Sabtu, 12 Februari 2011

ANALISIS 3 BUKU SEMESTER 3

BAB 1
URAIAN TENTANG IDENTITAS BUKU


1. Buku Pertama
Judul Buku : Memahami Makna dan Isi Pesan (Pembelajran dan Portofolio Learning And Evaluation Based)
Penulis Buku : Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri (Guru Besar Pendidikan Nilai dan Moral UPI)
Daftar Isi : - Bab I Pengertian Siswa dan Belajar
- Bab II Makna Pembelajaran
- Bab III Portofolio
2. Buku Kedua
Judul Buku : Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengjaran Nilai-Moral PVCT
Penulis Buku : Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri (Guru Besar Pendidikan Nilai dan Moral UPI)
Daftar Isi : - Strategi Belajar Mengajar
- Media dan Laboratorium Pengjaran
- Dasar Metodologi Umum
- Pengajaran VCT

3. Buku Ketiga
Judul Buku : Reading and Notes dan Copies (Curriculum Analyses And Development) from Yahoo Websites

Penulis Buku :Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri (Guru Besar Pendidikan Nilai dan Moral UPI)


Daftar Isi :
- Kerangka Dasar Kurikulum
- Standar isi kurikulum
- Struktur Kurikulum
- Pengelolaan Kurikulum
- Evaluasi Kurikulum





































BAB II
ISI BUKU



A. Buku Pertama ( Memahami Makna dan Isi Pesan Pembelajaran dan Portofolio Learning And Based)

a. Pengertian Siswa dan Belajar

Biasanya setiap orang mengetahui siapa dan apakah siswa itu. Biasanya pula definisi yang diambil menempatkan siswa sebagai objek pelajaran dan bersifat fasif, serta menempatkan sang guru sebagai subjek aktif.
Adapun label yang benar yang menenpatkan posisi siswa secara utuh, yakni sbb:
1. Insan/ manusia yang serba potensial-terbatas serta berbeda satu dengan lainnya (individual differences). Bawaan kodrati ketiga dunia ini berjumlah 22 potensi tidak boleh ditindas atau dimatikan dan harus dibina, dikembangkan serta disempurnakan (civilized) dan di isi (dengan pengetahuan untuk kognitif, Nilai moral – norma untuk afektif, keterampilan teknis untuk psikomotor) oleh/ melalui pendidikan.
2. Subjek didik dan sekaligus juga objek didik, ini bermakna bahwa sebagai subjek didik adalah orang yang berkepentingan, memiliki sejumlah potensi (fisik/ragawi dan non fisik/ spiritual (dunia dan potensi kognitif-afektif-psikomotorik). Sebagai objek adalah insan yang harus dibantu, dilayani, dibina dan dikembangkan segala potensinya sebagai didik kearah yang diharapkan
3. Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) atau kami sebut pula sebagai kurikulum hidup; artinya kurikulum moral dengan segala perangkatnya baru bersifat acuan formal yang memuat garis besar dan arah dimensi umum pembelajran saja masih harus dibina, dikembangkan serta disesuaikan dan oprasikan dengan dunia the hiddennya peserta didik sehingga kurikulum yang layak (the proper curriculum).
4. Siswa sebagai subjek yang harus berproses dalam pembelajaran melibatkan totalitas dirinya,pencarian, pelatihan dan pelakonan diri menuju learning how to learn sebagai bekal life long learningnya. Proses belajar hendaknya arahkan ke learning to get, learning to belief, leaning to do, learning to live together.
5. Siswa sebagai subjek dididik yang memiliki hak dan kemampuann berproduksi dan berekpresi serta keinginan untuk maju atau belajar lebih banyak dan memperoleh hasil belajar yang baik.

Dilihat dari sudut siswa, belajar bukan hanya untuk memperoleh nilai angka yang baik, melainkan mampu memanusiakan, membudayakan diri dan kehidupan, memiliki kehidupan secara baik-benar. Potensi diri siswa akan abadi dan selalu menjadi senjata ampuh mengarungi dunia selanjutnya. Jadi makna belajar tidak dimaknai secara sempit, melainkan dimaknai secara luas yakni proses keterlibatan totalitas diri siswa dan kehidupannya/ lingkungannya secara utuh—terkendali kearah penyempurnaan-pembudayaan—pemberdayaan totalitas diri an kehidupannya melalui proses learning to know, learning to belief, learning to do dan learning to live.
Sesuatu akan menarik minat, mengoda dan menggairahkan serta menyenangkan siswa apabila:
1. Siswa merasa dihargai dan tidak memiliki rasa takut
2. Tampilan totalitas guru menyenangkan siswa
3. Bhan ajar dan media sumberber evaluasinya terkait dengan:
4. Minat dan kesukaan siswa.
5. Need dan interst siswa



b. Pengertian Guru
Pengertian yang umum bahwa guru bertugas mengajar atau berdiri di depan kelas. Sang guru bukanlah satu-satunya sumber/media pembelajran dan tugas pokok sang guru bukan mengajar tetapi membelajarkan siswa berikut bahan ajarnya serta kehidupan riil atau lingkungan belajarnya sebagai media dan sumber. Tugas ini bukan hanya di depan kelas, melainkan sepanjang waktu dan dimana saja. Kualifikasi guru yang demikian mutlak memiliki dua kualifikasi yankni kompeten (berkewenangan/ memiliki kemampuan akademik dan formal) dan professional.
Pengertian guru yang sebenarnya ialah setiap (manuisa, hal materiil dan kondisional/imaateril yang bisa membelajarkan siswa untulk lebih tahu, dewasa dan berbudaya/terdidik). Guru hendaknya membina media lain dan menempatkan dirinya sebgai orgizer/menejer yang memperdayakan aneka sumber/media tadi untuk mampu membelajarkan siswa sesuai target harapannya.

