diberi pengertian mengenai apa yang menjadi tujuan manusia diturunkan ke bumi, maka kita sebagai pembaca akan paham hakikat dasar manusia hidup di bumi itu tidak lain untuk berpikir. Berpikir di sini tidak lain bahwa manusia akan terus mencari jawaban-jawaban tentang segala sesuatu yang ada dalam pikirannya. Oleh karena itu manusia akan selalu mempelajarinya sampai manusia menemukan jawaban yang dapat memuaskan pikirannya. Untuk itu manusia di tuntut untuk senantiasa mencari pengetahuan yang berhubungan dengan apa yang mereka cari. Dalam rangka pencarian itu, manusia di dunia ini akan dihadapkan ke dalam dua kiblat yang berbeda jauh. Apabila kita kontekskan ke dalam kehidupan sekarang ini, ilmu-ilmu yang berkembang ialah ilmu-ilmu dari Barat yang berorientasi pencarian segala sesuatu itu diukur menurut ukuran rasio atau akal[2].

Dalam pencarian kebenaran itu sendiri lengkap di bahas di dalam filsafat ilmu. Ada beberapa pengertian dari filsafat ilmu itu sendiri. Saya mengambil satu pengertian dari makalah ini, yaitu menurut Beerling (1988: 1-4) bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang cirri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistimologi[3]. Di dalam filsafat ilmu pengetahuan diselidiki apa yang menjadi sumber pengetahuan, seperti pengalaman (indra), akal (verstand), budi (vernunnf) dan instuisi. Selain sumber –sumber pengetahuan, ada juga syarat-syarat untuk mencapai pengetahuan ilmiah. Oleh karena banyak aliran-aliran filsafat dalam pencarian kebenaran itu.

Dalam pengetahuan itu sendiri, terdapat beberapa komponen yang merupakan penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya, antara lain :

1. Ontologi

Ontologi ini meliputi permasalahan apa hakikat ilmu, apa hakekat kebenaran adan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada (being) itu. Muncul paham-paham dalam ontology yang masing-masing menentukan tentang hakikat kebenaran dan kenyataan, seperti: Idialisme/ spiritualisme, matrealisme, pluralis.

2. Epistimologi

Cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode dan syahnya ilmu pengetahuan. Pertanyaan yang sering di ajukan, seperti : Apakah sumber pengetahuan itu?, dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu?. Ilmu pengetahuan ini di dapat melalui suatu cara pendekatan ilmiah berdasarkan kerangka pemikiran yang logis (rasional dalam penjelasannya). Berfikir ilmiah ini berbeda dengan kepercayaan religious yang memang berdasarkan atas kepercayaan dan keyakina, tetapi berdasarkan pada prosedur ilmiah. Muncul aliran pokok dalam epistimologi misalnya rasionalisme, kritisme, fenomenalogi, intuisme, dan positivism.

3. Aksiologi

Ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi ini menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan dalam menerapkan ilmu di dalam menerapkan ilmu ke dalam praksis. Aksiologi ini bersifat subjektif,dan aksiologi ini juga pada dasarya digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Ilmu pengetahuan ini ditujukan untuk meningkatkan tarap hidup manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam.

METODE ILMIAH

Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistmatis. Adapun langkah-langkah sistematika menurut Soetriono dan SRDm Rita Hanafie (2007: 157) sebagai berikut:

1. Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi masalah

2. Menyusun kerangka pemikiran

3. Menemukan hipotesis

4. Melakukan pembahasan

5. Menarik Kesimpulan

Metode penelitian menurut metode ilmiah sebagai prosedur langkah-langkah teratur yang sistematis dalam mengimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu yang meliputi masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, uji hipotesis, pembahasan dan kesimpulan.