Peran yang diharpakan ditampilkan ialah sebagai guru inquiry, fortofolio Teacher dan fasilitator atau tutor ialah melakukan rekayasa terarah terkendali tadi meliputi a.l tuas peran guru sebagai:
1. Perancang program
2. Pelaksanaan Rancangan Pembelajran secara demokratis-humanistik
3. Guru sebagai menejer
4. Guru sebagai motivator
5. Guru sebagai mentor
6. Guru sebagai pemberi hadiah (rewarder)
7. Guru sebagai penilai/evaluator.
8. Guru sebagai pengarah. Director dan redirector
9. Guru sebagai pengambil keputusan



PROFESIONALISME GURU

Profesionalisme disini ialah guru yang memiliki rasa tanggung jawas, memiliki kompetensi secara keilmuan dan pengetahuan khusus, Secara umum frofesionalisme guru tercamtum dalam pengertian tersebut.

Fungsionalisasi Sekolah dan Kepala Sekolah
Fungsi peran utamanya ialah:
a. Tempat dimana proses pembelajaran dilaksanakan
b. Media/pusat pembinaan dan pengembangan anak didik menjadi manusia
c. Pusat sumber belajar dan kegiatan generasi muda dan masyarakat
d. Sebagai agen pembaharuan lingkungan dan masyarakat
e. Merupakan lambing elitisisme pendidikan, strata social, social ekonomi dan penringkat peradaban.

MAKNA PEMBELAJARAN

Belajar adalah satu kebutuhan dasar manusia, baik secara kodrati maupun inan social—alamiah. Tuntutan Pembelajaran (Proses KBM) Dewasa ini meminta kualifikasi demokratis, humanistic, padat kegunaan (meaningfulness), siswa sentries dan aktif dengan proses belajar siswa kadar tinggi dan multi domamin—taxonomic (kawasan dan ranah) serta multi dimensional.
Kemampuan belajar (learning skill) yang harus dibelajarkan ialah berbagai kemampuan belaja intelektual (daya nalar, afektual (kepekaan emosional) serta keterampilan teknis pelaksanaan PKN.

PORTOFOLIO
Dalam kajian Portofolio ini dijelaskan bagaimana prinsif bagaimana pembelajaran portofolio itu digunakan. Adapun prinsip utama pembelajran /belajra ialah proses keterlibatan seluruh/ sebagaian besar potensi diri siswa (fisik—non fisik) dan kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya serta bagi lingkungannya (kini dan esok). Pembejalaran portofolio adalah proses pembelajaran multi domain taksonomi melalui serangkaian KBS/metoda—media dan sumber yang bervariasi serta berlangsungnya kelas maupun luar kelas/sekolah, mandiri ataupun kelompok.
Ciri utama KBS Portofolio:
1. Pemberdaryaan dan pelatihan serta pengembangan potensi belajar (KAP)
2. Pemberdayaan berbagai variasi media dan sumber belajar (termasuk realita kehidupan.
3. Serta pelatihan /pelakoknan proses sosialisasi dan learning experience (sebagai manusia, wara masyarakat/kelompok dan WNI).
Pembelajran Portofolio bersifat:
1. Active, meaningful and continuous learning dan evaluation
2. Problem solving, Discovery dan inquiry serta groups—learning
3. Intgrate learning (bahan ajar maupun KBS, Media dan sumber)
4. Cooperative groups learning (kejar koperative
5. Studen based.
6. Al Demokratis---humanistik---terbuka
7. Factual based
8. Multi dimensional
9. Mendorong fungsi guru sebagai fasilitator---motivator-director
10. Pola evaluasi yang komulitatif dan terbuka
11. Kbs multi jenios, tempat dan waktu serta menyenangkan.

Evaluasi Portofolio ialah pola penilaian proses dan hasil belajra yang bersifat kumulatif---kontionyu—berkesinambungan melalui berbagai momentum dan media.



Belajar:
1. Bersifat aktif, belajar aktif berkadar tinggi, berarti sebagaian potensi belajar/diri siswa (kognitif, afektif, psikomotorik dengan taksonomi/ranah yang tinggi terlibat dalam proses)
2. Inquiry learning (belajar secara inkuiri---inquire= mencari) berarti belajar melalui kegiatan mencari dan menyidik (berinvestigasi)sendiri tentang yang dibelajarkan dari berbagai media dan atau sumber ajar. Siswa di sorong dan diajak mencari/ menyidik dengan menggunakan potensi belajarnya
3. learning atau belajar secara terpadu apa yang dipelajari dan dilakoni bersifat komprehensif (meluas) dan utuh, tidak parsial
4. Cooperative Group Learning (Kelompok Belajar koperatif). Yakni suatu bentuk kelompok belajar yang bersifat kooperatif, diamana seluruh anggota merupakan satu kesatuan/keluarga, penuh solidarisme (positif)
5. Student based, Artinya siswa (kemampuan dan kondisi fisik serta lingkungan belajarnya) menjadi acuan segalanya (mulaui dari bahan ajar sampai penilaiannya.
6. Demokratis---humanistik dan terbuka; bermakna bahwa segala prinsip dan asas tentang demokrasi dan humanism ( Termasuk HAM) harus dipraktekan selama PBM/KBS oleh semua orang
7. Factual based sebagaimana uraian di atas berarti bahwa bahan ajar jangan hanya teoritik-ookonseptual atau normative semata serta tidak mono sumber dari satu buku saja; melainkan dikaitkan dengan kehidupan siswa.