PERBANDINGAN ISI MAKALAH DENGAN LITERATUR LAIN

Pada dasarnya, pengetahuan merupakan hasil tahu tentang sesuatu yang diperoleh melalui suatu usaha. Ada tiga macam pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa atau pengetahuan inderawi, pengetahuan ilmiah atau ilmu, dan pengetahuan filsafati atau filsafat. Pengetahuan ilmiah atau ilmu berasal dari filsafat yang kemudian berkembang menjadi berbagai disiplin ilmu, baik yang termasuk kelompok ilmu kealaman maupun kelompok ilmu sosial. Pada dasarnya, nilai suatu pengembangan ilmu itu perlu ditinjau sejauh mana ilmu itu dapat menyumbangkan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya mereka. Oleh karena itu, pemahaman tentang filsafat ilmu amat diperlukan. Beberapa pandangan tentang sains mempunyai arti ganda yakni sebagai ilmu pada umumnya dan sebagai ilmu yang mempelajari alam semesta saja. Mula-mula yang dipelajari orang adalah pengetahuan tentang alam yang merupakan lingkungan fisik individu, barulah kemudian berkembang ilmu sosial. Sains yang berarti ilmu kealaman pada dasarnya mensyaratkan adanya eksperimen. Ilmu pendidikan termasuk pendidikan bidang studi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial.

Kajian filsafat ilmu pada dasarnya meliputi bidang-bidang kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi membahas hakikat ilmu, pandangan terhadap ciri-ciri atau sifat ilmu. Epistemologi membahas bagaimana memperoleh pengetahuan dalam kaitannya dengan logika, filsafat bahasa, dan ilmu-ilmu lain. Aksiologi membahas manfaat ilmu tertentu bagi kehidupan masyarakat.

Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah atau ilmu. Langkah-langkahnya: 1) penetapan atau perumusan masalah, 2) penyusunan kerangka berpikir, 3) perumusan hipotesis, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan. Metode ilmiah dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi dan bukan mencocokkan objek studi dengan metode. Jika setiap upaya dinyatakan sebagai upaya ilmiah, pertanyaan dasar yang diajukan sebagai tantangan terhadapnya ialah ada tidaknya sistem dan metode yang menjadi pedoman. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran itu bersumber pada rasio atau pada fakta. Paham rasionalisme menyatakan bahwa rasio adalah sumber kebenaran, sedangkan empirisme berpendapat bahwa fakta yang tertangkap melalui pengalaman merupakan sumber kebenaran. Tidak semua data dapat dikuantitatifkan dan dianalisis secara statistik. Misalnya, dalam penelitian deskriptif, eksploratif, studi kasus, menggunakan wawancara atau angket dan tidak harus menggunakan statistik. Metode penelitian seperti ini juga merupakan metode yang ilmiah. Dalam perkembangannya, metode ilmiah juga dimiliki oleh penelitian-penelitian sosial atau non IPA lainnya, meskipun langkah-langkahnya berbeda-beda. Hipotesis yang berupa pernyataan rasional perlu didukung oleh fakta-fakta empiris. Untuk itu fakta-fakta yang relevan harus dikumpulkan untuk menilai apakah hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta atau tidak. Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan melalui penelitian yang menggunakan eksperimen atau tanpa eksperimen untuk mengetahui apakah data empiris tadi mendukung atau tidak mendukung hipotesis itu.




Kebenaran dan Sikap Ilmiah

Paradigma merupakan cara pandang kelompok ilmuwan tertentu dalam menghadapi suatu masalah. Dalam kajian tertentu, mereka sepakat menerima praktik-praktik, hukum, teori, konsep-konsep, dan instrumen-instrumen yang dipilih sehingga melahirkan tradisi penelitian tertentu untuk mencari “kebenaran” Beberapa paradigma untuk mencari kebenaran adalah paradigma logika, paradigma ilmiah, paradigma naturalistis, dan paradigma modus operandi. Paradigma logika memandang bahwa kebenaran dapat ditunjukkan bila ada konsistensi dengan aksioma dan definisi-definisi yang berlaku. Menurut paradigma ilmiah, kebenaran diperoleh setelah hipotesis diverifikasi melalui eksperimen. Teknik yang dilakukan paradigma naturalistis adalah studi lapangan. Dengan pengalaman yang cukup dalam meneliti fenomena di lapangan akan diperoleh kesimpulan yang memang tidak dapat dilakukan. Paradigma modus operandi memandang bahwa kebenaran diperoleh dengan melakukan pengujian atau penelitian secara periodik. Kebenaran ilmiah dapat diperoleh melalui berbagai cara yang dilandasi oleh paradigma tertentu. Di dunia ini tidak ada hal yang benar-benar mutlak sebab kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan yang Maha Esa. Yang ada di dunia hanyalah kebenaran tentatif, validitas ilmiah. Sikap ilmiah merupakan hal yang sangat penting sebab sikap ilmiah ini sebagai kekuatan moral untuk memilih dan menggunakan metode ilmiah dalam menemukan kebenaran ilmiah. Metode berpikir kritis berbeda dalam disiplin ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Berpikir kritis harus dilatihkan guru melalui disiplin-disiplin tertentu. Skeptis adalah sifat tidak mudah percaya, selalu meragukan sebelum sesuatu dapat dibuktikan. Sikap ini akan mendorong ilmuwan untuk meneliti kembali pekerjaan ilmuwan sebelumnya.

Apabila kita hubungankan dengan Hakikat hidup manusia di muka bumi ini , bahwa hakikat manusia hidup di alam bumi ini ialah untuk berpikir tentang apa yang menjadi ke agungan Tuhan. Aktifitas berpikir manusia ini di dorong untuk mencari kebenaran yang hakiki, sehingga manusia paham betul segala sesuatu tentang jawaban yang selama ini mereka cari. Banyak tawaran pengetahuan yang dapat manusia ambil dalam rangka mencari kebenaran tersebut. Sering muncul dikotomi mengenai sumber dari pengetahuan itu sendiri ,yang pertama meliputi sumber pengetahuan dari barat, dan yang kedua pengeetahuan dari Timur. Kedua sumber pengetahuan tersebut mengadung konsekwensi sendiri-sendiri, sehingga bagi kita hanya bisa memilih mana yang kita ambil. Pencarian kebenaran menurut pengetahuan barat yaitu dengan aktifitas akal dan rasio,maka dengan akal dan rasio itulah kebenaran akan terungkap. Sebaliknya konsep pencarian kebenaran menurut pengetahuan timur yaitu dengan mengikutsertakan asas Ketuhanan sebagai alat pengungkap kebenaran, jadi tidak hanya akal semata, tetapi dogma agama juga berperan. Ketika manusia berpikir dalam pencarian kebenaran itu sebenarnya manusia sudah melakukan aktifitas berfilsafat..

Sebetulnya filsafat ilmu ini adalah alat bantu bagi manusia dalam mengungkap kebenaran yang hakiki yang disesuaikan dengan paham yang kita anut dalam pencarian kebenaran tersebut. Kebebasan berfikir bagi manusia dibuka dengan seluas-luasnya, tetapi bagi kita selaku bangsa Indonesia yang beridiologikan pancasila akan selalu dibatasi oleh falsafah dari pancasila itu sendiri. Kita sah-sah saja untuk berpikir ala barat dengan hanya akal dan rasio semata dalam mengungkap kebenaran, hanya saja jalan seperti akan liar dengan meneronbos batas-batas asas Ketuhanan dan akhirnya kita bisa menistakan falsafah Pancasila itu sendiri. Bagi kita selaku bangsa Indonesia yang beridilogikan pancasila, sekiranya dapat menahan diri dari nafsu berpikir secara liar. Kita akan membawa asas Ketuhanan dalam mengungkap kebenaran, tetapi tetap mengikutsertakan aspek rasio dalam mengungkapnya. Disini jelas sekali kita akan selalu taat kepada point pertama dalam Pancasila yaitu “ Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dalam prosesnya akan terjadi keseimbangan tempat dan takarannya, sehingga akan membawa kepada pencarian kebenaran yang hakiki. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia yang beridiolodikan pancasila harus senantiasa mengikutsertakan falsafah pancasila dalam kerangka berpikir baik kerangka berpikir ilmiah atau kerangka berpikir dalam kehidupan sehari-hari, karena pancasila sudah mengandung keseimbangan kodrati manusia.