Langkah terakhir dalam pengembangan Bahan ajar ini ialah:
a. Mengkaitkannya dengan the hidden aspects
b. Mengkaitkan denganrealita kehidupan (kemarin-----kini-----esok)
c. Memanipulasi kesemua itu sebgai kejadian nyata dalam kehidupan di lingkungan belajar anak atau media cetak
Begitulah uraian yang dibahas di buku pertama. Banyak yang harus dikaji ulang oleh seorang guru untuk bisa menjadi guru yang professional. Ketidakmudahan ini menjadikan kita sadar akan pentingnya memahami makna dari pembelajran itu sendiri. Kita sebagai pengajar rasanya merasa sudah ideal menjadi guru yang baik, tetapi dengan membaca buku ini, kita merasa jauh dari apa yang dinamakan guru ideal.Besarnya manfaat buku yang ditulis oleh Prof Kosasih mudah-mudahan menjadi pelapang baginya diakhir nanti.

B. Buku Kedua ( Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai Moral)

Dalam buku kedua ini, esensinya sama dengan buku yang pertama, sama-sama meyoroti tentang ke profesionalan seorang guru dalam suatu proses Belajar Mengajar. Di awal-awal penjelasan buku ini, kedudukan seorang memang penting dengan kewajiban-kewajiban yang diembannya. Dalam hal ini memang guru ditempatkan sebagai pengajar yang mempunyai tugas mentransfer ilmu pengetahuan atau materi atau menyeleseikan Pelaksanaan Perancanaan Pengajaran. Dengan mengaktualisasikan definisi di atas,kadang guru menempatkan dirinya sebagi pusat dari suatu kegiatan mengajar. Mereka lupa akan hakikat dari tugas seorang guru itu,oleh karena itu kalau melihat proses bellajar mengajar juga harus menempatkan murid sebagai centris. Dengan begitu guru dalam kegiatan belajar mengajar harus membelajarkan potensi diri dari siswa untuk belajar yang efektif, dan oftimal. Potensi yang ada dalam diri siswa bisa dijadikan suatu keterampilan dalam proses belajar siswa itu sendiri (Learning skill). Dengan adanya Learning skill ini, hasil belajar siswa menjadi optimal sesuai dengan target pengajaran yang lebih baik. Dengan begitu apa-apa yang ada dalam diri seorang guru harus diarahkan kepada penggunaan potensi siswa untuk peningkatan target belajar yang lebih baik dengan mempertimbangkan kemanusiawian,efektif, dan optimal.

Disisi lain dalam pembahasan buku ini menekankan apa yang menjadi hakikat belajar pada siswa. Belajar disini melibatkan potensi siswa baik secara internal maupun internal dengan kekuatan yang mendukung dari luarnya, seperti bahan ajar, guru,siswa. Target belajar yang baik dan sesuai target bukan hanya sekedar menghapal secara leteerlook,tetapi itu hanya sebagai penghubung dalam proses belajar, bukan berarti berhenti sampai disiini, tetapi untuk mengasah kemampuan selanjutnya. Proses balajar yang dihadapkan kepada siswa harus mengandung banyak persiapan, khususnya kesiapan motivasi dalam diri peserta didik. Proses belajar harus mempertimbangkan hasil belajar harapan (HBH) dengan hasil belajar real (HBR).Disini guru harus melihat apa-apa yang menjadi indkator pembelajaran yang sesuai dengan HBH. Tetapi kalaupun itu tidak sesuai, maka seorang guru harus banyak mengevaluasi dari baerbagai dimensi.

Dalam pembelajaran siswa perlu dihargai sebagai insane ilahi yang mandiri, maupun social dan politik. Oleh karena peserta didik bukan objek pelajaran guru. Dia adalah objek pengajaran dan sekaligus pula objek target pengajaran. Dengan begitu seorang guru sudah harus bisa memperlakuan murid sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya., hak mengikuti program pendidikan, bantuan fasilitas belajar. Seorang guru yang baik yang memperlakukan murid dengan baik ialah dia tidak monoton dan parsial tidak mengarahkan kepada kognitif sentries saja, tetapi dia holistic dan metode, dan penilaian. Dalam hal ini kognitif tidak sebagai dimensi utama tetapi guru harus melihat dimensi affektif dan psikomotor. Dengan begitu untuk mnggerakan semua potensi termasuk kedepalan potensi dapat dibelajarkan dengan metode PVCT (Pengajaran Value Clarification Technique).