[1] Kepuasan manusia tertinggi itu masksudnya manusia memahami, mengerti, dan menghayati tentang apa yang di temukannya.

[2] Ilmu-ilmu Barat berakar dari filsafat Yunani Kuno.

[3] Epistimologi, secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika.

Minggu, 01 Agustus 2010

Artikel umat islam

KEHIDUPAN UMAT ISLAM DILIHAT DARI KACAMATA SOSIAL, EKONOMI, POLITIK DAN BUDAYA

Bila dilihat kehidupan umat islam di Indonesia masa kini bisa dikatakan relative terbelakang dalam berbagai hal. Hal ini tidak bisa kita tafikan karena dalam realitanya memang menunjukan kea arah seperti itu. Permasalahan umat islam yang timbul sekarang ini sangatlah kompleks sehingga permasalahan ini bisa membawa kehancuran terhadap islam itu sendiri. Permasalahan yang banyak timbul kepermukaan ialah ketika umat islam tidak lagi berprilaku seyogyanya umat islam. Prilaku umat islam khususnya di Indonesia sudah menunjukan prilaku-prilaku yang jauh dengan apa yang diajarkan dalam ajaran islam itu sendiri. Walaupun kita akui tidak semuanya seperti itu, tetapi hal ini akan menjadi penyakit yang menular dan membayakan umat yang lain. Agama islam diturunkan sebagai agama rahmatan lil alamin yang artinya rahmatan sekalian alam. Islam akan menjadi berkah bagi setiap umat apapun itu agama dan bukan agama yang membuat kerusakan. Apabila ada umat islam yang melakukan kerusakan, ini bukan berarti bukan salah agama islamnya, tetapi lebih kepada manusianya. Kita ambil contoh sederahana. Bagaimana kasus korupsi di Indonesia yang akhir-akhir ini merajalela sekali, dan yang notabene yang banyak terlibat dalam kasus korupsi ini yang mangaku beragama islam. Apakah ini yang diajarkan dalam agama islam?. Islam adalah ajaran yang agung dan senantiasa memerintahkan kepada umatnya untuk berbuat kebaikan. Hal ini bisa saja terjadi ketika paradigma kaum muslimin sudah terasukin sifat matrealisme yang semakin tinggi dan budaya “malu” umat islam yang semakin terkikis. Dengan terindikasinya sikap-sikap umat islam yang tidak mencerminkan prilaku yang semestinya, ini berarti cerminan krisis akhlak yang sedang melanda umat islam khususnya di Indonesia. Apabila degredasi moral ini tidak diantisipasi mulai dari sekarang, bisa jadi akan menjadi bom waktu kerusakan akhlak yang tak terkendali lagi.

Seiring dengan banyaknya budaya barat yang masuk ke Indoneisa yang tidak terbendung lagi dan sulit untuk dilakukannya filterisasi, maka mempercepat berubahnya polah tingkah laku dan gaya hidup orang Indonesia. Hal ini mengidentifikasi bahwa ajaran islam sekarang mulai terkesampingkan. Banya umat islam di Indonesia baik dalam berprilaku maupun cara berpikir bak orang barat. Banyak umat islam di Indonesia berpikir bahwa kebenaran hanya dapat diukur dengan ukuran rasionalitas belaka (akaL). Jadi, segala sesuatu itu diukur dengan kerangka berpikir, bahwa realitalah yang ada di dunia ini, seakan-akan segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah produk akal manusia. Mereka lupa bahwa untuk mencari kebenaran salah satunya bisa dengan dogma agama yang bersifat absolut. Salah satu untuk pencarian kebanaran mereka sengaja lupakan dan mereka terjabak dengan praktek-praktek ‘pragmatisme’ kehidupan dengan mengagung-agungkan kebenaran ilmu, pengalaman dan kebenaran filsafati semata. Hal-hal tersebut bisa menjauhkan umat islam dari nilai-nilai kebenaran yang hakiki dan bisa mendekatkan kepada kekhufuran. Banyak dikalangan umat islam yang mulai memperlihatkan prilaku-prilaku yang tidak sesuai dengan yang diajarkan agama islam. Dregedasi akhlak sudah menunjukan ke hal yang lebih parah seperti banyak terjadinya praktek prostitusi, perjudian, pembunuhan, penjualan manusia. Disini kita bisa mengkaitkan juga dengan masalah kemiskinan yang melanda umat islam, sehingga mendekatkan mereka terhadap hal-hal diatas. Selain itu, banyak praktek-praktek yang menyekutukan Allah dikalangan umat islam itu sendiri, sehingga mewarnai hiruk pikuk kehidupan umat islam. Disini perlu diadakannya pengontrol yang kuat seperti para ulama dan tokoh-tokoh agama sehingga bisa menjadi penetrasi permasalahan yang ada. Tetapi yang manjadi permasalahan baru ketika para ulama dan para tokoh-tokoh agama kurang peka terhadap permasalahan itu, mungkin ada beberapa ulama yang peduli dengan permasalahan ini. Banyak kita lihat, meraka hanya melakukan ceramah-ceramah saja dan kurang peduli apakah umat islam mengikuti ajakannya atau tidak. Dengan banyaknya permasalahan degredasi akhlak di atas yang melanda sebagian umat islam khusunya di umat islam di Indonesia bisa kita telusuri pakal penyebabnya adalah harta atau materi belaka.