Gaya Mengajar (Learning Style)
Bila membicarakan gaya belajar, ini akan berkorelasi dengan tindakan dan dan kondisi yang berada di lingkungan belajar. Pola belajar yang baik dirasakan ada rasa kenyamanan, sesuai dan mantap. Gaya mengajar ini sedikit banyak menentukan terhadap HBR ditentukan pula oleh suasana belajar.Sejauhmana gaya belajar ini menentukan terhadap HBR ditentukan pula oleh factor integensi ybs dan kualifikasi penampilan guru dan bahan ajar. Satu hal yang g tidak diragukan bahwa gaya belajar ini mendorong gairah dan kemudahan belajar bagi ybs. Dalam mnjalankan gaya belajar yang baik.
1. Gaya belajar terkait dengan kondisi siswa.
2. Mengingat keanekaragaman gaya belajar ini.
3. Gaya belajar yang layak.
Keunikan gaya belajar tadi bisa untuk setiap jenis pelajaran tetapi mungkin hanya untuk jenis tertentu. Kebanyakan siswa masuk tipe tertentu.
Dalam peningkatan atau pendalaman metode pengajaran , maka diangkat metode baru yaitu CBSA dan inkuiri.CBSA atau cara belajar siswa aktif dan student active menunjukan pola belajar-mengajar sentris. CBSA kadar tinggi dijangkau KBS inkuiri dengan pola KBS kelompok belajar kooperatif. KetigaKBS ini sangat ideal untuk oprasional dengan diiringi polamengajar guru reaktif (reactive theacing).
Kaitan CBSA dengan pendekatan inkuiri, amat erat,karena dalam inkuiri CBSA kadar tinggi in actin. Hakikat inkuiri adalah mencari-mengkaji sampai menemukan sesuatu yang argumentan atau rasional dan teruji.

TUGAS PERAN UTAMA GURU
Peran guru sebagai manusia dan atau medida pembelajaran siswa hendaknya menjadi fasilitator yang demokratis-manusiawi, kearah terciptanya pengajaran yang interaktif dan reaktif secara aktif-optimal. Secara tipologis guru tadi berupaya membulatkan diri menjadi guru inkuiri, yakni guru sebgai perencana, pelaksana, pengelola, fasilitator, penilaian, pembuat keputusan, dan pemberi hadiah.


Pola pengajaran Interaktif-Reaktif
Perkataan “interaktif” memuat pengertian adanya dua hal yang lebih yang beinteraksi atau in action, yang satu beraksi dan lainnya bereaksi atau sebaliknya. Motion yang ideal adalah gerak yang interdiatif artinya memiliki kekuatan kuat untuk saling mempengaruhi. Dan yang menentukan kadar ketergantungan yang interdiatif adalah penampilan guru atau media pengajaran. Kedua hal inilah yang menjadi KBS terarah-terkendali (conditioned learning activities).

Fungsi dan Peran Media Pengajaran
Setiap proses pembelajaran, guru harus mempertimbangkan aspek m3Se. begitu pun juga dengan media pembelajaran. Dengan media dimaksudkan sesuatu dapat:
1. Menjadi fasilitator (pemberi kemudahn)
2. Meningkatkan kadar CBSA dan atau proses KMG interaktif-reaktif
3. Meningkatkan motivasi belajar
4. Meringankan beban dan tugas guru
5. Meningkatkan proses KBM secara efektif
6. Menjadi penyedia kebosanan dan kelahan siswa.

Metoda Ekspositorik
Metode yang berarti menunjukan , memperagakan dan atau memperlihatkan. Ekspositorik sebagai metode berarti memperagakan sesuatu untuk menciptakan KBM dan khususnya KBS yang terarah dan terkendali menuju target sasaran harapan guru/pelajaran. Dari contoh diatas maka dapat ditarik simpulan bahwa yang bisa diekspos adalah hal yang termasuk klasifikasi media pengajaran.


Metoda Pengajaran Konsep.
Memahami makna dan metoda ini harus faham betul makna/hakikat konsep, data, dan fakta. Ketiga hal ini kait mengait dalam pembinaan atau perumusan konsep yang menjadi inti pokok pengajaran konsep


Metode Tanya Jawab
Bentuk dan jenis pertanyaan antara lain :
1. Pertanyaan pengukuran.
2. Pertanyaan penjajagan.
3. Pertanyaan Pemberi dorongan/Motivasi (Probing)
4. Pertanyaan distributif
5. Pertanyaan Ajukan (Judgement)
6. Pertanyaan tertutup
7. Pertanyaan sugestif/manipulatif.

a. Metode Partisipatori
Secara harfiah Partisipatori bermakna turut ambil bagian dalam suatu kegiatan atau kehidupan.Dan dimaksudkan dengan turut “turut serta atau turut ambil bagian” hendaknya diartikan lebih luas, yakni melihat lebih luas, melihat langsung, merasakannya atau mencobanya serta turut melakoninya secara nyata.
Wadah untuk berpartisipatorik sebagai Metode Kegiatan Belajar Mengajar, membelajarkan siswa, kehidupan keluarga atau masyrakat, instansi, kedinasan atau kemasyarakatan, laboratorium atau pusat Modelling.

b. Metode Diskusi dan Kelompok Belajar (Kejar)
Ciri essensial prosedural diskusi antara lain :
1. Adanya proses dialogistik yaitu interaksi antara struktur kognitif denganafektif dan psikomotor,antara potensi diri kita dengan potensi orang lain atau dengan dunia nyata serta keilmuan.
2. Ciri essensial lain daripada proses diskusi ialah adanya sharing ideas (pertukaran pendapat,berargumentasi yang benar dan layak (memiliki landasannya).
3. Ciri Essensial yang ketiga yakni tuntunan kearah berinkuiri/mencari/mengkaji/meneliti dan mendapatkan sesuatu.
4. Ciri lain yaitu proses sosialisasi diri, dimana mereka dilatih berhadapan dengan orang lain dan mengikuti etika atau aturan main yang disepakati bersama atau yang telah ditentukan.
c. Metode Inkuiri dan Pemecahan Masalah
Pengunaan kedua metode ini memerlukan beberapa prasyarat, antara lain:
1. Dari pihak guru diperlukan kejelasan target KMNr PB.
2. Dari fihak siswa juga harus memiliki kesiapan, diantaranya kemampuan analisis.
Keunggulan kedua metode ini ialah:
 Meningkatkan keterampilan dan kualitas hasil belajar.
 Menuntun siswa akrab dengan kehidupan nyata.
 Membakukan kemahiran analisis dan argumentasi rasional/berkelandasan.
 Mensosialisasikan siswa.
 Mendaya gunakan aneka sumber dan lingkungan belajar.


Secara lebih lengkap buku ini membahas banyak bagaimana metode-metode pembelajaran di dugunakan dalam pembelajran disekolah. Hal ini menjadi hal baru yang harus kaji kembali oleh para guru khususnya mengenai metode-metode dalam pembelajaran

PENGAJARAN VCT (PVCT)
PVCT atau pengajaran Value Clarification Tehnique (Tehnik mengklarifikasi nilai) adalah pola pengajaran khusus (methodic khusus). Pola ini diharapkan mampu membelajarkan potensi/dunia afektif peserta didik sekaligus pula mempribadnikan ini dan pesan dan moral, jiwa dan semangat yang tersirat dan tersurat dalam suatu kajian pelajaran
Dalam buku ini dibahas beberapa keunggulan PVCT Ialah:
a. Mengklarifikasi nilai dan moralitas dan norma keyakinan/prinsip baik berdasarkan norma umum (etika, estitika, logika /ilmu, agama, budaya dan hukum positif). Maupun yang ada atau mempribadi dalam diri dan kehidupannya.
b. Manfaat kedua, PVCT dapat digunakan untuk rekayasa pembinaan, penanaman dan melestarikan suatu atau jumlah nilai-moral dan norma yang diharapkan secara manusiawi dan mantap.
c. Dengan PVCT, siswa dibina dan diberi pengalaman (belajar) serta ditingkatkan potensi afektualnya sehingga memiliki kepekaan dalam berbagai landasan dan tuntutan nilai moral yang ada dalam kehidupannya.
d. Siswa dibina kepekaan afektualnya akan essensi pelbagai nilai-moral yang perlu dibina, ditegakkan dan dilestarikan serta didorong untuk menganut, meyakini dan menampilkan (moral perpormance) sebagai tampilan diri dan kehidupannya.
e. Dari gambaran di atas maka jelas PVCT merupakan salah satu pola pendekatan pembinaan dan pengembangan moral (Moral Development).