Disisi lain, ada fenomena dikalangan umat islam di Indonesia yang sekarang sedang dibingungkan dengan banyak munculnya oramas-ormas islam, baik yang beraliran fundamentalis, moderat, dan liberal. Ormas-ormas islam tersebut banyak menawarkan ajaran islam yang tentunya menurut persinya masing-masing. Mereka berlomba-lomba menggalang masa dari kalangan umat islam untuk mau bergabung dengan ormasnya. Tidak lain mereka berdalih bahwa tujuan mereka ingin memajukan islam. Kalau saja kita liat hal ini, sebenarnya sudah manjadi akar permasalahn baru. Permasalahan yang muncul ketika ada wacana untuk merubah system pemerintahan yang ada dengan system syariat islam. Hal ini sebenarnya sah-sah saja ketika setiap ormas berpatokan kepada pahamnya masing-masing. Tetapi apakah setiap paham itu harus diterapkan dengan cara dipaksakan kepada orang lain. Ada bebarapa ormas-ormas islam yang memperjuangkan hal itu, seperti HISBUTAHRIR, PKS, FPI, MMI, dan yang pastinya syariat islam menurut versinya masing-masing. Kegiatan mereka dalam berjuang untuk menegakan syariat islam di Indonesia ini bermacam-macam,seperti berjuang dengan sembunyi-sembunyi, ada yang terang-terangan, ada juga yang berjuang di parlemen artinya berkooperatif dengan system yang ada yang menurut mereka sangat efektif dalam perjuangan menegakan syariat islam (yang ada mereka terlena dengan segala kemewahan yang ada di parlemen). Disini umat islam yang awam merasa kebingungan, mau dibawa kemana islam ini? Ormas-ormas islam merasa ormasnyalah yang paling benar dan yang lainnya tidak sesuai dengan islam. Dari hasil kebingungan yang ada, umat islam mulai mencari jati dirinya sendiri selaku umat islam dan mereka tidak mengekor kemana-mana dan akhirnya mereka menjadi orang yang sekuler (segala sesuatu tidak di imbangi dengan ajaran agama). Hal ini terjadi akibat akumulasi cara berpikir orang awam yang mempertanyakan kenapa umat islam bersatu saja, toh tujuan kita sama yaitu menegakan ajaran dari Allah.Tetapi realita di lapangan berbeda bahwa islam yang satu menjelek-jelekan islam yang lain. Hal ini bisa menjadi hal yang bahaya ketika tatanan kehidupan umat islam tidak diperbaiki dari sekarang. Mari kita satukan paradigma kita selaku umat islam untuk merapatkan bariskan untuk mencapai cita-cita yang kita harapkan yaitu menciptakan islam yang kaffah. Dengan tidak maksud mengintimidasi salah satu pihak, karena inilah realita yang kita rasakan bersama.