C. Buku Ketiga ( Curriculum Analyses and Development)
• Esensi profesionalisme Dikgu
Guru merupakan pendidik dan harus profesional (UUSPN 2003 jo. UUGr/Dos 2005) karena hal tersebut merupakan tuntutan keilmuan Kependidikan serta tugas dan jabatannya. Hal ini menyatakan bahwa seorang guru adalah seorang tenaga pendidik yang memiliki tugas bukan hanya secara yuridis tetapi guru haruslah mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab yang tinggi terhadap segala tugas keprofesionalannya terutama pada peserta didik. Tugas dikgu dalam keprofesiannya ini adalah membina dan mengembangkan peserta didik melalui rekayasa dan terarah dan terkendali. Dikgu harus dapat menampilkan diri atau sosoknya sebagai Dikgu dimanapun dan kapanpun serta melaksanakan perannya sebagai perencana – pelaksana – motivator & fasilitator pembelajaran – manager pembelajaran – evaluator & rewarder researcher dan mitra peserta didik, dan lain-lain.
Tugas, fungsi, dan peran Dikgu telah dipaparkan dengan jelas secara yuridis, namun dalam pelaksanaannya Dikgu mengalami beberapa dilema dalam profesionalismenya sendiri. Dilema itu diantaranya adalah adanya paradoxal peraturan dan sistem, keterbatasan diri dan lapangan kerja, intervensi politik dan paham masyarakat yang menganggap rendah terhadap guru. Hal ini haruslah diperbaiki dengan memaknai fungsi dan perannya. Sehingga dalam menampilkan sosoknya ini Dikgu haruslah menganut dan melaksanakan sejumlah azas/prinsip pedagogik. Selain hal tersebut perlu dilakukannya pembinaan dan peningkatan profesionalisme Dikgu. Berbagai jalur dapat digunakan dalam usaha pembinaan dan peningkatan profesionalisme Dikgu ini seperti memahami perundangan yang telah diatur secara yuridis, memasuki dan berperan aktif dalam organisasi profesi, mengadakan learning center, menulis dan mempublikasikannya. Berbagai jalur ini dapat membawa Dikgu dalam pemahaman sosoknya sehingga dapat meningkatkan profesionalisme Dikgu.
Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan Dikgu yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki. Peningkatan mutu pendidikan merupakan keharusan yaitu bagi lembaga yang menilai dan menyesuaikan kurikulum, kelembagaan, SDM, dan sapras yang memadai; bagi tenaga edukatif dalam meningkatkan kamahiran keilmuan, tenaga peneliti dan perpustakaan dalam menyediakan kuantilitas Buku/Jurnal.
Perubahan kurikulum dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan untuk mencari format terbaik mulai dari perbaikan dan perubahan kurikulum pendidikan itu sendiri, perbaikan sarana, dan berbagai pelatihan guru agar kualitas para lulusan menjadi lebih baik dan bisa mendapatkan pekerjaan sesuai kebutuhan lapangan. KTSP sebagai kurikulum yang terbaru harus memberikan beberapa dampak secara programarik dan menyesuaikan pola prosedural perkuliahan dan memperkaya strategi pembelajaran (SBM).
• Kbk Pkn
Perubahan kurikulum memunculkan paradigma baru dalam mata pelajaran yang disajikan di sekolah, contohnya PKN dalam kurikulum KBK. Perubahan tersebut meliputi fungsi, misi, visi, dan azas pembelajaran PKN. Terdapat beberapa dalil yang mempengaruhi paradigma baru PKN/PPKn/Kn. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, proses ini dikenal sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya, ini dikenal sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne terdapat lima kategori utama dalam pembelajaran yaitu verbal information, cognitive strategies, motor skills dan attitudes. Pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Berdasarkan model The CAL pembelajaran dilakukan dengan membuat dua kelas yang berbeda dalam sebuah variabel seperti karakter pribadi dan situasi. Dalil-dalil lainnya adalah three types of memory structures oleh Anderson yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, Argyris mengemukakan double loop learning yaitu proses mendeteksi dan memecahkan kesalahan, dan berbagai dalil lainnya yang diungkapkan oleh para ahli yang menjadi landasan dalam KBK.
• KBK
KBK memberikan implementasi baru dari kurikulum sebelumnya. Implementasi yang telah dilakukan tersebut meliputi beberapa prinsip yaitu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM); Penilaian Berbasis kelas; dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.
Prinsip keberagaman di dalam KBK menunjukan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, setiap sekolah dan guru dilapangan mempunyai tanggung jawab untuk menterjemahkan KBK dalam bentuk silabus yang akan mereka gunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum 2004 didalamnya memuat perencanaan pengembangan kompetensi pesera didik yang perlu dicapai secara keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi-kompetensi, hasil belajar dan indikator hasil belajar dari Taman Kanak-kanak (TK/RA) sampai kelas 12. Kurikulum dan hasil belajar memuat standar kompetensi untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dinilai, dan bagaimana pembelajaran disusun.
KBK memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten. Penilaian KBK berbasis kelas dengan mengumpulkan kerja siswa. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Kegiatan Belajar Mengajar dalam KBK memuat gagasan-gagasan pokok tentang strategi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis yang mengelola pembelajaran agar menyenangkan dan efektif.
Karakteristik KBK mencakup kompetensi yang sesuai, indikator-indikator evaluasi untuk menentukan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pembelajaran. Disamping itu KBK memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus sebagai hasil kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang harus dicapai.
• Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Organisasi sekolah dan pendidikan secara lebih lanjut telah lama dikaitkan dengan ide kurikulum. Terdapat empat pendekatan dalam teori dan praktek kurikulum :
a. Kurikulum Merupakan Badan Pengetahuan Yang Harus Disampaikan
Kurikulum adalah silabus yang disampaikan. Sebuah silabus umumnya tidak akan menunjukkan kepentingan relatif dari topik atau urutan di mana mereka harus dipelajari. Dalam beberapa kasus Curzon (1985) menunjukkan, orang-orang yang menyusun silabus cenderung mengikuti pendekatan buku teks tradisional suatu 'urutan isi', atau pola yang ditentukan oleh pendekatan 'logis' untuk subyek, atau - sadar atau tidak sadar - sebuah bentuk dari rangkaian pelajaran universitas di mana mereka mungkin telah berpartisipasi. Dengan demikian, sebuah pendekatan untuk teori kurikulum dan praktek yang berfokus pada silabus yang hanya benar-benar peduli dengan konten. Kurikulum adalah suatu badan pengetahuan-konten dan / atau subjek. Pendidikan dalam pengertian ini, adalah proses dimana ini ditularkan atau 'disampaikan' kepada siswa dengan metode yang paling efektif yang dapat dibuat (Blenkin et al 1992: 23).

b. Kurikulum Merupakan Sebuah Tujuan Akhir Yang Dicapai Siswa – Menghasilkan Sebuah Produk
Kurikulum adalah sebuah tujuan yang mengarahkan apa yang harus dicapai siswa pada akhirnya. Menurut Tyler kurikulum berisi tentang:
1. Apa tujuan pendidikan yang harus diusahakan untuk dicapai sekolah?
2. Apa pengalaman pendidikan dapat disediakan, yang mungkin untuk mencapai tujuan ini?
3. Bagaimana pengalaman-pengalaman pendidikan ini diselenggarakan secara efektif?
4. Bagaimana kita bisa menentukan apakah tujuan-tujuan ini sedang dicapai? (Tyler 1949: 1)
c. Kurikulum Merupakan Sebuah Proses
Kita telah melihat bahwa kurikulum sebagai model produk sangat tergantung pada keadaan tujuan perilaku. Kurikulum, pada dasarnya adalah satu set dokumen untuk implementasi. Cara lain untuk melihat kurikulum dalam teori dan praktek adalah melalui proses. Dalam hal ini kurikulum bukan hal fisik, melainkan interaksi guru, siswa dan pengetahuan. Dengan kata lain, kurikulum adalah apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas dan apa yang orang lakukan untuk mempersiapkan dan mengevaluasi. Apa yang kita miliki dalam model ini adalah jumlah elemen dalam interaksi konstan. Ini merupakan proses aktif dan hubungan dengan bentuk praktis dari penalaran yang ditetapkan oleh Aristoteles.
d. Kurikulum merupakan sebuah praksis
Kurikulum sebagai praksis adalah, dalam banyak hal, merupakan pengembangan dari model proses. Sementara model proses didorong oleh prinsip-prinsip umum dan tempat-tempat penekanan pada penilaian dan membentuk makna, itu tidak membuat pernyataan eksplisit tentang kepentingan yang dilayaninya. Model kurikulum praksis teori dan praktek membawa ini ke pusat proses dan membuat komitmen eksplisit untuk emansipasi. Jadi, tindakan ini tidak hanya diinformasikan, tapi juga harus dilakukan. Ini adalah praksis. "Artinya, kurikulum bukan hanya satu set rencana untuk dilaksanakan, melainkan didasari melalui proses aktif di mana perencanaan, bertindak dan mengevaluasi semua saling terkait dan terintegrasi dalam proses '(Grundy 1987: 115)




























BAB II
PERBANDINGAN BUKU


Bila kita baca dengan seksama, bahwasannya dari ketiga buku ini intinya adalah member pengertian mengenai makna sebenarnya dari proses belajar-mengajar (KBM). Dari ketiga buku ini juga banyak mengungkap bagaimana suatu proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang semestinya digunakan. Dengan begitu, membaca ketiga buku ini guru diingatkan bahwa proses mengajar itu tidak hanya guru sentris, tetapi ada beberapa metode yang melibatkan potensi-potensi siswa untuk dikembangkan. Oleh karena itu di dalam buku secara jelas dan gambling dijelaskan hakikat dari belajar-mengajar. Tugas guru dijelaskan dengan sistematis untuk renungan bagi guru yang selama ini menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan hakikat mengajar.
Bila kita bandingkan ketiga buku ini kita akan menemukan konsep-konsep yang sama diantara buku ini yang sering penulis tekankan dan perlu diingat oleh pembacanya. Dengan mengulang konsep yang sama di dalam buku, penulis setidaknya sudah member pesan kepada pembaca untuk senantiasa konsep itu dilakukan. Adapun bahasan yang akan dibandingkan dalam book report ini adalah bahasan mengenai konsep mengajar-belajar, metode yang digunakan dalam proses belajar, dan evaluasi belajar. Adapun perbandingannya sebagai berikut:




1. Buku Pertama: Memahami Makna dan Isi Pesan (Pembelajran dan Portofolio Learning And Evaluation Based)

Di dalam buku ini, penulis pertama-tama menjelaskan mengenai serenteran apa itu mengajar. Mengajar yang baik penulis menawarkan 7 (tujuh ) pengertian yang salah satunya, bahwa mengajar adalah tampilan totalitas diri guru secara terarah—terkendali (continued) kearah membelajarkan siswa dan kehidupannya (multi tempat atau lingkaran kehidupan (life cycles), multi aspek, dan waktu) serta bersifat conditioned agar memperoleh hasil belajar sebagaimana diharapkan.
Disisi lain, buku ini menjelaskan bahwa selalu ada pengajar yang menempatkan kedudukan murid di posisi yang salah, maka buku ini menjelaskan apa itu belajar? Dan bagaimana kedudukan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan begitu dalam buku pertama penjelasan ini dimaksudkan bahwasannya guru selalu memandang siswa itu pada posisi yang benar dan utuh. Dikatakan bahwa potensi siswa bersifat multy-potensi dan sekaligus pula sarat keterbatasan ( daya tumbuh berkembang serta keberadaannya). Potensi bawaan pertama ialah ragawi/jasad dengan segala panca inderanya yang berbeda satu dengan lainnya karena factor genetic atau normative-kultural. Potensi bawaan non fisik yakni potensi spiritual/rohani yang dibwa dalam dunia kognitif, afektif, dan psikomotor anak. Bawaan kodrati ketiga dunia ini berjumlah 22 potensi tidak boleh ditindas atau dimatikan dan harus dibina, dikembangkan serta disempurnakan (civilized) dan diisi ( dengan pengetahuan untuk kognitif, nilai moral—norma untuk afektif, keterampilan teknis untuk psikomotor) oleh / melalui pendidikan)
Dengan begitu, dalam proses pembelajaran guru tetap berpegangan kepada ketiga potensi kemampuan siswa, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kamampuan menejerian seorang guru diuji untuk mengvaluasi ketiga potensi kemampuan siswa ini. Ketiga potensi kemampuan siswa ini bisa diarahkan deng an menggunakan pembelajaran yang disebutkan dalam buku ini, seperti
1. Pembelajaran portofolio
2. Inquiri learning
3. Integrated learning
4. Cooperative Group Learning
5. Studen based
6. Demokratis—humanistic dan terbuka
7. Factual based

Itulah bahan perbandingan yang dibahas di dalam buku pertama. Buku pertama penekanan-penekananya lebih kepada proses belajar-mengajar dan penggunaan metode belajar dalam proses itu.