Rabu, 28 Juli 2010

Candi Bojong Menje


Paparan tentang penggunaan metodde arkeologi meliputi tahap observasi, tahap deskripsi, dan tahap ekplanasi dalam menangani situs Bojongmenje.

Dalam penerapannya di lapangan, data arkeologi secara umum dikumpulkan melalui tiga dasar, yaitu observasi meliputi kegiatan penjajagan, survei (termasuk wawancara) dan ekskavasi. Masing-masing metode menunjuk cara kerja yang berbeda yang berbeda tergantung pada sifat keletakan data. Misalnya data yang ada di permukaan tanah, di dalam tanah, dan dibawah air. Selain itu, diterapkan juga tata cara pengumpulan data secara spesifik dengan menggunakan teknologi yang tinggi, misalnya pemanfaatan foto udara. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan survei di lapangan, terdapat tiga cara kerja, yaitu survey permukaan tanah, survey bawah permukaan tanah, dan survei udara. Implikasinya, pelaksanaan ekskavasi juga akan mencakup ekskavasi arkeologi darat (terrestrial archaeology) dan ekskavasi arkeologi bawah air (underwater archaeology).

Dalam hal ini saya akan menganalisis bagaimana penggunaan metode arkeologi dalam menangani situs Bojongmenje. Bojongmenje ditemukan secara tidak sengaja oleh karena itu sifat datanya terbatas. Walaupun begitu untuk bisa menemukan data tentang keberadaan candi Bojongmenje maka bisa menggunakan metode arkeologi.

Untuk melaksanakan penelitian arkeologi menurut aturan dalam metode arkeologi yang pertama melakukan tahapan observasi. Tahapan observasi ini meliputi:

1. Penjajagan

Penjajagan dalam arkeologi adalah pengamatan tinggalan arkeologi di lapangan untuk memperoleh gambaran tentang potensi data arkeologi dari suatu tempat areal. Seperti jenis tinggalan arkeologi atau luas situs atau luas situs. Dalam penjajagan ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap keadaan lingkungan dan pencatatan tentang jenis tinggalan arkeologi (archaeological remains) kemudian menandai ke dalam data ( plotting). Penjajagan ini memberikan 2 kemungkinan. Yaitu:

  1. merupakan langkah awal bagi penyusunan awal bagi penyusunan strategi penelitian berikutnya. atau
  2. langsung menghasilkan interpretasi dari suatu situs berdasarkan catatan yang telah dibuat oleh peneliti.

Penjajagan untuk situs Bojongmenje

Situs Bojongmenje secara administratif termasuk di dalam wilayah Kampung Bojongmenje, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis berada pada posisi 6°50‘47” LS dan 107°48‘02” BT (berdasarkan peta topografi daerah Sumedang lembar 4522-II). Di kawasan Rancaekek selama ini belum ada laporan atau temuan mengenai adanya objek purbakala.

Geomorfologi kawasan situs Bojongmenje secara umum merupakan dataran bergelombang dengan ketinggian antara 620 hingga 1700 m di atas permukaan laut. Situs Bojongmenje berada pada ketinggian sekitar 675 m di atas permukaan laut. Dataran rendah berada di bagian selatan dan barat, sedangkan bagian utara dan timur merupakan perbukitan. Bukit-bukit tersebut antara lain G. Bukitjarian (1282 m), G. Iwiriwir, Pr. Sumbul (949 m), G. Kareumbi, G. Kerenceng (1736 m), G. Pangukusan (1165 m), Pr. Sodok, Pr. Panglimanan, Pr. Dangusmelati, Pr. Serewen (1278 m), G. Buyung, dan beberapa puncak lainnya (berdasarkan peta topografi daerah Sumedang.

Dataran rendah di mana situs berada dialiri beberapa sungai. Sungai-sungai tersebut bermata air dari kawasan pegunungan di sebelah utara dan timur. Di kawasan paling barat mengalir Sungai Cikeruh. Ke arah timur berturut-turut terdapat aliran sungai Cikijing, Cimande, dan Citarik. Sungai Cikijing dan Cimande bersatu dengan Citarik. Sungai Cimande yang mengalir di dekat situs, di sebelah timur situs bermula dari arah selatan ke utara kemudian berbelok ke arah barat. Di sebelah barat laut situs sungai ini kemudian berbelok lagi ke arah selatan.

Lokasi berada pada lahan kuburan yang dikelilingi areal pabrik, di sebelah selatan jalan raya Bandung–Tasikmalaya. Untuk menuju situs hanya dapat melalui lorong di antara padatnya perumahan penduduk dan tembok pagar pabrik. Panjang lorong dari jalan raya hingga lokasi situs sekitar 125 m. Lahan kuburan di mana terdapat bangunan candi, berada pada sebelah selatan kelokan sungai Cimande berjarak sekitar 75 m.

Runtuhan candi berada di bagian sudut barat laut lahan kuburan, pada tanah yang menggunduk. Gundukan tanah ini tingginya sekitar 1 m dari lahan sekitar. Pada bagian puncak gundukan ditumbuhi pohon bungur. Menurut cerita masyarakat, candi ini memang sudah lama diketahui. Dahulu di lokasi ini pernah terdapat arca batu menggambarkan sosok wanita menimang bayi. Arca tersebut dahulu sering untuk main-main dan seringkali dilemparkan ke sungai. Berdasarkan keberadaan arca ini masyarakat menamakannya Candi Orok. Di sebelah timur candi ini dahulu juga terdapat candi dan beberapa arca yang berjajar. Masyarakat menamakannya Candi Wayang. Selain di sebelah timur, di sebelah barat juga terdapat bangunan candi.

Itulah paparan mengenai proses penjajagan atau pengamatan awal mengenai situs bojongmenje. Setelah mekalukan penjajagan atau pengamatan awal lalu melakukan apa yang di namakan Survei

2. Survei

Survei adalah pengamatan tinggalan arkeologi disertai dengan analisis yang dalam. Selain itu, survey juga dapat dilakukan dengan cara mencari informasi dari penduduk. Tujuan survey untuk memperoleh benda atau situs arkeologi yang belum pernah ditemukan sebelumnya ataun penelitian ulang terhadap benda atau situs yang pernah yang diteliti. Survei dapat pula berarti melacak berita dalam literature atau data, karena adanya laporan temuan. Adapun kegiatan survey terdiri : Survei permukaan, survey bawah tanah, Survei bawah air, survey udara, dan wawancara.

Berkaitan dengan situs bojongmenje, situs candi Bojongmenje ditemukan tidak sengaja oleh warga yang sedang menggali tanah untuk menguruk gang dekat lokasi candi. Sampai saat ini belum ditemukan sumber tertulis yang menjelaskan hubungan Candi Bojongmenje dengan kerajaan tertentu yang pernah ada di Jawa Barat namun, berdasarkan temuan-temuan arkeologi di situs Bojongmenje, diperkirakan bahwa candi tersebut dibangun pada abad ke-7 dan ke-8. Dengan demikian, usia Candi Bojongmenje lebih tua dibandingkan dengan usia candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur atau setidaknya setara dengan Candi Dieng di Jawa Tengah.

Untuk meneliti situs candi Bojongmenje digunakan survei permukaan yaitu kegiatan dengan cara mengamati permukaan tanah dari jerak dekat. Candi Bojongmenje dibangun dari batu andesit, berdenah dasar bujur sangkar dengan sisi sepanjang 6 m. Bentuk bangunan candi sangat sederhana dan dindingnya hanya terdiri satu lapis tanpa hiasan relief. Kesederhanaan tersebut menjadi petunjuk bahwa peradaban manusia yang membuatnya masih lebih sederhana dibandingkan dengan peradaban pada masa pembangunan Candi Prambanan dan Candi Barabudur. Di lingkungan candi ditemukan yoni yang menunjukkan bahwa Candi Bojongmenje berlatar belakang agama Hindu Syiwa.

Setelah melakukan observasi lalu melakukan apa yang dinamakan dengan tahapan deskripsi. Tahapan deskripsi ini disebut juga pengumpulan data awal. Pengumpulan data itu lalu dihimpun dalam catatan kecil mengenai penelitian arkeologi.

Catatan awal :

- Runtuhan candi berada di bagian sudut barat laut lahan kuburan, pada tanah yang menggunduk

- Untuk menuju lokasi candi ini mesti melewati sebuah gang sempit dengan tembok pagar pabrik yang menjulang tinggi.

- Tempat ditemukannya candi ini sendiri menempel dengan tembok pagar pembatas pabrik.

- Secara umum ekskavasi telah menampakkan denah candi berbentuk bujur sangkar berukuran sekitar 6 X 6 m, bila diukur pada bagian ojief (bingkai padma, sisi genta) dan sekitar 7,5 X 7,5 m bila diukur pada batu paling bawah.

- Bahan utama yang dipergunakan adalah batuan volkanik, meskipun pada beberapa kotak gali ditemukan bata.

- Runtuhan candi berada di bagian sudut barat laut lahan kuburan, pada tanah yang menggunduk. Gundukan tanah ini tingginya sekitar 1 m dari lahan sekitar.

- Pada bagian puncak gundukan ditumbuhi pohon bungur.

- Di sebelah timur candi ini dahulu juga terdapat candi dan beberapa arca yang berjajar.

Tahap terakhir ialah ialah tahapan ekplanasi. Tahapan ekplanasi ini kalau dalam ilmu sejarah bisa disebut dengan tahapan historiografi.

EKPLANASI ( Tulisan arkeologi )

Dalam ekskavasi di situs Bojongmenje, pembukaan kotak dilakukan dengan teknik spit, yaitu menggali tanah secara arbitrer dengan interval ketebalan 20 cm. Ekskavasi yang telah dilakukan berhasil membuka 21 kotak gali dan sebuah lubang uji. Pembukaan kotak gali, pada umumnya mencapai kedalaman sekitar 150 cm. Ekskavasi pada 21 kotak gali tersebut telah menampakkan sisa struktur candi bagian kaki. Struktur kaki candi sisi barat (sebagian telah digali masyarakat setempat) yang tersisa terdiri 5 hingga 7 lapis batu. Bagian sudut barat daya terlihat melesak.

Struktur kaki sisi utara tidak dapat ditampakkan secara keseluruhan karena berada dekat sekali dengan tembok pabrik. Beberapa batu runtuhan berada di bawah pondasi pagar tembok pabrik. Sudut timur laut tidak dapat ditampakkan sama sekali karena berada tepat di bawah pagar tembok pabrik.

Struktur sisi timur ditemukan dalam keadaan tidak lengkap. Beberapa batu ditemukan dalam keadaan terpotong akibat aktivitas penduduk membuat lubang galian kuburan. Sudut tenggara dapat ditampakkan secara penuh. Beberapa batu bagian ini juga rusak akibat galian kuburan. Struktur sisi selatan keadaannya relatif utuh dalam arti tidak rusak akibat penggalian untuk kuburan.

Secara umum ekskavasi telah menampakkan denah candi berbentuk bujur sangkar berukuran sekitar 6 X 6 m, bila diukur pada bagian ojief (bingkai padma, sisi genta) dan sekitar 7,5 X 7,5 m bila diukur pada batu paling bawah. Bahan utama yang dipergunakan adalah batuan volkanik, meskipun pada beberapa kotak gali ditemukan bata. Batu kulit hanya terdiri satu lapis. Batu isian berupa batu-batu polos tidak dibentuk. Kebanyakan batu isian berbentuk panjang disusun secara melintang (berpotongan dengan struktur sisi).

Bata ditemukan dibeberapa kotak gali. Ukuran bata berkisar antkara tebal 9 cm, lebar 20 cm, dan panjang 40 cm. Pada akhir spit, yaitu dimana terdapat batu pondasi bangunan candi, tanah di sekitarnya diperkeras dengan pecahan bata dan kerikil. Pada setiap kotak gali, penggalian pada kedalaman sekitar 1 m terganggu oleh resapan air tanah yang cukup deras. Sehingga pada setiap penggalian harus selalu berpacu dengan cepatnya genangan air..