2. Buku Kedua : Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai-Moral PVCT
Di dalam buku ini juga membahas tentang tugas guru, yang antara lain adalah membelajarkan siswa dengan keadaan dan kemampuan, minat serta tingkat perkembangan belajarnya sehingga siswa mampu menyerap (menginternalisasi, mempribadikan/personalisasi dan membudayakan diri) isi pesan pelajaran secara efektik, efisien dan optimal.
Strategi Belajar Mengajar, terdiri atas dua ungkapan kata yakni Strategi dan Belajar Mengajar, Strategi adalah kajian tentang cara atau teknik melaksanakan atau mencapai sesuatu secara baik dan sukses. Maka Strategi belajar mengajar bermakna kajian begaimana kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana secara baik dan sukses. Penentuan suatu strategi sangat ditentukan oleh cara berfikir atau sudut pandang (pendekatan = approach) serta perseps pemahaman kemahiran akan teknik-teknik (metoda = kumpulan sejumlah teknik ). Ini berarti bahwa untuk penentuan SBM yang tepat guna (sebagaimana harapanya di atas ) maka guru harus memahami dan mahir sejumlah pilihan pendekatan dan metoda. Sebab memang kalau seseorang hanya memiliki satu sudut pandang saja dan hanya tahu dan mahir satu teknik saja, maka yang bersangkutan tidak perlu berfikir strategi.
Belajar terjadi apabila potensi diri siswa berinteraksi dan bertransaksi baik secara internal (antar potensi diri) maupun eksternal (dengan kekuatan di luar diri siswa, seperti dengan bahan ajar, siswa lain, guru, lingkungan, dll). Kadar belajar makin tinggi apabila kadar taksonomik potensi yang terlibat adalah taksonomik tinggi. Hakekat belajar adalah :
a. Proses dialog antar potensi diri melalui berbagai media pengajaran dan melalui berbagai reka upaya kegiatan sehingga mampu menyerap bahan ajar menjadi milik dirinya.
b. Proses transaksi antar struktur potensi diri dan antar struktur potensi diri dengan guru atau sesuatu sehingga terjadi proses internalisasi/personalisasi yang menyebabkan perubahan atas diri siswa.
c. Proses perubahan diri dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak bisa menjadi bisa.

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tetap prinsipnya seperti dikatakan dalam buku pertama harus melibatkan ketiga potensi seperti kognitif, afektif dan psikomotor dalam rangka penilaian HBR (Hasil belajar Real). Pembinaan keutuhan ketiga potensi diri siswa ditentukan utuh-tidaknya substansi (bahan ajar) serta representative metoda—media dan evaluasinya.
Dalam proses pembelajaran siswa harus mengikuti urutan procedural dan ketercapaian sempurnanya suatu domain. Jadi, orang secara kognitif sempurna kalau keenam potensi kognitifnya itu terlatih. Dan untuk mampu memahami sesuatu maka siswa harus hafal dahulu, demikian hirarki belajaranya.
Dalam buku kedua ini di uraikan juga metode belajar siswa. Oleh karena itu diangkatlah dibuku ini istilah
1. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
2. inquiry
3. Kejarkop (Kelompok Belajar Kooperatif)

Ketiga metode belajar ini yang ditawarkan dalam buku kedua. Metode Belajar Inquiry dalam buku ini adalah mencari-mengkaji sampai mampu menemukan sesuatu (pilihan/keputusan) yang argumental dan rasional dan teruji. Adapun Kejarkop (Kelompok Belajar Koperatif) merupakan Kejar dan pola kegiatan koperatif yang dalam kehidupan biasa kita kenal dengan “ kekeluargaan”. Hakikat koperatif ialah kebersamaan dan kesetiakawanan social yang tinggi.
Dengan demikian CBSA dengan pola pola inquiry dan kejarkop serta diiringi pola Penilian Portofolio dan KMG Reaktif-interaktif akan mampu meningkatkan daya serap belajar dan kemampuan belajar siswa secara mantap dan optimal. Dengan pola ini siswa juga dibiasakan menjadi manusia yang selalu penasaran (curius) dan mancari serta mengkaji.

3.Buku Ketiga : ( Curriculum Analyses and Development)
Dalam buku ketiga Menjelaskan tentang essensi profesionalisme Dikgu:
1. Bahwa guru sebagai pendidik dan guru harus profesional bukan hanya karena ketentuan yuridis formal belaka, melainkan juga karena tuntutan keilmuan kependidikan serta jugas jabatannya.
2. Secara yuridis konstitusional.
3. Secara keilmuan, banyak dipaparkan para ahli dengan berbagai versi sesuai dengan negara/negara perguruan tinggi yang bersangkutan.
4. Dilihat dari tugas jabatannya ;
 Memanusiakan manusia secara utuh dan kaffah.
 Memanusiakan, membudayakan, memberdayakan kehidupan manusia secara kaffah.
 Membina dan mengembangkan ilmu bidang profesi secara kontinyu.








BAB III
PENUTUP

Dengan membaca ketiga buku yang ditulis Prof. Drs .Kosasih Djahiri ini, diharapkan kita sebagai pendidik melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan sebagai guru. Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, artinya ada beberapa catatan yang harus di pahami oleh guru itu sendiri. Guru dikatakan dalam salah satu bukunya, bahwa guru harus mampu menjadi kurikulum hidup dan perancang serta pelaksana program yang profesional. Untuk itu dibutuhkannya seorang guru harus meningkatkan kualifikasi pendidikan, baik melalui Akademik maupun non Akademik untuk mengikuti kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang yang dicita-citakan dalam tujuan pendidikan Nasional. Selain itu, Guru harus mampu membaca isi pesan yang diminta kurikulum dan menjabarkan, mengoperasionalkan, mengubah dan memanipulasi (manipulating).Seyogyanya kita sebagai guru harus memperhatikan hal-hal yang telah disebutkan di atas.
Guru dalam praktiknya harus senantiasa menganalisi kurikulum pelajaran, hal ini dimaksudkan supaya kurikulum yang dibangun tersebut bisa menjadi kurikulum yang sesuai dengan harapan. Dalam buku curriculum Development hal ini jelas-jelas diterangkan dengan seksama. Selain itu juga, penggunaan metode-metode pembelajaran yang tepat juga dirasakan penting, karena akan mempengaruhi hasil belajara real. Untuk itu ketiga buku ini dianggap penting dalam perubahan paradigma pendidik mengenai suatu pembelajaran disekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar