Sabtu, 12 Februari 2011

UJIAN TENGAH SEMESTER 2010/2011 ANALISIS KURIKULUM DAN PROBLEMATIKA IPS DOSEN : PROF. DRS. H .KOSASIH DJAHIRI

Soal:

1. Kemukakan Pengertian
a. Kurikulum dari berbagai dimensi
b. Analisis Kurikulum Secara luas/macro dan secara Micro
Jawaban
a. Kurikulum adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedemonan penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai pendidikan tertentu. Adapun pengertian dari kurikulum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilam, sikap dan nilai-nilai diwujudkan dalam kebiasaan berpikir, bersikap dan bertindak (Djahiri: 2004: 3).
Definisi lain dari
• George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : “ A Curriculunis a written document which may contain many ingredients, but basically it is aplan for the education of pupils during their enrollment in given school”.
• Campbell (1935) yang mengatakan bahwakurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers.
• Hamid Hasan (1988) mengemukakan kurikulum dari beberapa dimensi. Adapun dimensi tersebut:
 kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
 kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulumsebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
 kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulumsebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
 kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulumsebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
• Purwadi (2003) membagi kurikulum menjadi enam bagian
 Kurikulum sebagai ide
 kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum.
 kurikulum menurut persepsi pengajar
 kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas;
 kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan
 kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
b. Analisis Kurikulum secara luas/Macro dan secara Micro
a. Analisis Kurikulum secara Macro
kurikulum secara mkacro/dalam arti luas membaca, mempelajari, menterjemahkan dan melaksanakan isi kurikulum kedalam ke dalam seperangkat pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai atau target harapan belajar dapat tercapai.
Jenis kurikulum meliputi:
The intended kurikulum sebagai dokumen kurikulum Negara ( kurikulum nasional) bisa dalam bentuk kurikulum inti / wajib atau tertutup, berbentuksebagai panduan dan bentuk terbuka/ open
The intended / close curriculum : Kurikulum inti bersifat wajib dan tertutup
• The open curriculum : berupa poin system, tidak mengikat
• Guided curriculum: sebagai acuan dan pedoman
• The proper curriculum, apa bila telah di anggap layak, bila telah terjadi sinergi antara the intended dengan the Hidden curricullum
The Hidden kurikulum yaitu kurikulum tersembunyi yang meliputi:
1 Komponen siswa, meliputi entri behavior ( kognitif, afektif dan psikomotor); tingkat perkembangan belajar; likngkungan belajar ( Ipoleksosbud); permasalahan yang dihadapi siswa dan proyeksi masa depan.
2 Kegiatan analisis kurikulum juga berarti guru harus meneliti komponen kurikulum yang terdiri dari definisi, visi,misi, tujuan-tujuan dan jenis program berbnagai prodi serta berbagai pendekatan yang dianjurkan oleh kurikulum nasional yang akan dikembangkan dalam kurikulum local dan P3 (pengembangan program pembelajaran ) guru.
b. Analisis Kurikulum Secara Mikro
Pengertian Analisis Kurikulum secara micro adalah membaca, mempelajari dan melaksanakan kurikulum. Dengan menganalisi kurikulum secara mikro, maka guru dituntut untuk
 Mengkaji atau membaca isi kurikulum; isinya/ konten secara utuh ( kualifikasi, kualitas dan kuantitasnya)
 Memahami dan membaca komponen kurikulum
 membaca dan mengkaji kurukulum secara hurupiah dan mengkaji isi pesan yang terkandung dalam kurikulum ( kurikulum nasional dan kurikulum lukal/ tingkat profinsi-kabupaten) ke dalam bentuk:
 desain intruksional (ID) / silabus-RPP dan,
 instruksional material( IM) / Unit-unit belajar- sekenario pembelajaran ( membuat modul-paket belajar dan lembar kegiatan siswa)

2. Jelaskan langkah kegiatan curriculum development menurut jenjang/tingkatannya dan uraikan jenis kegiatan setiap jenjang.
Jawab
Curriculum development menurut jenjangnya dapat dilihat dari kegiatannya. Adapun langkah-langkah dari setiap jenjang:
a. Tahapan kurikulum Nasional
Dalam tahapan ini, terdiri dari – jenis kurikulum inti, - kurikulum guided, - kurikulum terbuka. Oleh karena itu dalam tahapan ini guru dan siswa diberi panduan buku paket, buku pengayaan secara nasiolan.
b. Tahap perkembangan Kurikulum Lokal
Tahap perkembangan lokal ini, dikembangkan oleh profinsi atau kabupaten, dioperasionalkan lalu dijabarkan dalam bentuk /format Instruksional Design (ID) sehingga kurikulum lebih rinci dan jelas ( panduan silabus mata pelajaran). Bila tidak dilakukan oleh dinas profinsi/ kabupaten , maka harus diambil alih oleh MGMP tingkat kabupaten kota untuk mengembangkan kurikulum tingkat lokal.
c. Tahapan Pengembangan Institusional di sekolah
Tahap pengembangan institusional ini, dikembangkan dan dijabarkan ke dalam bentuk / format RPP ( Rencana pelaksanaan pelajaran); Silabus sekolah ( terutama pada saat KTSP/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ); Instruksional Material / IM yang dituangkan ke dalam unit learning/ unit belajar dalam bentuk Sekenario Pembelajaran, paket belajar/ modul/ ringkasan bahan ajar dan Lembar Kegiatan Siswa/ LKS; dan Pengembangan pola Evaluasi.
3. Perolehan Kegiatan Curriculum research/analyses:
a. Apa Target Perolehan dari kegiatan Curriculum Research PIPS
Adapun tarket dari kegiatan meneliti kurikulum ini adalah dimaksudkan guru dapat memahami:
 Jenis kurikulum program pendidkan yang ditekuni ; Dalam KTSP Guru bertugas membina, mengembangkan dan memelihara jenis kurikulum tersebut.
 Pola pembelajaran yang meliputi: - Azas; pendekatan; dan pola KBM dan Evaluasi)
 Ruang lingkup dan kedalaman bahan ajar mata pelajaran
 Kadar proses belajar dan hasil belajar harapan ( dalam kurikulu terdapat pada pendahuluan dan pada Kompetensi dasar dan Standar kompetensi)
 Pola Evaluasi KBM
 Kesinambungan antara komponen pembelajaran dan tingkat kesukaran materi. Metoda, media dan sumber pembelajaran serta pola evaluasi
 Menganalisis hasil penelitian kurikulum
 Membuat pendapat/opini dan tanggapan tentang kurikulum baik yang inti, lokal maupun kurikulum in action .
b. Bila perolehan sub .3.a tidak memadai sebagai The proper PIPS, apa yang harus dilakukan guru
Guru harus mensinergikan antara the intended dengan the Hidden curriculum, yaitu:
1. Intended , yaitu segala keharusan yang terdapat dalam kurikulum, baik standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, panduan materi, media, metoda dan pola evaluasinya, yang di jadikan standar keharusan.
2. The hidden, yaitu:
•Komponen siswa, meliputi entri behavior ( kognitif,afektif dan psikomotor); tingkat perkembangan belajar; likngkungan belajar ( Ipoleksosbud); permasalahan yang dihadapi siswa dan proyeksi masa depan., pengalaman belajar/pengalaman hidup
4. Pada saat guru melakukan P3PIPS :
a. Komponen apa sajakah yang dikembangkan.
b. Faktor apa sajakah yang harus diperhitungkan saat mengembangkan sub. a.
Jawaban :
a. Komponen yang dikembangkan :
1. Perencanaan
Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran :
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
b. Penentuan topik atau tema
c. Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai dengan topik/tema
d. Penyusunan desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran . Pengorganisasian Materi Pembelajaran( multi media/ pendekatan KBS aktif –kreatif-menyenangkan)

f. Pemilihan Metode dan Media Pembelajaran (Fortofolio, inquiry, kejarkop)
g. Jenis dan Prosedur Penilaian
2. Model Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahulan (kegiatan awal)
b. Kegiatan Inti Pembelajaran
c. Kegiatan Akhir (penutup) dan tindak lanjut
3. Penilaian
a. Tahapan Penilaian
b. Penentuan Kriteria Ketuntasan Belajar

b. Faktor yang harus diperhitungkan saat mengembangkan sub. a;
 Keharusan dalam kurikulum, (Standar kompetensi, kompetensi dasar, )
 Kata kerja operasional untuk menentukan indicator, silabus
 Alokasi waktu, alokasi domain taksonomi.
 Luas sempit materi ajar pada waktu mengidentifikasi, menyeleksi, ( penting-wajib) dan mengorganisasi/ menyusun materi ( mana yang didahuklukan)
 Jenis metoda, efektifitas media dan keterkaitannya dengan materi ajar dan pendekatan PBM, ketersediaan sumber ajar
 Jenis dan model pola evaluasi.
 Dengan kata lain factor yang harus diperhatikan adalah Kurikulum, Entry behavior siswa; Ketersediaan sarana [ sumber, media];
4. Dibawah ini ada gambaran curriculum development yang interactive (interactive curriculum development). Gambar mana yang menurut anda benar dan ideal (gambar A atau B)

GAMBAR A







GAMBAR B





Jawabannya:
Gambar B, dengan asumsi bahda dalam penyusunan kurikulun tingkat institusional melihat kepada proses kurikulum yang tersinergikan mulai dari KTSP, Buku paket dan RPP guru. Dengan begitu ketercapaian pembelajaran bisa tercapai dengan melihat ketiga aspek kurikulum yang saling bersinergi

Soal:

1. Kemukakan Pengertian
a. Kurikulum dari berbagai dimensi
b. Analisis Kurikulum Secara luas/macro dan secara Micro
Jawaban
a. Kurikulum adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedemonan penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai pendidikan tertentu. Adapun pengertian dari kurikulum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilam, sikap dan nilai-nilai diwujudkan dalam kebiasaan berpikir, bersikap dan bertindak (Djahiri: 2004: 3).
Definisi lain dari
• George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : “ A Curriculunis a written document which may contain many ingredients, but basically it is aplan for the education of pupils during their enrollment in given school”.
• Campbell (1935) yang mengatakan bahwakurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers.
• Hamid Hasan (1988) mengemukakan kurikulum dari beberapa dimensi. Adapun dimensi tersebut:
 kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
 kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulumsebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
 kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulumsebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
 kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulumsebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
• Purwadi (2003) membagi kurikulum menjadi enam bagian
 Kurikulum sebagai ide
 kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum.
 kurikulum menurut persepsi pengajar
 kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas;
 kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan
 kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
b. Analisis Kurikulum secara luas/Macro dan secara Micro
a. Analisis Kurikulum secara Macro
kurikulum secara mkacro/dalam arti luas membaca, mempelajari, menterjemahkan dan melaksanakan isi kurikulum kedalam ke dalam seperangkat pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai atau target harapan belajar dapat tercapai.
Jenis kurikulum meliputi:
The intended kurikulum sebagai dokumen kurikulum Negara ( kurikulum nasional) bisa dalam bentuk kurikulum inti / wajib atau tertutup, berbentuksebagai panduan dan bentuk terbuka/ open
The intended / close curriculum : Kurikulum inti bersifat wajib dan tertutup
• The open curriculum : berupa poin system, tidak mengikat
• Guided curriculum: sebagai acuan dan pedoman
• The proper curriculum, apa bila telah di anggap layak, bila telah terjadi sinergi antara the intended dengan the Hidden curricullum
The Hidden kurikulum yaitu kurikulum tersembunyi yang meliputi:
1 Komponen siswa, meliputi entri behavior ( kognitif, afektif dan psikomotor); tingkat perkembangan belajar; likngkungan belajar ( Ipoleksosbud); permasalahan yang dihadapi siswa dan proyeksi masa depan.
2 Kegiatan analisis kurikulum juga berarti guru harus meneliti komponen kurikulum yang terdiri dari definisi, visi,misi, tujuan-tujuan dan jenis program berbnagai prodi serta berbagai pendekatan yang dianjurkan oleh kurikulum nasional yang akan dikembangkan dalam kurikulum local dan P3 (pengembangan program pembelajaran ) guru.
b. Analisis Kurikulum Secara Mikro
Pengertian Analisis Kurikulum secara micro adalah membaca, mempelajari dan melaksanakan kurikulum. Dengan menganalisi kurikulum secara mikro, maka guru dituntut untuk
 Mengkaji atau membaca isi kurikulum; isinya/ konten secara utuh ( kualifikasi, kualitas dan kuantitasnya)
 Memahami dan membaca komponen kurikulum
 membaca dan mengkaji kurukulum secara hurupiah dan mengkaji isi pesan yang terkandung dalam kurikulum ( kurikulum nasional dan kurikulum lukal/ tingkat profinsi-kabupaten) ke dalam bentuk:
 desain intruksional (ID) / silabus-RPP dan,
 instruksional material( IM) / Unit-unit belajar- sekenario pembelajaran ( membuat modul-paket belajar dan lembar kegiatan siswa)

2. Jelaskan langkah kegiatan curriculum development menurut jenjang/tingkatannya dan uraikan jenis kegiatan setiap jenjang.
Jawab
Curriculum development menurut jenjangnya dapat dilihat dari kegiatannya. Adapun langkah-langkah dari setiap jenjang:
a. Tahapan kurikulum Nasional
Dalam tahapan ini, terdiri dari – jenis kurikulum inti, - kurikulum guided, - kurikulum terbuka. Oleh karena itu dalam tahapan ini guru dan siswa diberi panduan buku paket, buku pengayaan secara nasiolan.
b. Tahap perkembangan Kurikulum Lokal
Tahap perkembangan lokal ini, dikembangkan oleh profinsi atau kabupaten, dioperasionalkan lalu dijabarkan dalam bentuk /format Instruksional Design (ID) sehingga kurikulum lebih rinci dan jelas ( panduan silabus mata pelajaran). Bila tidak dilakukan oleh dinas profinsi/ kabupaten , maka harus diambil alih oleh MGMP tingkat kabupaten kota untuk mengembangkan kurikulum tingkat lokal.
c. Tahapan Pengembangan Institusional di sekolah
Tahap pengembangan institusional ini, dikembangkan dan dijabarkan ke dalam bentuk / format RPP ( Rencana pelaksanaan pelajaran); Silabus sekolah ( terutama pada saat KTSP/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ); Instruksional Material / IM yang dituangkan ke dalam unit learning/ unit belajar dalam bentuk Sekenario Pembelajaran, paket belajar/ modul/ ringkasan bahan ajar dan Lembar Kegiatan Siswa/ LKS; dan Pengembangan pola Evaluasi.
3. Perolehan Kegiatan Curriculum research/analyses:
a. Apa Target Perolehan dari kegiatan Curriculum Research PIPS
Adapun tarket dari kegiatan meneliti kurikulum ini adalah dimaksudkan guru dapat memahami:
 Jenis kurikulum program pendidkan yang ditekuni ; Dalam KTSP Guru bertugas membina, mengembangkan dan memelihara jenis kurikulum tersebut.
 Pola pembelajaran yang meliputi: - Azas; pendekatan; dan pola KBM dan Evaluasi)
 Ruang lingkup dan kedalaman bahan ajar mata pelajaran
 Kadar proses belajar dan hasil belajar harapan ( dalam kurikulu terdapat pada pendahuluan dan pada Kompetensi dasar dan Standar kompetensi)
 Pola Evaluasi KBM
 Kesinambungan antara komponen pembelajaran dan tingkat kesukaran materi. Metoda, media dan sumber pembelajaran serta pola evaluasi
 Menganalisis hasil penelitian kurikulum
 Membuat pendapat/opini dan tanggapan tentang kurikulum baik yang inti, lokal maupun kurikulum in action .
b. Bila perolehan sub .3.a tidak memadai sebagai The proper PIPS, apa yang harus dilakukan guru
Guru harus mensinergikan antara the intended dengan the Hidden curriculum, yaitu:
1. Intended , yaitu segala keharusan yang terdapat dalam kurikulum, baik standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, panduan materi, media, metoda dan pola evaluasinya, yang di jadikan standar keharusan.
2. The hidden, yaitu:
•Komponen siswa, meliputi entri behavior ( kognitif,afektif dan psikomotor); tingkat perkembangan belajar; likngkungan belajar ( Ipoleksosbud); permasalahan yang dihadapi siswa dan proyeksi masa depan., pengalaman belajar/pengalaman hidup
4. Pada saat guru melakukan P3PIPS :
a. Komponen apa sajakah yang dikembangkan.
b. Faktor apa sajakah yang harus diperhitungkan saat mengembangkan sub. a.
Jawaban :
a. Komponen yang dikembangkan :
1. Perencanaan
Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran :
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
b. Penentuan topik atau tema
c. Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai dengan topik/tema
d. Penyusunan desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran . Pengorganisasian Materi Pembelajaran( multi media/ pendekatan KBS aktif –kreatif-menyenangkan)

f. Pemilihan Metode dan Media Pembelajaran (Fortofolio, inquiry, kejarkop)
g. Jenis dan Prosedur Penilaian
2. Model Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahulan (kegiatan awal)
b. Kegiatan Inti Pembelajaran
c. Kegiatan Akhir (penutup) dan tindak lanjut
3. Penilaian
a. Tahapan Penilaian
b. Penentuan Kriteria Ketuntasan Belajar

b. Faktor yang harus diperhitungkan saat mengembangkan sub. a;
 Keharusan dalam kurikulum, (Standar kompetensi, kompetensi dasar, )
 Kata kerja operasional untuk menentukan indicator, silabus
 Alokasi waktu, alokasi domain taksonomi.
 Luas sempit materi ajar pada waktu mengidentifikasi, menyeleksi, ( penting-wajib) dan mengorganisasi/ menyusun materi ( mana yang didahuklukan)
 Jenis metoda, efektifitas media dan keterkaitannya dengan materi ajar dan pendekatan PBM, ketersediaan sumber ajar
 Jenis dan model pola evaluasi.
 Dengan kata lain factor yang harus diperhatikan adalah Kurikulum, Entry behavior siswa; Ketersediaan sarana [ sumber, media];
4. Dibawah ini ada gambaran curriculum development yang interactive (interactive curriculum development). Gambar mana yang menurut anda benar dan ideal (gambar A atau B)

GAMBAR A







GAMBAR B





Jawabannya:
Gambar B, dengan asumsi bahda dalam penyusunan kurikulun tingkat institusional melihat kepada proses kurikulum yang tersinergikan mulai dari KTSP, Buku paket dan RPP guru. Dengan begitu ketercapaian pembelajaran bisa tercapai dengan melihat ketiga aspek kurikulum yang saling bersinergi

ANALISIS 3 BUKU SEMESTER 3

BAB 1
URAIAN TENTANG IDENTITAS BUKU


1. Buku Pertama
Judul Buku : Memahami Makna dan Isi Pesan (Pembelajran dan Portofolio Learning And Evaluation Based)
Penulis Buku : Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri (Guru Besar Pendidikan Nilai dan Moral UPI)
Daftar Isi : - Bab I Pengertian Siswa dan Belajar
- Bab II Makna Pembelajaran
- Bab III Portofolio
2. Buku Kedua
Judul Buku : Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengjaran Nilai-Moral PVCT
Penulis Buku : Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri (Guru Besar Pendidikan Nilai dan Moral UPI)
Daftar Isi : - Strategi Belajar Mengajar
- Media dan Laboratorium Pengjaran
- Dasar Metodologi Umum
- Pengajaran VCT

3. Buku Ketiga
Judul Buku : Reading and Notes dan Copies (Curriculum Analyses And Development) from Yahoo Websites

Penulis Buku :Prof. Drs. H. Kosasih Djahiri (Guru Besar Pendidikan Nilai dan Moral UPI)


Daftar Isi :
- Kerangka Dasar Kurikulum
- Standar isi kurikulum
- Struktur Kurikulum
- Pengelolaan Kurikulum
- Evaluasi Kurikulum





































BAB II
ISI BUKU



A. Buku Pertama ( Memahami Makna dan Isi Pesan Pembelajaran dan Portofolio Learning And Based)

a. Pengertian Siswa dan Belajar

Biasanya setiap orang mengetahui siapa dan apakah siswa itu. Biasanya pula definisi yang diambil menempatkan siswa sebagai objek pelajaran dan bersifat fasif, serta menempatkan sang guru sebagai subjek aktif.
Adapun label yang benar yang menenpatkan posisi siswa secara utuh, yakni sbb:
1. Insan/ manusia yang serba potensial-terbatas serta berbeda satu dengan lainnya (individual differences). Bawaan kodrati ketiga dunia ini berjumlah 22 potensi tidak boleh ditindas atau dimatikan dan harus dibina, dikembangkan serta disempurnakan (civilized) dan di isi (dengan pengetahuan untuk kognitif, Nilai moral – norma untuk afektif, keterampilan teknis untuk psikomotor) oleh/ melalui pendidikan.
2. Subjek didik dan sekaligus juga objek didik, ini bermakna bahwa sebagai subjek didik adalah orang yang berkepentingan, memiliki sejumlah potensi (fisik/ragawi dan non fisik/ spiritual (dunia dan potensi kognitif-afektif-psikomotorik). Sebagai objek adalah insan yang harus dibantu, dilayani, dibina dan dikembangkan segala potensinya sebagai didik kearah yang diharapkan
3. Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) atau kami sebut pula sebagai kurikulum hidup; artinya kurikulum moral dengan segala perangkatnya baru bersifat acuan formal yang memuat garis besar dan arah dimensi umum pembelajran saja masih harus dibina, dikembangkan serta disesuaikan dan oprasikan dengan dunia the hiddennya peserta didik sehingga kurikulum yang layak (the proper curriculum).
4. Siswa sebagai subjek yang harus berproses dalam pembelajaran melibatkan totalitas dirinya,pencarian, pelatihan dan pelakonan diri menuju learning how to learn sebagai bekal life long learningnya. Proses belajar hendaknya arahkan ke learning to get, learning to belief, leaning to do, learning to live together.
5. Siswa sebagai subjek dididik yang memiliki hak dan kemampuann berproduksi dan berekpresi serta keinginan untuk maju atau belajar lebih banyak dan memperoleh hasil belajar yang baik.

Dilihat dari sudut siswa, belajar bukan hanya untuk memperoleh nilai angka yang baik, melainkan mampu memanusiakan, membudayakan diri dan kehidupan, memiliki kehidupan secara baik-benar. Potensi diri siswa akan abadi dan selalu menjadi senjata ampuh mengarungi dunia selanjutnya. Jadi makna belajar tidak dimaknai secara sempit, melainkan dimaknai secara luas yakni proses keterlibatan totalitas diri siswa dan kehidupannya/ lingkungannya secara utuh—terkendali kearah penyempurnaan-pembudayaan—pemberdayaan totalitas diri an kehidupannya melalui proses learning to know, learning to belief, learning to do dan learning to live.
Sesuatu akan menarik minat, mengoda dan menggairahkan serta menyenangkan siswa apabila:
1. Siswa merasa dihargai dan tidak memiliki rasa takut
2. Tampilan totalitas guru menyenangkan siswa
3. Bhan ajar dan media sumberber evaluasinya terkait dengan:
4. Minat dan kesukaan siswa.
5. Need dan interst siswa



b. Pengertian Guru
Pengertian yang umum bahwa guru bertugas mengajar atau berdiri di depan kelas. Sang guru bukanlah satu-satunya sumber/media pembelajran dan tugas pokok sang guru bukan mengajar tetapi membelajarkan siswa berikut bahan ajarnya serta kehidupan riil atau lingkungan belajarnya sebagai media dan sumber. Tugas ini bukan hanya di depan kelas, melainkan sepanjang waktu dan dimana saja. Kualifikasi guru yang demikian mutlak memiliki dua kualifikasi yankni kompeten (berkewenangan/ memiliki kemampuan akademik dan formal) dan professional.
Pengertian guru yang sebenarnya ialah setiap (manuisa, hal materiil dan kondisional/imaateril yang bisa membelajarkan siswa untulk lebih tahu, dewasa dan berbudaya/terdidik). Guru hendaknya membina media lain dan menempatkan dirinya sebgai orgizer/menejer yang memperdayakan aneka sumber/media tadi untuk mampu membelajarkan siswa sesuai target harapannya.

Peran yang diharpakan ditampilkan ialah sebagai guru inquiry, fortofolio Teacher dan fasilitator atau tutor ialah melakukan rekayasa terarah terkendali tadi meliputi a.l tuas peran guru sebagai:
1. Perancang program
2. Pelaksanaan Rancangan Pembelajran secara demokratis-humanistik
3. Guru sebagai menejer
4. Guru sebagai motivator
5. Guru sebagai mentor
6. Guru sebagai pemberi hadiah (rewarder)
7. Guru sebagai penilai/evaluator.
8. Guru sebagai pengarah. Director dan redirector
9. Guru sebagai pengambil keputusan



PROFESIONALISME GURU

Profesionalisme disini ialah guru yang memiliki rasa tanggung jawas, memiliki kompetensi secara keilmuan dan pengetahuan khusus, Secara umum frofesionalisme guru tercamtum dalam pengertian tersebut.

Fungsionalisasi Sekolah dan Kepala Sekolah
Fungsi peran utamanya ialah:
a. Tempat dimana proses pembelajaran dilaksanakan
b. Media/pusat pembinaan dan pengembangan anak didik menjadi manusia
c. Pusat sumber belajar dan kegiatan generasi muda dan masyarakat
d. Sebagai agen pembaharuan lingkungan dan masyarakat
e. Merupakan lambing elitisisme pendidikan, strata social, social ekonomi dan penringkat peradaban.

MAKNA PEMBELAJARAN

Belajar adalah satu kebutuhan dasar manusia, baik secara kodrati maupun inan social—alamiah. Tuntutan Pembelajaran (Proses KBM) Dewasa ini meminta kualifikasi demokratis, humanistic, padat kegunaan (meaningfulness), siswa sentries dan aktif dengan proses belajar siswa kadar tinggi dan multi domamin—taxonomic (kawasan dan ranah) serta multi dimensional.
Kemampuan belajar (learning skill) yang harus dibelajarkan ialah berbagai kemampuan belaja intelektual (daya nalar, afektual (kepekaan emosional) serta keterampilan teknis pelaksanaan PKN.

PORTOFOLIO
Dalam kajian Portofolio ini dijelaskan bagaimana prinsif bagaimana pembelajaran portofolio itu digunakan. Adapun prinsip utama pembelajran /belajra ialah proses keterlibatan seluruh/ sebagaian besar potensi diri siswa (fisik—non fisik) dan kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya serta bagi lingkungannya (kini dan esok). Pembejalaran portofolio adalah proses pembelajaran multi domain taksonomi melalui serangkaian KBS/metoda—media dan sumber yang bervariasi serta berlangsungnya kelas maupun luar kelas/sekolah, mandiri ataupun kelompok.
Ciri utama KBS Portofolio:
1. Pemberdaryaan dan pelatihan serta pengembangan potensi belajar (KAP)
2. Pemberdayaan berbagai variasi media dan sumber belajar (termasuk realita kehidupan.
3. Serta pelatihan /pelakoknan proses sosialisasi dan learning experience (sebagai manusia, wara masyarakat/kelompok dan WNI).
Pembelajran Portofolio bersifat:
1. Active, meaningful and continuous learning dan evaluation
2. Problem solving, Discovery dan inquiry serta groups—learning
3. Intgrate learning (bahan ajar maupun KBS, Media dan sumber)
4. Cooperative groups learning (kejar koperative
5. Studen based.
6. Al Demokratis---humanistik---terbuka
7. Factual based
8. Multi dimensional
9. Mendorong fungsi guru sebagai fasilitator---motivator-director
10. Pola evaluasi yang komulitatif dan terbuka
11. Kbs multi jenios, tempat dan waktu serta menyenangkan.

Evaluasi Portofolio ialah pola penilaian proses dan hasil belajra yang bersifat kumulatif---kontionyu—berkesinambungan melalui berbagai momentum dan media.



Belajar:
1. Bersifat aktif, belajar aktif berkadar tinggi, berarti sebagaian potensi belajar/diri siswa (kognitif, afektif, psikomotorik dengan taksonomi/ranah yang tinggi terlibat dalam proses)
2. Inquiry learning (belajar secara inkuiri---inquire= mencari) berarti belajar melalui kegiatan mencari dan menyidik (berinvestigasi)sendiri tentang yang dibelajarkan dari berbagai media dan atau sumber ajar. Siswa di sorong dan diajak mencari/ menyidik dengan menggunakan potensi belajarnya
3. learning atau belajar secara terpadu apa yang dipelajari dan dilakoni bersifat komprehensif (meluas) dan utuh, tidak parsial
4. Cooperative Group Learning (Kelompok Belajar koperatif). Yakni suatu bentuk kelompok belajar yang bersifat kooperatif, diamana seluruh anggota merupakan satu kesatuan/keluarga, penuh solidarisme (positif)
5. Student based, Artinya siswa (kemampuan dan kondisi fisik serta lingkungan belajarnya) menjadi acuan segalanya (mulaui dari bahan ajar sampai penilaiannya.
6. Demokratis---humanistik dan terbuka; bermakna bahwa segala prinsip dan asas tentang demokrasi dan humanism ( Termasuk HAM) harus dipraktekan selama PBM/KBS oleh semua orang
7. Factual based sebagaimana uraian di atas berarti bahwa bahan ajar jangan hanya teoritik-ookonseptual atau normative semata serta tidak mono sumber dari satu buku saja; melainkan dikaitkan dengan kehidupan siswa.

Langkah terakhir dalam pengembangan Bahan ajar ini ialah:
a. Mengkaitkannya dengan the hidden aspects
b. Mengkaitkan denganrealita kehidupan (kemarin-----kini-----esok)
c. Memanipulasi kesemua itu sebgai kejadian nyata dalam kehidupan di lingkungan belajar anak atau media cetak
Begitulah uraian yang dibahas di buku pertama. Banyak yang harus dikaji ulang oleh seorang guru untuk bisa menjadi guru yang professional. Ketidakmudahan ini menjadikan kita sadar akan pentingnya memahami makna dari pembelajran itu sendiri. Kita sebagai pengajar rasanya merasa sudah ideal menjadi guru yang baik, tetapi dengan membaca buku ini, kita merasa jauh dari apa yang dinamakan guru ideal.Besarnya manfaat buku yang ditulis oleh Prof Kosasih mudah-mudahan menjadi pelapang baginya diakhir nanti.

B. Buku Kedua ( Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai Moral)

Dalam buku kedua ini, esensinya sama dengan buku yang pertama, sama-sama meyoroti tentang ke profesionalan seorang guru dalam suatu proses Belajar Mengajar. Di awal-awal penjelasan buku ini, kedudukan seorang memang penting dengan kewajiban-kewajiban yang diembannya. Dalam hal ini memang guru ditempatkan sebagai pengajar yang mempunyai tugas mentransfer ilmu pengetahuan atau materi atau menyeleseikan Pelaksanaan Perancanaan Pengajaran. Dengan mengaktualisasikan definisi di atas,kadang guru menempatkan dirinya sebagi pusat dari suatu kegiatan mengajar. Mereka lupa akan hakikat dari tugas seorang guru itu,oleh karena itu kalau melihat proses bellajar mengajar juga harus menempatkan murid sebagai centris. Dengan begitu guru dalam kegiatan belajar mengajar harus membelajarkan potensi diri dari siswa untuk belajar yang efektif, dan oftimal. Potensi yang ada dalam diri siswa bisa dijadikan suatu keterampilan dalam proses belajar siswa itu sendiri (Learning skill). Dengan adanya Learning skill ini, hasil belajar siswa menjadi optimal sesuai dengan target pengajaran yang lebih baik. Dengan begitu apa-apa yang ada dalam diri seorang guru harus diarahkan kepada penggunaan potensi siswa untuk peningkatan target belajar yang lebih baik dengan mempertimbangkan kemanusiawian,efektif, dan optimal.

Disisi lain dalam pembahasan buku ini menekankan apa yang menjadi hakikat belajar pada siswa. Belajar disini melibatkan potensi siswa baik secara internal maupun internal dengan kekuatan yang mendukung dari luarnya, seperti bahan ajar, guru,siswa. Target belajar yang baik dan sesuai target bukan hanya sekedar menghapal secara leteerlook,tetapi itu hanya sebagai penghubung dalam proses belajar, bukan berarti berhenti sampai disiini, tetapi untuk mengasah kemampuan selanjutnya. Proses balajar yang dihadapkan kepada siswa harus mengandung banyak persiapan, khususnya kesiapan motivasi dalam diri peserta didik. Proses belajar harus mempertimbangkan hasil belajar harapan (HBH) dengan hasil belajar real (HBR).Disini guru harus melihat apa-apa yang menjadi indkator pembelajaran yang sesuai dengan HBH. Tetapi kalaupun itu tidak sesuai, maka seorang guru harus banyak mengevaluasi dari baerbagai dimensi.

Dalam pembelajaran siswa perlu dihargai sebagai insane ilahi yang mandiri, maupun social dan politik. Oleh karena peserta didik bukan objek pelajaran guru. Dia adalah objek pengajaran dan sekaligus pula objek target pengajaran. Dengan begitu seorang guru sudah harus bisa memperlakuan murid sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya., hak mengikuti program pendidikan, bantuan fasilitas belajar. Seorang guru yang baik yang memperlakukan murid dengan baik ialah dia tidak monoton dan parsial tidak mengarahkan kepada kognitif sentries saja, tetapi dia holistic dan metode, dan penilaian. Dalam hal ini kognitif tidak sebagai dimensi utama tetapi guru harus melihat dimensi affektif dan psikomotor. Dengan begitu untuk mnggerakan semua potensi termasuk kedepalan potensi dapat dibelajarkan dengan metode PVCT (Pengajaran Value Clarification Technique).





Gaya Mengajar (Learning Style)
Bila membicarakan gaya belajar, ini akan berkorelasi dengan tindakan dan dan kondisi yang berada di lingkungan belajar. Pola belajar yang baik dirasakan ada rasa kenyamanan, sesuai dan mantap. Gaya mengajar ini sedikit banyak menentukan terhadap HBR ditentukan pula oleh suasana belajar.Sejauhmana gaya belajar ini menentukan terhadap HBR ditentukan pula oleh factor integensi ybs dan kualifikasi penampilan guru dan bahan ajar. Satu hal yang g tidak diragukan bahwa gaya belajar ini mendorong gairah dan kemudahan belajar bagi ybs. Dalam mnjalankan gaya belajar yang baik.
1. Gaya belajar terkait dengan kondisi siswa.
2. Mengingat keanekaragaman gaya belajar ini.
3. Gaya belajar yang layak.
Keunikan gaya belajar tadi bisa untuk setiap jenis pelajaran tetapi mungkin hanya untuk jenis tertentu. Kebanyakan siswa masuk tipe tertentu.
Dalam peningkatan atau pendalaman metode pengajaran , maka diangkat metode baru yaitu CBSA dan inkuiri.CBSA atau cara belajar siswa aktif dan student active menunjukan pola belajar-mengajar sentris. CBSA kadar tinggi dijangkau KBS inkuiri dengan pola KBS kelompok belajar kooperatif. KetigaKBS ini sangat ideal untuk oprasional dengan diiringi polamengajar guru reaktif (reactive theacing).
Kaitan CBSA dengan pendekatan inkuiri, amat erat,karena dalam inkuiri CBSA kadar tinggi in actin. Hakikat inkuiri adalah mencari-mengkaji sampai menemukan sesuatu yang argumentan atau rasional dan teruji.

TUGAS PERAN UTAMA GURU
Peran guru sebagai manusia dan atau medida pembelajaran siswa hendaknya menjadi fasilitator yang demokratis-manusiawi, kearah terciptanya pengajaran yang interaktif dan reaktif secara aktif-optimal. Secara tipologis guru tadi berupaya membulatkan diri menjadi guru inkuiri, yakni guru sebgai perencana, pelaksana, pengelola, fasilitator, penilaian, pembuat keputusan, dan pemberi hadiah.


Pola pengajaran Interaktif-Reaktif
Perkataan “interaktif” memuat pengertian adanya dua hal yang lebih yang beinteraksi atau in action, yang satu beraksi dan lainnya bereaksi atau sebaliknya. Motion yang ideal adalah gerak yang interdiatif artinya memiliki kekuatan kuat untuk saling mempengaruhi. Dan yang menentukan kadar ketergantungan yang interdiatif adalah penampilan guru atau media pengajaran. Kedua hal inilah yang menjadi KBS terarah-terkendali (conditioned learning activities).

Fungsi dan Peran Media Pengajaran
Setiap proses pembelajaran, guru harus mempertimbangkan aspek m3Se. begitu pun juga dengan media pembelajaran. Dengan media dimaksudkan sesuatu dapat:
1. Menjadi fasilitator (pemberi kemudahn)
2. Meningkatkan kadar CBSA dan atau proses KMG interaktif-reaktif
3. Meningkatkan motivasi belajar
4. Meringankan beban dan tugas guru
5. Meningkatkan proses KBM secara efektif
6. Menjadi penyedia kebosanan dan kelahan siswa.

Metoda Ekspositorik
Metode yang berarti menunjukan , memperagakan dan atau memperlihatkan. Ekspositorik sebagai metode berarti memperagakan sesuatu untuk menciptakan KBM dan khususnya KBS yang terarah dan terkendali menuju target sasaran harapan guru/pelajaran. Dari contoh diatas maka dapat ditarik simpulan bahwa yang bisa diekspos adalah hal yang termasuk klasifikasi media pengajaran.


Metoda Pengajaran Konsep.
Memahami makna dan metoda ini harus faham betul makna/hakikat konsep, data, dan fakta. Ketiga hal ini kait mengait dalam pembinaan atau perumusan konsep yang menjadi inti pokok pengajaran konsep


Metode Tanya Jawab
Bentuk dan jenis pertanyaan antara lain :
1. Pertanyaan pengukuran.
2. Pertanyaan penjajagan.
3. Pertanyaan Pemberi dorongan/Motivasi (Probing)
4. Pertanyaan distributif
5. Pertanyaan Ajukan (Judgement)
6. Pertanyaan tertutup
7. Pertanyaan sugestif/manipulatif.

a. Metode Partisipatori
Secara harfiah Partisipatori bermakna turut ambil bagian dalam suatu kegiatan atau kehidupan.Dan dimaksudkan dengan turut “turut serta atau turut ambil bagian” hendaknya diartikan lebih luas, yakni melihat lebih luas, melihat langsung, merasakannya atau mencobanya serta turut melakoninya secara nyata.
Wadah untuk berpartisipatorik sebagai Metode Kegiatan Belajar Mengajar, membelajarkan siswa, kehidupan keluarga atau masyrakat, instansi, kedinasan atau kemasyarakatan, laboratorium atau pusat Modelling.

b. Metode Diskusi dan Kelompok Belajar (Kejar)
Ciri essensial prosedural diskusi antara lain :
1. Adanya proses dialogistik yaitu interaksi antara struktur kognitif denganafektif dan psikomotor,antara potensi diri kita dengan potensi orang lain atau dengan dunia nyata serta keilmuan.
2. Ciri essensial lain daripada proses diskusi ialah adanya sharing ideas (pertukaran pendapat,berargumentasi yang benar dan layak (memiliki landasannya).
3. Ciri Essensial yang ketiga yakni tuntunan kearah berinkuiri/mencari/mengkaji/meneliti dan mendapatkan sesuatu.
4. Ciri lain yaitu proses sosialisasi diri, dimana mereka dilatih berhadapan dengan orang lain dan mengikuti etika atau aturan main yang disepakati bersama atau yang telah ditentukan.
c. Metode Inkuiri dan Pemecahan Masalah
Pengunaan kedua metode ini memerlukan beberapa prasyarat, antara lain:
1. Dari pihak guru diperlukan kejelasan target KMNr PB.
2. Dari fihak siswa juga harus memiliki kesiapan, diantaranya kemampuan analisis.
Keunggulan kedua metode ini ialah:
 Meningkatkan keterampilan dan kualitas hasil belajar.
 Menuntun siswa akrab dengan kehidupan nyata.
 Membakukan kemahiran analisis dan argumentasi rasional/berkelandasan.
 Mensosialisasikan siswa.
 Mendaya gunakan aneka sumber dan lingkungan belajar.


Secara lebih lengkap buku ini membahas banyak bagaimana metode-metode pembelajaran di dugunakan dalam pembelajran disekolah. Hal ini menjadi hal baru yang harus kaji kembali oleh para guru khususnya mengenai metode-metode dalam pembelajaran

PENGAJARAN VCT (PVCT)
PVCT atau pengajaran Value Clarification Tehnique (Tehnik mengklarifikasi nilai) adalah pola pengajaran khusus (methodic khusus). Pola ini diharapkan mampu membelajarkan potensi/dunia afektif peserta didik sekaligus pula mempribadnikan ini dan pesan dan moral, jiwa dan semangat yang tersirat dan tersurat dalam suatu kajian pelajaran
Dalam buku ini dibahas beberapa keunggulan PVCT Ialah:
a. Mengklarifikasi nilai dan moralitas dan norma keyakinan/prinsip baik berdasarkan norma umum (etika, estitika, logika /ilmu, agama, budaya dan hukum positif). Maupun yang ada atau mempribadi dalam diri dan kehidupannya.
b. Manfaat kedua, PVCT dapat digunakan untuk rekayasa pembinaan, penanaman dan melestarikan suatu atau jumlah nilai-moral dan norma yang diharapkan secara manusiawi dan mantap.
c. Dengan PVCT, siswa dibina dan diberi pengalaman (belajar) serta ditingkatkan potensi afektualnya sehingga memiliki kepekaan dalam berbagai landasan dan tuntutan nilai moral yang ada dalam kehidupannya.
d. Siswa dibina kepekaan afektualnya akan essensi pelbagai nilai-moral yang perlu dibina, ditegakkan dan dilestarikan serta didorong untuk menganut, meyakini dan menampilkan (moral perpormance) sebagai tampilan diri dan kehidupannya.
e. Dari gambaran di atas maka jelas PVCT merupakan salah satu pola pendekatan pembinaan dan pengembangan moral (Moral Development).

C. Buku Ketiga ( Curriculum Analyses and Development)
• Esensi profesionalisme Dikgu
Guru merupakan pendidik dan harus profesional (UUSPN 2003 jo. UUGr/Dos 2005) karena hal tersebut merupakan tuntutan keilmuan Kependidikan serta tugas dan jabatannya. Hal ini menyatakan bahwa seorang guru adalah seorang tenaga pendidik yang memiliki tugas bukan hanya secara yuridis tetapi guru haruslah mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab yang tinggi terhadap segala tugas keprofesionalannya terutama pada peserta didik. Tugas dikgu dalam keprofesiannya ini adalah membina dan mengembangkan peserta didik melalui rekayasa dan terarah dan terkendali. Dikgu harus dapat menampilkan diri atau sosoknya sebagai Dikgu dimanapun dan kapanpun serta melaksanakan perannya sebagai perencana – pelaksana – motivator & fasilitator pembelajaran – manager pembelajaran – evaluator & rewarder researcher dan mitra peserta didik, dan lain-lain.
Tugas, fungsi, dan peran Dikgu telah dipaparkan dengan jelas secara yuridis, namun dalam pelaksanaannya Dikgu mengalami beberapa dilema dalam profesionalismenya sendiri. Dilema itu diantaranya adalah adanya paradoxal peraturan dan sistem, keterbatasan diri dan lapangan kerja, intervensi politik dan paham masyarakat yang menganggap rendah terhadap guru. Hal ini haruslah diperbaiki dengan memaknai fungsi dan perannya. Sehingga dalam menampilkan sosoknya ini Dikgu haruslah menganut dan melaksanakan sejumlah azas/prinsip pedagogik. Selain hal tersebut perlu dilakukannya pembinaan dan peningkatan profesionalisme Dikgu. Berbagai jalur dapat digunakan dalam usaha pembinaan dan peningkatan profesionalisme Dikgu ini seperti memahami perundangan yang telah diatur secara yuridis, memasuki dan berperan aktif dalam organisasi profesi, mengadakan learning center, menulis dan mempublikasikannya. Berbagai jalur ini dapat membawa Dikgu dalam pemahaman sosoknya sehingga dapat meningkatkan profesionalisme Dikgu.
Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan Dikgu yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki. Peningkatan mutu pendidikan merupakan keharusan yaitu bagi lembaga yang menilai dan menyesuaikan kurikulum, kelembagaan, SDM, dan sapras yang memadai; bagi tenaga edukatif dalam meningkatkan kamahiran keilmuan, tenaga peneliti dan perpustakaan dalam menyediakan kuantilitas Buku/Jurnal.
Perubahan kurikulum dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan untuk mencari format terbaik mulai dari perbaikan dan perubahan kurikulum pendidikan itu sendiri, perbaikan sarana, dan berbagai pelatihan guru agar kualitas para lulusan menjadi lebih baik dan bisa mendapatkan pekerjaan sesuai kebutuhan lapangan. KTSP sebagai kurikulum yang terbaru harus memberikan beberapa dampak secara programarik dan menyesuaikan pola prosedural perkuliahan dan memperkaya strategi pembelajaran (SBM).
• Kbk Pkn
Perubahan kurikulum memunculkan paradigma baru dalam mata pelajaran yang disajikan di sekolah, contohnya PKN dalam kurikulum KBK. Perubahan tersebut meliputi fungsi, misi, visi, dan azas pembelajaran PKN. Terdapat beberapa dalil yang mempengaruhi paradigma baru PKN/PPKn/Kn. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, proses ini dikenal sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya, ini dikenal sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne terdapat lima kategori utama dalam pembelajaran yaitu verbal information, cognitive strategies, motor skills dan attitudes. Pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Berdasarkan model The CAL pembelajaran dilakukan dengan membuat dua kelas yang berbeda dalam sebuah variabel seperti karakter pribadi dan situasi. Dalil-dalil lainnya adalah three types of memory structures oleh Anderson yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, Argyris mengemukakan double loop learning yaitu proses mendeteksi dan memecahkan kesalahan, dan berbagai dalil lainnya yang diungkapkan oleh para ahli yang menjadi landasan dalam KBK.
• KBK
KBK memberikan implementasi baru dari kurikulum sebelumnya. Implementasi yang telah dilakukan tersebut meliputi beberapa prinsip yaitu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM); Penilaian Berbasis kelas; dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.
Prinsip keberagaman di dalam KBK menunjukan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, setiap sekolah dan guru dilapangan mempunyai tanggung jawab untuk menterjemahkan KBK dalam bentuk silabus yang akan mereka gunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum 2004 didalamnya memuat perencanaan pengembangan kompetensi pesera didik yang perlu dicapai secara keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi-kompetensi, hasil belajar dan indikator hasil belajar dari Taman Kanak-kanak (TK/RA) sampai kelas 12. Kurikulum dan hasil belajar memuat standar kompetensi untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dinilai, dan bagaimana pembelajaran disusun.
KBK memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten. Penilaian KBK berbasis kelas dengan mengumpulkan kerja siswa. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Kegiatan Belajar Mengajar dalam KBK memuat gagasan-gagasan pokok tentang strategi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis yang mengelola pembelajaran agar menyenangkan dan efektif.
Karakteristik KBK mencakup kompetensi yang sesuai, indikator-indikator evaluasi untuk menentukan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pembelajaran. Disamping itu KBK memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus sebagai hasil kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang harus dicapai.
• Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Organisasi sekolah dan pendidikan secara lebih lanjut telah lama dikaitkan dengan ide kurikulum. Terdapat empat pendekatan dalam teori dan praktek kurikulum :
a. Kurikulum Merupakan Badan Pengetahuan Yang Harus Disampaikan
Kurikulum adalah silabus yang disampaikan. Sebuah silabus umumnya tidak akan menunjukkan kepentingan relatif dari topik atau urutan di mana mereka harus dipelajari. Dalam beberapa kasus Curzon (1985) menunjukkan, orang-orang yang menyusun silabus cenderung mengikuti pendekatan buku teks tradisional suatu 'urutan isi', atau pola yang ditentukan oleh pendekatan 'logis' untuk subyek, atau - sadar atau tidak sadar - sebuah bentuk dari rangkaian pelajaran universitas di mana mereka mungkin telah berpartisipasi. Dengan demikian, sebuah pendekatan untuk teori kurikulum dan praktek yang berfokus pada silabus yang hanya benar-benar peduli dengan konten. Kurikulum adalah suatu badan pengetahuan-konten dan / atau subjek. Pendidikan dalam pengertian ini, adalah proses dimana ini ditularkan atau 'disampaikan' kepada siswa dengan metode yang paling efektif yang dapat dibuat (Blenkin et al 1992: 23).

b. Kurikulum Merupakan Sebuah Tujuan Akhir Yang Dicapai Siswa – Menghasilkan Sebuah Produk
Kurikulum adalah sebuah tujuan yang mengarahkan apa yang harus dicapai siswa pada akhirnya. Menurut Tyler kurikulum berisi tentang:
1. Apa tujuan pendidikan yang harus diusahakan untuk dicapai sekolah?
2. Apa pengalaman pendidikan dapat disediakan, yang mungkin untuk mencapai tujuan ini?
3. Bagaimana pengalaman-pengalaman pendidikan ini diselenggarakan secara efektif?
4. Bagaimana kita bisa menentukan apakah tujuan-tujuan ini sedang dicapai? (Tyler 1949: 1)
c. Kurikulum Merupakan Sebuah Proses
Kita telah melihat bahwa kurikulum sebagai model produk sangat tergantung pada keadaan tujuan perilaku. Kurikulum, pada dasarnya adalah satu set dokumen untuk implementasi. Cara lain untuk melihat kurikulum dalam teori dan praktek adalah melalui proses. Dalam hal ini kurikulum bukan hal fisik, melainkan interaksi guru, siswa dan pengetahuan. Dengan kata lain, kurikulum adalah apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas dan apa yang orang lakukan untuk mempersiapkan dan mengevaluasi. Apa yang kita miliki dalam model ini adalah jumlah elemen dalam interaksi konstan. Ini merupakan proses aktif dan hubungan dengan bentuk praktis dari penalaran yang ditetapkan oleh Aristoteles.
d. Kurikulum merupakan sebuah praksis
Kurikulum sebagai praksis adalah, dalam banyak hal, merupakan pengembangan dari model proses. Sementara model proses didorong oleh prinsip-prinsip umum dan tempat-tempat penekanan pada penilaian dan membentuk makna, itu tidak membuat pernyataan eksplisit tentang kepentingan yang dilayaninya. Model kurikulum praksis teori dan praktek membawa ini ke pusat proses dan membuat komitmen eksplisit untuk emansipasi. Jadi, tindakan ini tidak hanya diinformasikan, tapi juga harus dilakukan. Ini adalah praksis. "Artinya, kurikulum bukan hanya satu set rencana untuk dilaksanakan, melainkan didasari melalui proses aktif di mana perencanaan, bertindak dan mengevaluasi semua saling terkait dan terintegrasi dalam proses '(Grundy 1987: 115)




























BAB II
PERBANDINGAN BUKU


Bila kita baca dengan seksama, bahwasannya dari ketiga buku ini intinya adalah member pengertian mengenai makna sebenarnya dari proses belajar-mengajar (KBM). Dari ketiga buku ini juga banyak mengungkap bagaimana suatu proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang semestinya digunakan. Dengan begitu, membaca ketiga buku ini guru diingatkan bahwa proses mengajar itu tidak hanya guru sentris, tetapi ada beberapa metode yang melibatkan potensi-potensi siswa untuk dikembangkan. Oleh karena itu di dalam buku secara jelas dan gambling dijelaskan hakikat dari belajar-mengajar. Tugas guru dijelaskan dengan sistematis untuk renungan bagi guru yang selama ini menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan hakikat mengajar.
Bila kita bandingkan ketiga buku ini kita akan menemukan konsep-konsep yang sama diantara buku ini yang sering penulis tekankan dan perlu diingat oleh pembacanya. Dengan mengulang konsep yang sama di dalam buku, penulis setidaknya sudah member pesan kepada pembaca untuk senantiasa konsep itu dilakukan. Adapun bahasan yang akan dibandingkan dalam book report ini adalah bahasan mengenai konsep mengajar-belajar, metode yang digunakan dalam proses belajar, dan evaluasi belajar. Adapun perbandingannya sebagai berikut:




1. Buku Pertama: Memahami Makna dan Isi Pesan (Pembelajran dan Portofolio Learning And Evaluation Based)

Di dalam buku ini, penulis pertama-tama menjelaskan mengenai serenteran apa itu mengajar. Mengajar yang baik penulis menawarkan 7 (tujuh ) pengertian yang salah satunya, bahwa mengajar adalah tampilan totalitas diri guru secara terarah—terkendali (continued) kearah membelajarkan siswa dan kehidupannya (multi tempat atau lingkaran kehidupan (life cycles), multi aspek, dan waktu) serta bersifat conditioned agar memperoleh hasil belajar sebagaimana diharapkan.
Disisi lain, buku ini menjelaskan bahwa selalu ada pengajar yang menempatkan kedudukan murid di posisi yang salah, maka buku ini menjelaskan apa itu belajar? Dan bagaimana kedudukan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan begitu dalam buku pertama penjelasan ini dimaksudkan bahwasannya guru selalu memandang siswa itu pada posisi yang benar dan utuh. Dikatakan bahwa potensi siswa bersifat multy-potensi dan sekaligus pula sarat keterbatasan ( daya tumbuh berkembang serta keberadaannya). Potensi bawaan pertama ialah ragawi/jasad dengan segala panca inderanya yang berbeda satu dengan lainnya karena factor genetic atau normative-kultural. Potensi bawaan non fisik yakni potensi spiritual/rohani yang dibwa dalam dunia kognitif, afektif, dan psikomotor anak. Bawaan kodrati ketiga dunia ini berjumlah 22 potensi tidak boleh ditindas atau dimatikan dan harus dibina, dikembangkan serta disempurnakan (civilized) dan diisi ( dengan pengetahuan untuk kognitif, nilai moral—norma untuk afektif, keterampilan teknis untuk psikomotor) oleh / melalui pendidikan)
Dengan begitu, dalam proses pembelajaran guru tetap berpegangan kepada ketiga potensi kemampuan siswa, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kamampuan menejerian seorang guru diuji untuk mengvaluasi ketiga potensi kemampuan siswa ini. Ketiga potensi kemampuan siswa ini bisa diarahkan deng an menggunakan pembelajaran yang disebutkan dalam buku ini, seperti
1. Pembelajaran portofolio
2. Inquiri learning
3. Integrated learning
4. Cooperative Group Learning
5. Studen based
6. Demokratis—humanistic dan terbuka
7. Factual based

Itulah bahan perbandingan yang dibahas di dalam buku pertama. Buku pertama penekanan-penekananya lebih kepada proses belajar-mengajar dan penggunaan metode belajar dalam proses itu.

2. Buku Kedua : Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai-Moral PVCT
Di dalam buku ini juga membahas tentang tugas guru, yang antara lain adalah membelajarkan siswa dengan keadaan dan kemampuan, minat serta tingkat perkembangan belajarnya sehingga siswa mampu menyerap (menginternalisasi, mempribadikan/personalisasi dan membudayakan diri) isi pesan pelajaran secara efektik, efisien dan optimal.
Strategi Belajar Mengajar, terdiri atas dua ungkapan kata yakni Strategi dan Belajar Mengajar, Strategi adalah kajian tentang cara atau teknik melaksanakan atau mencapai sesuatu secara baik dan sukses. Maka Strategi belajar mengajar bermakna kajian begaimana kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana secara baik dan sukses. Penentuan suatu strategi sangat ditentukan oleh cara berfikir atau sudut pandang (pendekatan = approach) serta perseps pemahaman kemahiran akan teknik-teknik (metoda = kumpulan sejumlah teknik ). Ini berarti bahwa untuk penentuan SBM yang tepat guna (sebagaimana harapanya di atas ) maka guru harus memahami dan mahir sejumlah pilihan pendekatan dan metoda. Sebab memang kalau seseorang hanya memiliki satu sudut pandang saja dan hanya tahu dan mahir satu teknik saja, maka yang bersangkutan tidak perlu berfikir strategi.
Belajar terjadi apabila potensi diri siswa berinteraksi dan bertransaksi baik secara internal (antar potensi diri) maupun eksternal (dengan kekuatan di luar diri siswa, seperti dengan bahan ajar, siswa lain, guru, lingkungan, dll). Kadar belajar makin tinggi apabila kadar taksonomik potensi yang terlibat adalah taksonomik tinggi. Hakekat belajar adalah :
a. Proses dialog antar potensi diri melalui berbagai media pengajaran dan melalui berbagai reka upaya kegiatan sehingga mampu menyerap bahan ajar menjadi milik dirinya.
b. Proses transaksi antar struktur potensi diri dan antar struktur potensi diri dengan guru atau sesuatu sehingga terjadi proses internalisasi/personalisasi yang menyebabkan perubahan atas diri siswa.
c. Proses perubahan diri dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak bisa menjadi bisa.

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tetap prinsipnya seperti dikatakan dalam buku pertama harus melibatkan ketiga potensi seperti kognitif, afektif dan psikomotor dalam rangka penilaian HBR (Hasil belajar Real). Pembinaan keutuhan ketiga potensi diri siswa ditentukan utuh-tidaknya substansi (bahan ajar) serta representative metoda—media dan evaluasinya.
Dalam proses pembelajaran siswa harus mengikuti urutan procedural dan ketercapaian sempurnanya suatu domain. Jadi, orang secara kognitif sempurna kalau keenam potensi kognitifnya itu terlatih. Dan untuk mampu memahami sesuatu maka siswa harus hafal dahulu, demikian hirarki belajaranya.
Dalam buku kedua ini di uraikan juga metode belajar siswa. Oleh karena itu diangkatlah dibuku ini istilah
1. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
2. inquiry
3. Kejarkop (Kelompok Belajar Kooperatif)

Ketiga metode belajar ini yang ditawarkan dalam buku kedua. Metode Belajar Inquiry dalam buku ini adalah mencari-mengkaji sampai mampu menemukan sesuatu (pilihan/keputusan) yang argumental dan rasional dan teruji. Adapun Kejarkop (Kelompok Belajar Koperatif) merupakan Kejar dan pola kegiatan koperatif yang dalam kehidupan biasa kita kenal dengan “ kekeluargaan”. Hakikat koperatif ialah kebersamaan dan kesetiakawanan social yang tinggi.
Dengan demikian CBSA dengan pola pola inquiry dan kejarkop serta diiringi pola Penilian Portofolio dan KMG Reaktif-interaktif akan mampu meningkatkan daya serap belajar dan kemampuan belajar siswa secara mantap dan optimal. Dengan pola ini siswa juga dibiasakan menjadi manusia yang selalu penasaran (curius) dan mancari serta mengkaji.

3.Buku Ketiga : ( Curriculum Analyses and Development)
Dalam buku ketiga Menjelaskan tentang essensi profesionalisme Dikgu:
1. Bahwa guru sebagai pendidik dan guru harus profesional bukan hanya karena ketentuan yuridis formal belaka, melainkan juga karena tuntutan keilmuan kependidikan serta jugas jabatannya.
2. Secara yuridis konstitusional.
3. Secara keilmuan, banyak dipaparkan para ahli dengan berbagai versi sesuai dengan negara/negara perguruan tinggi yang bersangkutan.
4. Dilihat dari tugas jabatannya ;
 Memanusiakan manusia secara utuh dan kaffah.
 Memanusiakan, membudayakan, memberdayakan kehidupan manusia secara kaffah.
 Membina dan mengembangkan ilmu bidang profesi secara kontinyu.








BAB III
PENUTUP

Dengan membaca ketiga buku yang ditulis Prof. Drs .Kosasih Djahiri ini, diharapkan kita sebagai pendidik melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan sebagai guru. Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, artinya ada beberapa catatan yang harus di pahami oleh guru itu sendiri. Guru dikatakan dalam salah satu bukunya, bahwa guru harus mampu menjadi kurikulum hidup dan perancang serta pelaksana program yang profesional. Untuk itu dibutuhkannya seorang guru harus meningkatkan kualifikasi pendidikan, baik melalui Akademik maupun non Akademik untuk mengikuti kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang yang dicita-citakan dalam tujuan pendidikan Nasional. Selain itu, Guru harus mampu membaca isi pesan yang diminta kurikulum dan menjabarkan, mengoperasionalkan, mengubah dan memanipulasi (manipulating).Seyogyanya kita sebagai guru harus memperhatikan hal-hal yang telah disebutkan di atas.
Guru dalam praktiknya harus senantiasa menganalisi kurikulum pelajaran, hal ini dimaksudkan supaya kurikulum yang dibangun tersebut bisa menjadi kurikulum yang sesuai dengan harapan. Dalam buku curriculum Development hal ini jelas-jelas diterangkan dengan seksama. Selain itu juga, penggunaan metode-metode pembelajaran yang tepat juga dirasakan penting, karena akan mempengaruhi hasil belajara real. Untuk itu ketiga buku ini dianggap penting dalam perubahan paradigma pendidik mengenai suatu pembelajaran disekolah.

SEJARAH SOSIAL ISLAM :

Perjalanan sejarah suatu wilayah tidaklah selalu berjalan lurus, walaupun wilayah tersebut mempunyai objek perjalanan sejarah yang panjang dan penting untuk kita pelajari. Kadang kala objek sejarah di wilayah itu menjadi termarjinalkan dengan adanya objek sejarah yang lain , baik dari wilayah itu sendiri atau objek sejarah dari daerah yang menganeksasi daerah tersebut. Segala kepentingan yang menyebabkan hal ini terjadi, baik itu kepentingan politik dan kepentingan-kepentingan yang lain. Hal ini terjadi terhadap perjalanan sejarah panjang Hizaj (Mekah dan Madinah), sejarah kawasan ini seakan hilang dari perkembangan sejarah secara umum sejarah Timur Tengah. Sejarawan seakan tidak melihat Hijzaj sebagai suatu objek sejarah yang penting untuk dilirik, persepsi yang timbul ialah para sejarawan sendirilah yang menjadikan termarjinalkan sejarah Hizaj ini. Sejarah timur tengah yang didominasi membicarakan kekuatan politik yang menjadikan kawasan-kawasan , seperti Damaskus, Baghdad, Kairo atau Istambul sebagai basis kekuatan politik islam. Sedangkan sejarah Hizaj yang kurang disinggung dalam dalam kancah sejarah politik islam, hanya dianggap sebagai sejarah kota-kota pusat ibadah dan keagamaan, khususnya ibadah haji.
Paradigma yang timbul ialah ialah paradigma yang menganggap bahwa politik dan hal-hal kekuasaan merupakan poros atau sumbu sejarah yang menentukan perkembangan seluruh aspek kehidupan yang lain. Paradigma seperti ini sebenarnya mendapat keritikan yang tajam karena beberapa hal Ppertama, karena kehidupan kebudayaan manausia tidak menyangkut politik saja.Kedua, sejarah manusia secara objektif tidak hanya ditentukan politik para penguasa ada aspek-aspek lain yang menentukan perjalanan serah manusia. Inilah yang menjadikan kritik terhadap peradigma yang menurut saya keliru.juga.
Hizaj merupakan negeri kelahiran islam, dan kita sering menyabutnya sebagai pusat kegiatan keagamaan agama islam. Mekah dan Madinah merupakan dua kota suci umat islam yang terkenal dan bersejarah, tetapi setelah kekuasaan politik berpindah dari Al-Khulafa al-Rasyidin ke tangan Bani Umayah Hizaj tidak lagi menjadi basis kekuasaan politik. Kekuasaan politik islam pindah ke Damaskus sebagai ibu kota Bani Ummayah, dan selanjutnya kekuasaan islam pindah ke tangan Bani Abbasiah di Baghdad, Hizaj bagaikan negeri terlupakan, dan setelah keruntuhan Bani Abbasiah seluruh wilayah Arab berada kekuasaan politik non Arab.
Kekuasaan Turky Usmani yang menjadiakan Mesir sebagai salah satu propinsi di imperium Usmani, ketika itu penguasa Hizaj beranggapan bahwa Turki Usmani sebagai pewaris kepemimpinan islam, walaupun kemudian dalam perkembangannya ada rasa kecewaan terhadap kekuasaan Turki itu sendiri sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan politik Turki Usmani dan akhirnya negeri- negeri yang berada di wilayah kekuasaan Turki menuntut untuk merdeka. Setelah Turki kalah dalam Perang dunia I negeri –negeri yang dulu berada pada kekuasaan Turki kini jatuh ke tangan barat
Setelah adanya gerakan dinasti Saudi, sebagai suatu gerakan reformis yang sebelumnya ada juga gerakan serupa yang dikenal dengan gerakan Wahhabi, sejarah Jazirah Arab termasuk Hijaz, relative terungkap kembali setelah nama seakan terlupakan
Apabila kita simak dari uraian singkat diatas, Hizaj mengalami beberapa perubahan politik yang mendasar. yang berpengaruh di Hizaj itu sendiri adalah dinasti yang menguasainya mulai dari Turki Usmani sampai Dinasti Saudi, sempat juga dikuasai oleh kekuasaan politik Muhammad Ali Pasya yang berkedudukan di Kairo, Mesir. Hizaj menjadi rebutan antara ketiga kekuasaan ini dan akhirnya Hijaz dianeksasi kembali pada tahun 1924 M, yang sempat juga jatuh ke tangan Turki.


Yatim, Badri.1999. Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci: Hijaz ( Mekah dan Madinah)1800-1925: Jakarta. l

Kamis, 09 Desember 2010

Budaya Sunda di Tengah modernisasi dan Postmodernisasi Oleh Deden Wahyudin

1. Pengantar

Benih-binih budaya nasional yang terintegrasi kedalam sub-sub budaya lokal merupakan suatu yang menjadi soko guru identitas bangsa. Meleburnya budaya lokal itu menjadi suatu kritalisasi keribadian suatu bangsa yang selalu dianggap satu kesatuan yang bersifat adaftif. Budaya lokal yang tersebar di seluruh penjuru nusantara merupakan manesfestasi besar bagi bangsa Indonesia. Keragaman yang ada tidak dijadikan suatu problematika bagi bangsa yang sadar akan pentingnya rasa persatuan dan kesatuan suatu bangsa. Hal ini penting disadari karena identitas suatu bangsa dibangun atas dasar kesamaan karakter maupun keberagaman budaya. Setiap budaya lokal itu memiliki peran yang penting bagi terwujudnya budaya nasional. Tidak ada suatu budaya lokal pun yang tidak punya andil dalam membangun budaya nasional tetapi andil dari budaya lokal tersebut diperlihatkan secara tersirat. Adapun yang muncul kepermukaan merupakan puncak-puncak kebudayaan lokal yang menjadi ikon budaya nasional. Dalam hal ini tidak berarti hanya satu kebudayaan lokal yang ditonjolkan, tetapi ketersiratan budaya yang lain menyumbang atas puncak-puncak kebudayaan nasional tersebut.
Bila kita kaji semua budaya lokal yang ada di Indonesia, rasanya tidak akan cukup dalam tulisan ini. Oleh karena itu, kita sepakat untuk mengangkat satu budaya lokal sebagai kajian di tulisan ini yaitu budaya sunda. Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun Kebudayaan sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relative lebih tua, setidaknya dalam hal pengenalan terhadap budaya tulis. “ Kegemilangan” kebudayaan di masa lalu, khususnya semasa Kerajaan Taruma Negara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebuadayaan sunda.
Setidaknya ada empat daya hidup yang perlu dicermati dalam kebudayaan sunda, yaitu, kemampuan beradaptasi. Kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang, serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi kebudayaan sunda, terutama dalam merespon berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan. Bahkan, kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki daya hidup manakala berhadapan dengan tantangan dari luar.
Akibatnya, tidaklah mengherankan bila semakin lama semakin banyak unsur kebudayaan Sunda yang tergilas oleh kebudayaan asing. Sebagai contoh paling jelas, bahasa Sunda yang merupakan bahasa komunitas urang Sunda tampak secara eksplisit semakin jarang digunakan oleh pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda. Lebih memprihatinkan lagi, menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari terkadang diidentikkan dengan "keterbelakangan", untuk tidak mengatakan primitif. Akibatnya, timbul rasa gengsi pada urang Sunda untuk menggunakan bahasa Sunda dalam pergaulannya sehari-hari. Bahkan, rasa "gengsi" ini terkadang ditemukan pula pada mereka yang sebenarnya merupakan pakar di bidang bahasa Sunda, termasuk untuk sekadar mengakui bahwa dirinya adalah pakar atau berlatar belakang keahlian di bidang bahasa sunda.
Apabila kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan, hal itu sejalan pula dengan kemampuan mobilitasnya. Kemampuan kebudayaan Sunda untuk melakukan mobilitas, baik vertikal maupun horizontal, dapat dikatakan sangat lemah. Oleh karenanya, jangankan di luar komunitas Sunda, di dalam komunitas Sunda sendiri, kebudayaan Sunda seringkali menjadi asing. Meskipun ada unsur kebudayaan Sunda yang memperlihatkan kemampuan untuk bermobilitas, baik secara horizontal maupun vertikal, secara umum kemampuan kebudayaan Sunda untuk bermobilitas dapat dikatakan masih rendah sehingga kebudayaan Sunda tidak saja tampak jalan di tempat tetapi juga berjalan mundur.Berkaitan erat dengan dua kemampuan terdahulu, kemampuan tumbuh dan berkembang kebudayaan Sunda juga dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang tidak kalah memprihatinkan. Jangankan berbicara paradigma-paradigma baru, iktikad untuk melestarikan apa yang telah dimiliki saja dapat dikatakan sangat lemah. Dalam hal folklor misalnya, menjadi sebuah pertanyaan besar, komunitas Sunda yang sebenarnya kaya dengan folklor, seberapa jauh telah berupaya untuk tetap melestarikan folklor tersebut agar tetap "membumi" dengan masyarakat Sunda.
Oleh karena itu, kita bangun paradigma-paradigma baru untuk membangun kesadaran orang-orang sunda itu sendiri khususnya generasi muda untuk melestarikan budaya sunda yang dalam keeksistensiannya terancam dengan banyaknya budaya luar yang semakin intens masuk ke dalam ranah budaya tatar sunda.

B. Kajian Analisis
Dari tulisan yang ditulis oleh Prof. Dr. Endang Komara, M.Si yang berjudul “ Peran Budaya Sunda Dalam Menghadapi PostModern” Kebudayaan sunda mengisaratkan adanya proses pelemahan secara drastis dalam perannya membangun kepribadian orang sunda itu sendiri apa lagi dalam membangun karakter bangsa secara luas. Kita tidak bisa menafikan sumbangan dari budaya sunda itu sendiri memang sangat besar dalam membangun budaya nasional. Kemunduran ini diniscaya adanya ruang lingkup globalisasi yang semakin merapat ke dalam tataran budaya sunda itu sendiri terlebih lagi ke dalam budaya nasional. Dalam tulisannya Prof Endang menjelaskan bahwa globalisasi membawa pengaruh dan perubahan yang cepat dan mudah sekali dipahami oleh yang menerimanaya. Pengaruh globalisasi ini nota bene mempengaruhi juga orang orang sunda sendiri. Dengan adanya westernisasi (Proses pembaratan) secara otomatis budaya lokal baik itu budaya sunda ataupun budaya lainnya menjadi termaginilisasi (Terpinggirkan). Dikatakan dalam tulisannya ini marginalisasi suatu kebudayaan dikatakan lumrah artinya menjadi suatu yang biasa bahkan suatu kebudayaan mati pun dikatakan lumrah pula. Memang benar yang yang terjadi sekarang terhadap budaya sunda adalah suatu tontonan belaka, artinya budaya sunda itu bukan dijadikan sebagai kepribadian hidup melainkan hanya sekedar tontonan budaya semata. Oleh karena itu memang betul harus ada paradigma baru dalam melawan tantangan –tantangan yang dirasa berat yang syarat akan revolusi itu. Kebudayaan luar yang syarat akan serba rasional memotong secara cepat pemikiran orrang sunda yang serba magic-mitis yang kuat. Oleh karena itu, keterbukaan secara pemikiran membawa masyarakat untuk memilih hal-hal yang rasional daripada hal-hal magic-magis.
Untuk merubah paradigma orang sunda tentang budaya sunda itu sendiri ada berberpa tahapan yang harus di lewati dan tahapan situ akan memberikan pemahaman bagi kita tentang bagimana suatu budaya bisa menjadi kepribadian suatu komunitas budaya. Adapun prose situ menurut tulisan C. A. Van Puersen adalah :
1. Mitis
Dimana mereka ( kelompok budaya) memandang segala sesuatu baik hasil budaya atau entitas budaya sebagai hal yang gaib ( tidak terjamah oleh logika) artinya bersifar iirasional
2. Ontologis
Tahapan ini adalah tahapan dimana komunitas budaya sudah memukan titik kesadaran tentang hal-hal yang dianggap mitis (gaib)
3. Fungsional
Tahapan ini adalah tahapan dmana kelompok budaya sudah menyadari dan mengetahui bagaimana fungsi praktis dari kebudayaan atau hasil kebudayaan yang mereka buat.
Menurut analisis saya, bahwasannya orang sunda masih dalam tataran tahapan mitis, artinya mereka masih memelihara pemikiran yang bersifat irrasional dan mereka belum menyadari akan hal yang mereka pikirkan artinya belum bisa memaknai semuanya.
Dalam pandangan ini saya menyetujui pernyataan Prof. Endang, bahwasanyya orang sunda dalam perkembangan pola berpirkirnya tidak melewati pase yang kedua yaitu ontologis. Memang semestinya komunitas itu melewati fase mitis, ontologis,dan fase fungsional. Dikatakan dalam kasus budaya sunda, fase budaya yang tidak dilewati secara mulus. Fase yang memungkinkan lahirnya tradisi filosofis, yang secara epistimologis menjadi fondasi bagi terjadinya dialog dan partisipasi logos (tradisi rasional-filosofis) dengan mitos. Sebetulnya ada usaha dari orang-orang sunda sendiri untuk mengulang fase ontologism sebagi upaya penyeimbang. Mereka yang peduli sebetulnya mengkonsep atau merumuskan suatu system filosofi dan efisistem yang memungkinkan dijadikan filosofis bagi kebudayaan sunda. Namun usaha perumusan itu sia-sia dan akhirnya karya filsafat tentang fase ontoligis orang sunda itu hanya sebagai pajangan saja.

Hubungan antara budaya sunda dan post modernism
Postmodernism tidak dapat dipisahkan dari domain cultural. Produk postmodern cendrung menggantikan produk modern (Doyker, 1994; Strinati 1995). Pemikiran postmodern cendrung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view). Kebudayaan sunda yang semakin tergerus dengan pengaruh luar yang makin meningkat di jaman modern ini mengakibatkan melemahnya sendi-sendi penguat kebudayaan itu sendiri. Dalam menghadapi postmodern Budaya sunda dirasakan sangat berat menghadapinya karena postmodern itu sendiri karena kecendrungan lebih tinggi modern. Akan tetapi postmodern ini cendrung menggembor-gemborkan salah satunya tradisi, kosmologi, masgis, mitos. Di postmodern ini ada titik balik kembali akan perhatiannya ke dalam dunia tradisi. Maka budaya sunda harus bisa memanfaatkan setelah ini untuk mengembangkan budaya sunda untuk eksis di tataran nasional.
C. Kesimpulan Analisis
Budaya sunda sebagai cikal bakal budaya nasional memang di akuai keberadaanya, tetapi hal ini tidak dibarengi dengan upaya pelestarian secara menyeluruh. Namun demikian budaya sunda menjadi unsur pendukung budaya nasional yang besar pengaruhnya karena dianggap budaya sunda yang lentur dan adaftif. Paradigma orang sunda harus segera di luruskan mengenai konsep kebudayaan sunda sendiri dalam rangka menghadapi postmodern di masa yang akan datang.
Proses pemaknaan mengenani konsepsi budaya sunda sendiri harus segera di isi untuk menumbuhkan pemahanan yang syarat makna filosofi (ontologism). Sehingga bisa ada ketahanan budaya sunda sendiri yang terjaga dari pengaruh budaya luar yang semakin intens. Maka disini ada pelawan arus yang kuat untuk menghadang pengaruh itu, sehingga pengaruh-pengaruh luar bisa di antisipasi peranannya di kehidupan budaya lokal yang ada

Sabtu, 04 Desember 2010

PERKEMBANGAN SENI DI IN

KONSEPSI TENTANG KEBUDAYAAN BARATDAN KEBUDAYAAN HELLENIS

Sebelum saya memaparkan bagaimana peradaban Hellenis, disini perlu saya paparkan juga tentang bagaimana konsepsi tentang barat itu sendiri. Konsepsi tentang Barat (The Occident) yang di pandang dari dunia timur (Orientalisme), bahwa Barat sudah menginvansi dunia timur dan manjadikan negara-negara timur itu wilayah koloni Barat yang tersebesar, terkaya dan tertua.. Disini Timur telah membantu mendefinisikan barat sebagai imaji, idea, kepribadian dan pengalaman, dan tidak dipungkiri juga bahwa timur merupakan suatu bagian integral dari perdaban dan kebudayaan material barat. Untuk kita ketahui juga bahwa orientalisme adalah suatu gaya berpikir yang berdasarkan pada pembedaan ontologis dan epistemologis yang di buat antara “ Timur” (The Orient) dan hampir selalu barat (The Occident). Sebenarnya Orientalisme sebagai gaya barat untuk mendominasi, menata kembali dan menguasai timur. Kita kadang tidak menyadari bagaimana barat bisa menguasai timur, ternyata Barat bisa menguasai timur dengan mempelajari gaya berpikir timur sendiri yaitu orientalisme. Dengan Orientalisme sebagai sumber, budaya barat mampu mengatur bahkan menciptakan dunia timur secara politis, sosiologis, militer, ideologis, saintifik, dan imajinatif selama masa pencerahan. Dengan ini kita akan tahu bahwa budaya barat memperoleh kekuatan dan identitasnya dengan cara menyandarkan dirinya kepada dunia timur sebagai macam wali atau pelindung, bahkan “ diri” yang tersembunyi. “Barat” tidaklah ada begitu saja ada, oleh karena itu kita harus menganggap serius obeservasi besar Vico bahwa manusia sendiri yang membuat sejarah mereka, karena itu, sebagaimana halnya barat sendiri, timur adalah suatu ide yang mempunyai sejarah dan berpikir, perlambang dan pembendaharaan bahasa yang telah memberikan kepadanya realitas dan kehadiran di dan bagi barat. Kedua entitas geografis tersebut dengan demikian saling mendukung, dan saling merefleksikan satu sama lainnnya hingga batas-batas tertentu. Kita bisa menduga bahwa timur itu merupakan karir bagi orang barat. Semenjak dahulu dan sampai sekarang pun ada budaya-budaya dan bangsa-bangsa yang berlokasi di timur, dan kehidupan, sejarah serta adat-istiadat mereka memiliki realita nyata yang jelas sekali lebih besar dari apapun dikatakan tentangnya di Barat. Hubungan antara barat dan timur adalah hubungan kekuatan, dominasi,hubungan berbagai derajat hegemoni yang kompleks. Timur ditimurkan tidak hanya karena ia di dapati dalam keadaan; bersifat timur” dalam semua hal yang dipandang umum oleh rata-rata orang Eropa abad ke kesembilan belas, tetapi juga karena ia dapat yakni mandah untuk dijadikan timur. “Orientalisme” bukanlah fantasi kosong orang Eropa mengenai dunia timur, melainkan sosok teori dan praktek yang sengaja diciptakan, yang sepanjang banyak generasi telah menerima timbunan inventasi material yang sangat besar. Orientalisme sebagai suatu sistem ilmu mengenai dunia timur, sebagai suatu saringan yang diakui untuk menyaring dunia timur keadalam kesadaran Barat sementara inventasi tersebut melipatgandakan dan sungguh-sungguh menjadikan benar-benar produktif pernyataan-pernyataan yang berkembang biak dari orientalisme ke dalam lingkup budaya umum. Orientalisme tidak pernah jauh dari apa yang dinamakan Deny Hay sebagai gagasan Eropa, suatu pikiran kolektif yang mengidentifikasikan kita orang-orang Eropa dan bahwa unsur utama dalam budaya Barat persisnya adalah apa yang menjadikan budaya tersebut berkuasa baik di Barat maupun di luar barat.
Gagasan identitas barat sebagai identitas yang lebih unggul dibandingkan semua bangsa dan budaya non Barat..Diisini juga terdapat hegemoni gagasan –gagasan Barat mengenai dunia timur yang mengulangi pernyataan mengenai keunggulan Barat atas keterbelakangan timur, yang pada umumnya penutup peluang adanya pandangan-pandangan yang berbeda mengenai masalah ini dari pemikir yang lebih independent, atau skeptis..
Strategi Orientalisme bergantung pada keunggulan posisional yang lentur ini, yang menempatkan orang barat dalam suatu rangkaian menyeluruh dari kemungkinan-kemungkinan hubungan dunia timur tanpa menyebabkan kehilangan posisinya. Dan mengapa pula tidak demikian, khususnya salama masa kebangkitan Barat yang luar biasa sejak akhir Renaisans hingga kini. Begitu paparan saya tentang konsepsi Barat dilihat dari sudut pandang ketimuran. akhirnya kita bisa mengetahui bagimana kedudukan barat yang tidak bisa lepas juga dunia timur, dan bahkan timur merupakan keperibadian barat yang tidak disadari kita semua. Mengingat puncak kebuadayaan barat yaitu pada masa kebudayaan Hellenisme yang merupakan Induk kebudayaan selanjutnya. Saya akan menggembarkan bagaimana kebudayaan Hellenis sekitar 1050-750 SM. Selama tiga abad terakhir sekitar tahun 750 SM, orang-orang Syria telah berhasil menciptakan alphabet, mengekplorasi dan mengkolonisasi pantai-pantai lembah Medeterania barat, dan menghasilkan karya-karya sastra yang terkemukan. Sebaliknya, orang-orang Yunani agaknya berhenti menulis dalam tulisan linier B setelah terjadin bencana sekitar tahun 1200 SM, dan mereka tidak mengadopsi alphabet orang Phoenician sampai sekita tahun 750 SM. Maka orang Yunani baru mengadopsi alphabet lebih lambat dua abad dibanding orang-orang Ibrani dan Aramean. Orang-orang Yunani itu buta huruf selama hampi 450 tahun.
Empat ratus lima puluh tahun tersebut merupakan zaman kegelapan dalam dua pengertian. . Namun selama abad-abad kegelapan tersebut, orang-orang Yunani merasa sedang berjalan menuju penciptaan sejumlah prestasi terakhhir peradaban Hellenis yang paling mencolok. Perkembangan bentuk pemerintahan negara-kota dilembah Aegean selama zaman kegelapan ini bukanlah prestasi khas orang-orang Yunani. Negara-negara kota telah diciptakan di Sumeria 2000 tahun sebelumnya, dan setidaknya salah satu negara kota Phoenician, yakni Byblos, yang hampir sama tuanya dengan Nippur, Uruk dan Ur, Namun demikian, bentuk khas negara kota yang dikembangkan oleh orang-orang Yunani di Aegean sesudah runtuhnya kerajaan-kerajaan pada masa Mycenae akhirnya menjadi pola standar untuk seluruh lembah Medeteranian dan juga daerah-daerah di sebelah timur sungai Eufrat.
Penafsiaran dokumen-dokumen zaman Mycenae dalam tulisan Linear B menyingkap apa yang terjadi diantara rezim politik zaman Mycenae dan rezim politik zaman Yunani Hellenis. Kerajaan-kerajaan Yunani Mycinae merupakan replika-replika miniatur kerajaaan Sumeria dan Akkadia serta Mesir Fir’aun. Kerajaan-kerajaan tersebut dijalankan secara birokratis oleh sebuah lembaga melek huruf pfofesional.. Negara kota Hellenis yang tipikal sepanjang sejarah Gaeceo-Romawi merupakan sebuah komunitas agricultural kecil yang wilayahnya terbatas dengan radius sekitar setengah dari perjalanan dahri tempat jual beli dan benteng yang menjadi nukleusnya., Dibidang ekonomi, komunitas ini hampir serba lengkap. Perbedaan antara sebuah kerajaan Mycenae dan negara kota Hellenis arkaik cukup mencolok, tetapi dalam bidang politik, tidak ada bukti bahwa keduanya terputus dari masa lalu.. Administrasi publik Yunani zaman Mycenae tampak seolah-olah merupakan imitasi sengaja atas administrasi public Babylonia, Hittite, dan Mesir Fir’aun; administrasi publik Yunani zaman Hellenis terlihat seperti sebuah pemerintahan regional yang secara tidak sada beradaptasi dengan keadaan-keadaan ekonomi didaerah tersebut. Dilain pihak, pengadopsian atas gaya tembikar Protogeomoterik tamapak seolah-olah menjadi sebuah gaya baru yang diciptakan secara sengaja. Gaya Protogemetrik aniconic muncul secara tiba-tiba sekitar tahun 1050 SM di sebuah tempat yang bernama Athena dan kemudian disana berkembang dengan cepat, meskipun di sejumlah tempat di Yunani beragam gaya protogeometrik dan geometric lokal sesudahnya dikembangkan, agaknya, secara independent.
Keserempakan perubahan-perubahan teknologi dan seni yang tiba-tiba ini tampak mencolok. Apakah ini mengindikasikan perubahan penduduk, atau sekedar perubahan gaya? Sampai sebegitu jauh. Ada sebuah revolusi estetis yang lebih penting. Para pembuat dan pelukis vas Athena protogeometrik menghubungkan dekorasi vas bentuknya; dalam mendesain sebuah pola, salah satu pertimbangan utama mereka adalah harmoni; dan merekan menghasilkan efek-efek arsistik dengan cara memberi kesan yang sangat indah pada motif-motif sederhana. Tiga ciri seni Yunani Protogeometrik dan geometrik yang berbeda ini menjadi fase sejarah Hellenis selanjutnya kecuali fase terakhir.
Dalam seni rupa dan lembaga-lembaga politik zaman kegelapan pasca Mycenae dilembah Aegean, terdapat keterputusan dengan masa lalu Myicinae, dan seolah-olah pembuat tembikar dan koleganya, pelukis vas, melakukannya dengan sengaja . Penyair lisan zaman kegelapan juga mengetahui masa lalu Mycenaenya. Tetapi mereka tidak hendak memutuskannya, melainkan justru mempertahankannya sebisa mungkin membuat mise en scene puisinya tanpa perlu menjadikannyua tidak bisa dipahami oleh audiens di sebuah masyarakat yang sedang berubah secara perlahan tapi terus-menerus, dari generasi ke generasi. Evolusi bertahap puisi lisan, seni rupa dan lembaga-lembaga politik Yunani Hellenis selama tiga abad yang berakhir pada sekitar ahun 750 SM tampaknya tidak signifikan dibandingkan dengan apa yang telah diraih selama tiga abad yang sama oleh orang-orang Syiria sezaman. Nilai penting prestasi-prestasi Yunani selam zaman kegelapan pasca Mycenae hanya dapat diukur secara retospektif dengan memperhitungkan akibatnya.
Pada pertengahan abad ke-8, orang-orang Syiria, sebagaimana sebelum mereka tenggelam oleh serbuan militerisme terakhir yang langsung menyebabkan penderitaan, membuat sebuah rangsangan revolusi tiba-tiba bagi orang-orang Hellenis dengan cara mentransfer alfabet. Hadiah ini diikuti dengan transfer seni perdagangan Phoenician laiknya logam mentah yang oleh orang Hellenis dan etrusca diubah menjadi mas.
Peredaban Hellenis 750-507 SM
Setelah runtuhnya peradaban Minoa dan Mycenae runtuh pada abad ke 12 SM, wilayah bekas kekuasaannya dikosongkan, buta huruf lenyap, dan timbulah peradaban baru, Hellenis, dari abad ke 17 dan seterusnya, yang berkembang setahap demi setahap. Perkembangan ini sama lambatnya dengan sekitar tahun 700 SM , saat peradaban Hellenis,. Kemajuan peradaban Hellenis tidak dirasakan oleh pujangga Hesoid, meski puisinya adalah salah satu pencapaian peradaban Hellenis yang pernah tercatat. Selama dua peradaban Hellenis berlangsung, kecuali penduduk Yunani sepanjang pantai barat semanjung Asia kecil, kekuasaan Hellenis berada dibawah kendali pesukan penakluk Assyiria dan gerombolan penggerebek Eurasia yang suka berpindah-pindah. Mereka menjadi momok yang menghantui Assyiria dan merusak masa depan peradaban terlalu dininya, sewaktu komunitas Yunani telah pulih. Pada abad ke-8 dan ke-7 SM, peradaban Hellenis menorehkan inspirasi kemajuan budaya yang telah diraih oleh peradaban Syiria sejak abad ke 12 SM, selama beberapa waktu ketika semua asfek kehidupan wilayah Yunani masih terpuruk Kemenangan masyarakat Hellenis dari serangan pihak luar di abad ke-8 SM mengakibatkan ledakan penduduk yang berlanjut sampai abad ke-2 SM. Kira-kira tahun 750 SM orang-orang Hellenis menandatangani perjanjian hutang pertama mereka denagan Syiria. Pada saat itu mereka meminjam sistem alphabet Phoenic. Ini merupakan tulisan yang lebih efisien karena menggunakan bahasa Yunani dan bahasa lainnya dari pada suku kata linier –B yang diciptakan tepatnya mungkin abad ke-15 yang merupakan tiruan tata suku kata linier –A.
Penggunaan dan pengadaptasian sistem alphabet Phoenic oleh orang-orang Mesir berdampak pada sastra dan pemikiran budaya Hellenis. Selama 4,5 abad dalam dunia buta huruf, selama deklamasi puisi sejarah telah menjadi sebuah penciptaan segar, diimprovisasikan dengan ritme yang mudah dihafal dan dibacakan kembali oleh para pujangga Abad pertengahan..
Adopsi dan adaptasi system alphabet Phoenic oleh bangsa-bangsa Yunani yang telah membawa konsekwensi bagi dunia sastra tersebut, secara cepat diikuti dengan penerimaan motif seni visual baru. Di akhir abad ke-8, model geometris menghiasi pot memberi pengaruh pada sebuah gaya baru. Gaya baru menghias pot tersebut terinspirasi seni kontemporer Phoenic. Sementara eksperimen bangsa Yunani pertama tentang perwujudan tiga dimensi tubuh manusia terinspirasi oleh gaya mesir..
Hubungan pasca perdagangan Yunani-Euboea sesunggguhnya terjalin awal abad ke -9 SM di Al-Mina, hulu sungan Orontes, melalui utara pentai Syiria. Dari abad ke-8 SM dan seterusnya kebutuhan pokok ekonomi bangsa Yunani adalah kebutuhan pangan karena meleadaknya penduduk. Salah satu cara meningkatkan suplai pangan suatu negara yang tidak hanya kaya sumber daya alam itu adalah dengan mengimpor biji-bijian dari luar perbatasan wilayah Hellenis yang ditukar dengan produk-produk Yunani.
Dekade berikutnya di abad ke-8 SM, Yunani mulai mengadakan ekspansi ke seberang barat laut, Melewati selat Otranto sepanjang pesisir selatan dan barat Itali serta pesisir timur dan selatan Sisilia. Pedagang-pedagang Yunani memang mendahului pemukiman Yunani dan mengantarkan mereka ke wilayah yang mereka rampas, tetapi koloni Yunani Hellenis pertama ialah potret komunitas Yunani sekarang yang telah menemukan mereka.. Dengan begitu, mereka menjadi negara kota yang bermata-pencaharian pokok petani, hasil pertanian digunakan untuk keperluan pribadi. Telah disebut sebelumnya bahwa pendirian negara kota Yunani sepanjang pantai barat dan pulau lepas pantai Asia kecil telah mengubah Laut Aegea menjadi danau Yunani.
Di abad ke -7 SM, Pelebaran habitat penduduk Hellenis dengan pembentukan negara kota-negara kota di seluruh pantai Yunani yang bermata-pencaharian petani berubah menjadi kepentingan ekonomi yang hanya menitikberatkan pada ekstensifikasi kawasan perdagangan wilayah Hellenis, baik dipusat kota Hellas atau diseberang laut masih terdiri dari komunitas petani-petani kecil, yang secara ekonomis mampu berswasembada, namun kaum minoritasnya beralih kebidang produksi yang hasilnya khusus diekspor untuk ditukar dengan padi-padian diluar negeri. Hal memungkinan mereka dapat hidup dan berdagang bersama orang-orang yang ada didaerahnya tidak bisa mereka taklukan dan mereka jajah. Salah satu produk ekspor tersebut adalah tentara bayaran Yunani. Impor tentara bayaran serupa ke Mesir juga pernah dilakukan di abad ke-7 SM. Bahkan abad ke-6 SM, Saudara laki-laki pujangga Yunani yang bernama Mytilenae, Alcaeus, adalah juga seorang tentara bayaran di masa pemerintahan Nebuchadnezzar.
Pada abad ke -7 SM bangsa Yunani mengalami surplus padi-padian yang berasal dari dua kawasan, Mesir dan Ukraina. Perdagangan Yunani Mesir pernah terjalin sebelumnya, sementara perdagangan Yunani-Ukraina menjadi nyata saat migrasi besar-besar (Valkerwanderung) pada pastur pengembara Skyth singgah di Stepa dalam perjalanan menuju arah utara laut hitam.
Perdagangan Yunani lebih lanjut sesungguhnya dirangsang oleh penciptaan uang logam yang ada hubungannya dengan raja Alyatt dari Lidya (memerintah kira-kira 608-558). Jauh sebelum ini sebenarnya, mungkin sejak awal-awal kehidupan Urban di Sumeria batangan-batangan emas, Perak, dan tembaga telah digunakan sebagai media pertukaran. Inovasi Alyatt bukanlah penciptaan mata uang logam dengan monogram (lukisan huruf) yang kemudian diberlakukannya oleh pemerintah kota waktu itu. Uang logam bukan hanya enak dibawa dari pada batangan emas; seandainya pihak berwenang setempat memiliki reputasi ekonomi yang baik, koin tersebut dapat dipercaya begitu saja tanpa pertlu ditimbang setiap kali mereka berpindah tangan.
Ekspansi atas wilayah Yunani dan area perdagangan mereka dengan melakukan revolusi ekonomi terhadap minoritas negara kota-negar kota Yunani yang secara ekonomi sangat beresiko, telah mengalami perubahan-perubahan mencolok bagi sisa-sisa kekuasaan Hellenis. Pada masa kegelapan dimana peradaban Helenis lahir, negara kota Hellenis yang kreatif adalah Athena satu-satunya benteng Mycenae yang tidak dihancurkan di abad 20 SM. Athena kembali memperoleh kemasyhurannya di sepanjangnya masa Protogeometrik dan geometric, tetapi disekitar tahun 750 SM sampai permulaan abad ke-6 SM ia mendadak kehilangan ambisi kekuaseaan. Athena tidak hanya berpangku tangan dalam gerakan kolonisasi tetapi juga dalam tahap revolusi ekonomi berikutnya.
Pelaku-pelaku revolusi tersebut adalah sepanjang negara kota-negara kota dan lepas pantai barat Asia kecil (misalnya Miletus dan Chios) dan seputar wilayah Isthanus di Corinth (contohnya Corinth sendiri, siccon, dan Megara). Ionia merupakan wilayah dimana sastra sejarah Yunani mencapai puncak dengan penerbitan Illiad dan Odissey. Dimasa kejayaan itu tak satu pun syair-syair elegi dan puisi liris yang terkenal Yunani yang dicipta oleh orang Athena. Bahkan di abad ke-6 SM, saat Athena kembali memimpin dulu perekonomian, lalu politik bapak-bapak fisikawan Yunani bukanlah orang Athena melainkan orang-orang Meilesia (Thales dan Anaxiomander) serta Ephesian Herokleitus (Heroklitos) Selama abad ke-6 SM inilah orang-orang Yunani Asia melahirkan para intelektual Yunani Hellenis yang hebat. . Pendahulu mereka telah mengajarkan proses fisika alam dengan bahasa anthromorfis sebagai induk ilmunya. Fisikawan Ionia Abad ke-6 SM ini menjelaskan fenomena antar personil dengan cara mereka sendiri-sendiri. Tidak ada orang Athena yang berkancah diluar ilmu pengetahuan Hellenis baik di awal atau pun tahap-tahap perkembangan berikutnya..
Dalam epos sejarah Yunani yang berawal kira-kira 750 SM dan terus berkembang sampai Romawi menghentikan peperangan antar negara-negara kota Yunani, Yunani disebut sangat bengis terhadap yang lain, tidak berbeda ketika ia berada di masa Mycenae.Saat pemerintahan Yunani melakukan revolusi ekonomi pada abad ke0-7, perekonomian dalam negerinya nyatanya sangat lesu hingga kemudian pemerintahan pun jatuh ke rezim diktator.
Tindakan berani Yunani mengobati penyakit pemerintahannya kala itu adalah dengan menaklukan ke-25 wilayah diujung Selatan Peloponesos, kira-kira tahun 750-715 SM, oleh salah satu negara kota, Sparta. Sparta ialah negar-kota didaerah terpencil, dan penaklukan atasnya oleh tetangga mereka Yunani merupakan hal yang juga terjadi di Italia di Sicilia dimana masyarakat bnukan Yunani dikuasai oleh negara koa maritime Yunani, Corinth dan Chalcis umpanya.. Orang Sparta mengijinkan beberapa negara kota tetangga taklukannya berotonomi, tunduk pada kewajiban menjadi anggota militer Sparta dalam perang. Pemfokusan orang Sparta pada latihan militer dan kedisiplinan membuat mereka menjadi tentara kuat di era Hellenis, Namun sekitar tahun 50 SM Sparta sadar bahwa sumber daya manusia mereka yang gagah berani dan terlatih tidak mencukupi jumlahnya untuk menekan pada budak, seseuatu yang relative baru bagiu Sparta. Kira tahun 611 SM Sparta mencari wilayah untuk memperluas jaringan aliansi mereka dengan melakukan penggulingan kediktatoran yang masih berlangsung di Athena dan pada usaha yang keduanya kalinya mereka berhasil. Kekuasaan Oligarkis yang mengambil alih pemerintahan Athena dari Diktator yang terusir gagal menekan masyarakatnya untuk melawan gerakan radikal yang ada dan ketika Sparta campur tangan membantu sekutu konsrvatif mereka untuk ketiga kalinya, mereka malah dijatuhkan oleh kawanan pemberontak rakyat Athena..
Dengan demikian Athena bisa lepas dari kauasa Sparta dan masyarakat Athena kemudian menerapkan pemerintahan demoktretis (kira-kira 507 SM). Athena meniru pemerintahan Sparta., namun teradapat perbedaan krusial antara struktur sosial pemerintah Athena dan Sparta dal ini. Kerja sama Sparta Athena di tahun-tahun penting 511-107 SM akhirnya berakihir, karena orang-orang Spata itu ttidak diperlukan lagi dan membingungkan. Alasannya bahwa selama abad ke-6 SM, Athena telah siuman dari pingsan berkuasa sementara..
Salah satu sekutu Sparta, Aegina, juga merupakan kompetitor alot bagi Athena dalam perekonomian, Pulau kecil yang berada dalam kendali Aticcaini, hidup dari perdagangan. Masyarakat Aegina berperan penting dalam jual beli tanah Panhelenis di Naucaratis, Mesir. Konflik antara Aegina dan Athena semakin runcing hingga malam dilancarkan invasi Parsi terhadap Yunani Eropa. Raja Sparta, Cleomenes I, sangat kewalahan untuk menghentikan Aegina dari peperangannya dengan Athena.
Oleh karena itu, dalam periode kira-kira 750-500 SM, perselisihan domestic maupun luar negeri menjadi sangat intens dikawasan negara-negara kota Hellenis. Akan tetapi dalam kurun waktu yang sama, meski sedang mengalami kekacauan ekonomi dan politik. Yunani menjadi sadar akan kesatuan dan solidaritas budaya mereka, dan kesadaran ini a khirnya menemukan jati dirinya dalam adat-istiadat Pan Hellenis.
Kata ‘Helenis’ merupakan nama namun umum baru orang-orang Yunani, berarti ‘penduduk kota ‘Helas’. Sementara ‘hellas’ sendiri adalah sebuah distrik di Yunani tengah yang mempunyai banyak kuil seperti kuil Atemis di Athena dekat Thermopylae, kuil dewi Buni, kuil Dea Apollo, dan kuil dewa Dionysos di Delphi, sebuah tempat pemujaan sekaligus tempat sabda dewa dirundingkan, Kebiasaaan Panhelenis lain di samping Ampfiksioni Helenis, yaitu empat festival periodik di Delphi, Corinth, Nemea dipedalaman Peloponnesis, dan paling tua dan paling dihormati ialah festival di Olimpia, sisi barat wilayah Peloponesos Olympia, seperti Olmes La Venta dan Tres Zepotes sekarang. Merupakan pusat pawai yang tak dihuni oleh penduduk tetap manapun. Festival ini adalah ajang panhelenis berkompetisi, tidak hanya bidang atletik, tapi puisi dan juga musik.
Sesungguhnya, adat pan Helenis terdrbut adalah media untuk memperat solidaritas budaya bersama dimana kata” Hellas” dan “ Helenis” diekpresikan. Basis psikoligis ‘ helenisme’ sebenarnya adalah cara pandang bersama, aspirasi dan cita-cita bersama. Ikatan intelektual, emosional, dan spiritual Helenis memang tidak jelas, tetapi ikatan inilah yang menyatukan masyarakat Helenis dengan lebih menitikberatkan pada kondisi politik dan ekonomi mereka.

MAKALAH (Perkembangan Industri Keramik Plered 1945-2008)

BAB I
PENDAHULUAN


I.I Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengangkat topik mengenai Dinamika Industri Keramik Plered dan Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar (1945-2008). Penulis disini tidak serta merta menulis sesuatu yang tidak penting untuk ditulis. Menurut penulis topik yang diangkat ini, mempunyai arti penting untuk diteliti (significance of topic). Selain penting untuk diteliti, topik ini juga mempunyai daya tarik tersendiri untuk diteliti (interesting topic) setidaknya menarik bagi diri pribadi penulis. Adapun aspek yang menurut penulis menarik dari topik ini, yaitu bagaimana munculnya industri keramik di Plered dan bagaimana pula perkembangannya. Apabila kita telusuri sejarahnya bahwasannya industri keramik Plered ini sudah ada sekitar awal abad 20 yang tentunya ketika masih zaman pemerintahan colonial Belabda. Apabila dilihat dari munculnya industri keramik ini pada zaman colonial Belanda, dalam pikiran penulis bagaimana keramik itu di produksi dan bagaimana pengaruh dari pemerintah kolonial itu sendiri tehadap industri keramik Plered, dan keramik yang di produksi pada waktu itu itu digunakan untuk apa?. Selain itu juga dalam segi bentuk dan jenis keramik yang di produksi pastinya sudah mengalami perubahan dari masa kemasa. Perubahan bentuk dan jenis keramik itu juga bisa saja dipengaruhi oleh oleh zaman dan pemerintah yang sedang berkuasa, bisa saja keramik dijadikan suatu alat politik bagi penguasa. Yang tak kalah pentingnya juga yaitu bagaimana perkembangan industri keramik Plered ini dari priode-kepriode. Kita tahu awal munculnya industri keramik Plered ini sudah ada sekitar tahun 1900, dan eksistensinya masih terlihat sampai sekarang. Dari perjalannya yang panjang ini, maka banyak dinamika-dinamika yang dialami oleh industri keramik Plered sampai akhirnya sentra industri keramik terkenal sampai ke Mancanegara. Selain dilihat dari aspek Industrinya itu sendiri, penulis juga tertarik bagaimana pengaruh dari adanya Industri Keramik Plered ini terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Karena Industri keramik ini yang semula industri rumahan (home Industry) dan berkembang menjadi industri Kecil (smaal Industry) tentunya melibatkan masyarakat sekitar yang berperan sebagai pemilik industri dan yang di pekerjakan sebagai karyawan. Disinilah bagaimana Indusrti keramik ini merubah tatanan kehidupan sosial masyarakat dan lebih jelas lagi tatanan ekonominya. Setidaknya keberadaan Industri ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat ketika mereka mengusahakan industri ini.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang industri keramik Plered terutama dilihat dari aspek industrinya dan pengaruhnya.terhadap kehidupan sosial- ekonomi masyarakat. Dilihat dari aspek industrinya karena disebabkan keramik Plered selain mempunyai fungsi untuk mengungkapkan nilai arsistik, keramik juga memiliki fungsi sebagai komoditas perdagangan baik untuk pasaran lokal dan mancanegara. Dilihat dari pengaruhnya Industri keramik Plered sendiri dapat mengubah tatanan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ketertarikan lain penulis yaitu mengenai proses perkembangan yang dirintis pada sekitar tahun 1900-an hingga produksi keramik ini menjadi komoditas ekspor unggulan daerah Purwakarta.
Penulis membuat batasan waktu sekitar tahun 1945-2008 dikarenakan pada sekitar tahun 1945-an itu merupakan awal terkenalnya Plered sebagai Insustri keramik di Kabupaten Purwakarta. Dan tahun 2008 sebagai batasan akhir dari topik ini, asumsi penulis sekitar tahun 2008 ini merupakan kegoncangan sector riil yang kedua kalinya setelah krisis moneter tahun 1998 lebih-lebih krisis sekarang ini merupakan krisis global yang berpengaruh terhadap kelangsungan sentra industri keramik Plered ini. Alasan penulis memilih industri keramik Plered sebagai objek penelitian dan bukan Industri keramik di daerah lain seperti di Banten, Kasongan, dan Jogjakarta karena sentara industri keramik Plered ini mempunyai kelebihan dari sentra industri karamik di daerah lain yaitu mempunyai kwalitas yang baik dibandingkan dengan daerah lain dan terkenal baik dalam pasaran lokal maupun pasaran mancanegara. Selain itu juga sentra Industri keramik mempunyai kedekatan emosional yang kuat dan kedekatan intelektual dengan penulis. Selain itu menurut penulis ketersedian sumber mengenai sentra keramik Plered cukup memadai dan menurut penulis mudah untuk mencarinya dan akhirnya memudahkan penulis menyusun makalah ini.

1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utamanya adalah untuk menjawab permasalahan mengenai sentra Industri keramik Plered. pada 1945 yang menjadi awal berkembangnya Industri Keramik Plered yang semula merupakan industri rumah tangga (cohage Industry) sampai kemudian berkembang menjadi industri kecil (Smaal Industry)
Sebelum dapat mengetahui perkembangan industri keramik Plered harus pula diketahui asal-usul munculnya keramik Plered tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka muncul permasalahan yang dapat dirumuskan:
1. Bagaimana asal-usul munculnya Industri keramik ?
2. Bagaimana perkembangan sentra Industri keramik Plered sebagai industri Keramik ( Cohage Industry) ?
3. Bagaimana perkembangan sentra industri keramik sebagai industri kecil
4. Apa yang menjadi hambatan kelangsungan sentra industri keramik Plered ?
5. Bagaimana pengaruh dari adanya sentra industri keramik terhadap kehidupan sosial- ekonomi masyarakat sekitar?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penlitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan asal-usul munculnya sentra industri keramik Plered serta menjelaskan perkembanganya sebagai sentra industry rumah tanga dan industri kecil. Selain tujuan diatas, penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak secara langsung maupun tidak langsung:
Secara langsung : Masukan terhadap tulisan-tulisan mengenai sejarah Sentra Industri Keramik Plered
Secara tidak langsung : Dapat digunakan oleh semua pihak sebagai pegangan dalam
Melihat perkembangan Sentra Industri Keramik Plered




1.4 Metode Penelitian
Penulisan sejarah berbeda dengan ilmu sosial lain. Ilmu sejarah mempunyai metode sendiri. Adapun metode dalam kajian ilmu sejarah, yang pertama Heuristrik (mencari sumber terluis dan sumber lisan). Untuk pencarian sumber penulis mengadakan survey langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi, selain itu juga mengadakan study pustaka. Dalam pengumpulan sumber tertulis, diantarnya mencari sumber dilingkungan perpustakaan Fakultas Sastra, di lingkungan Universitas Padjadjaran, perpustakaan UPI, perpustakaan Seni Rupa ITB, BAPUSDA JABAR, Perpustakaan Litbang Keramik Plered. Dalam pengumpulan sumber lisan, penulis mendatangi ketua Klaster (yaitu pokja pengusaha keramik Plered), pengarajin Keramik Plered, kepala desa Anjun Kecamatan Plered, dan kepala UPTD Litbang Keramik Plered yang tak lain untuk melakukan wawancara yang berkaitan dengan penelitian penulis. Selain itu juga penulis menggunakan fasilitas internet untuk memperoleh informasi tambahan mengenai sentra industri keramik. Tahapan ketiga yaitu tahapan kritik, yang mana sumber yang telah ditemukan melalui tahapan heuristik, itu harus diuji dahulu. Pengujan ini dilakukan melalui tahapan kritik/verifikasi. Kritik atau verifikasi ada dua macam yaitu meneliti otentitas sumber, atau keaslian sumber, yang disebut kritik eksternal, dan meneliti kredibelitas sumber yang disebut kritik internal . Tahapan keempat adalah tahapan interpretasi, tahapan ini merupakan rekontruksi imajinatif terhadap objek yang diteliti berdasarkan penafsiran terhadap sumber dengan melalui kritik. Tahapan terakhir adalah tahapan historiografi dalam artian kita berusaha merangkaikan fakta-fakta itu menjadi sesuatu keseluruhan yang harmonis dan masuk akal. Kemampuan mengarang (art of writing) sangat menentukan dalam hal ini .





1.5 Tinjauan Pustaka
Sebuah skripsi mahasiswa UPI yang berjudul “ Perkembangan Industri Keramik Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 1975-1986”, yang menjelaskan bagaimana perkembangan sekitar tahun 1975-1986.
Isi dari skripsi diatas setelah dipelajari oleh penulis kurang mendalam dalam menjelaskan bagaimana asal-usul kemunculan industri keramik di Anjun Kecamatan Plered. Selain itu batasan waktu dalam skripsi terlalu singkat hanya priode 1975-1986. Maka disini penulis ingin memperdalam bagaimana perkembangan industri keramik plered lebih mendalam lagi dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Asumsi penulis disini bahwasannya penulisan sejarah harus menyentuh aspek sisi kemanusiaan yaitu masyarakat, oleh karena itu ilmu sejarah dimasukan ke kelompok ilmu humaniora, jadi apabila saya membahas mengenai dinamikanya saja dan tidak dikaitkan dengan kehidupan masyarakat walaupun disana ditentukan periode- periode tertentu, itu rasanya tidak afdol. Oleh karena itu penulis membuat judul “Dinamika sentra Industri Keramik Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta dan pengaruhnya terhadap kehidupan Sosial-ekonomi masyarakat sektar (1945-2008)”. Penulis mengkaitkan keberadaan Sentra Industri Keramik Plered dengan keberadaan masyarakat sekitar supaya terlihat aspek kausalitas antara keduanya.
1.6 Kerangka Teoritis
Sejarah tidak hanya naratif, tetapi peristiwa sejarah membutuhkan penjelasan mengenai faktor-faktor kausal kondisional, kontekstual komponen dan eksponen dari proses sosial yang dikaji.
Sejarah perlu diungkapkan dengan teori dan konsep dari ilmu-ilmu social sebagai kerangka analitis dan kerangka pemikiran teoritis. ,Penulis didini menggunakan konsep “ Industri”. Industri disini adalah kumpulan dari perusahaan yang memproduksi barang yang homogen, untuk menjadi sebuah Industri, maka harus terdapat beberapa atau banyak perusahaan yang mempunyai barang yang homogen.


BAB II
MUNCULNYA INDUSTRI KERAMIK PLERED

2.1. Asal-usul keramik Plered
Keramik adalah hasil dari suatu kebudayaan, walau demikian, tidak aneh ketika disain keramik berubah, karena kebudayaan selalu berkembang seiring dengan kemajuan manusia. Tradisi memproduksi keramik sudah di mulai sejak jaman neolitikum karena dalam pengerjaan sudah ketingkat yang lebih halus. Keramik yang bahan dasar utamanya dari tanah, secara umum mengalami proses pembuatan sebagai berikut : pengolahan tanah liat agar tidak ada yang berlubang, dan di bentuk dengan kehendak penciptanya, dan akhirnya dibakar demi kuatnya barang.. Evolusi sebuah keramik menunjukan berkembangnya suatu peradaban yang menimbulkan komunikasi masa lampau dan yang sekarang dominan serta berakar. Ribuan tahun yang lalu, tanah liat berada di sembarang tempat dan digunakan untuk pembuatan keramik. Sejak jaman prasejarah hingga barang itu menjadi kuat, selain itu lebih tahan lama terus mengalami perubahan yang berarti. Keramik bercorak primitive yaitukramik yang berwarna hitam dan mudah pecah. Penemuan pada umumnya di temukan wilayah Timur- Tengah.
Keramik yang mempunyai nilai tinggi tingkatannya yang masuk ke Indonesia ialah dari Cina, Vietnam, Muang Thai zaman Jawa Timur sebagai pusat kekuasaan di Indonesia . Khususnya yang berasal dari China sangat diminati orang, baik karena mutunya maupun keindahannya. Dalam zaman VOC banyak kapal menjadi pengangkut Keramik dalam perdagangan Asia. Dalam catatan di kantor pusat di Batavia, sejumlah kapal VOC tenggelam pada hal kapal-kapal tersebut banyak membawa keramik. Itulah yang kemudian dilacak oleh pemburu keramik untuk ditemukan kembali.
Di Indonesia banyak daerah yang terkenal sebagai sentra Industri Keramik, seperti di Jawa Tengah tersebar di kota Semarang, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Jepara. Di Jawa Barat ada daerah yang terkenal sebagai sentra Industri Keramik yaitu sentra industri keramik Plered yang berada di kabupaten Purwakarta. . Keramik Plered rasanya tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Barat, bahkan untuk sebagaian masyarakat Indonesia. Plered dikenal sebagai salah satu objek wisata di kabupaten Purwakarta. Keberadaan keramik Plered yang berpusat di desa Anjun ada sejak ratusan tahun silam. Banyak versi yang menyangkut sejarah keramik di daerah ini. Ada yang mengatakan nenek moyang orang Plered berasal dari Plered Yogyakarta. Mereka adalah prajurit kerajaan Mataram yang menyerbu Batavia pada tahun 1629 dan ketika kalah perang, mereka enggan pulang dan memilih menetap di Desa Anjun, wilayah Plered. Disini mereka meneruskan keahlian sebelum menjadi prajurit yakni membuat gerabah . Jadilah wilayah yang mereka tinggali dinamakan Plered sama dengan kampung halaman mereka. Versi lain nama Plered dan keramik sudah ada sejak jaman Neolitikum . pada jaman tersebut, penduduk telah berdatangan di daerah cirata menyusuri daerah citarum. Dari hasil penggalian didaerah cirata ditemukan peninggalan dari batu, kapak persegi , alat untuk menumbuk dan lalu hal tersebut menunjukan bahwa penduduk di daerah tersebut memiliki kegiatan bertani, berhuma diladang, menanam padi dan berburu. Di daerah Cirata, juga diketemukan belanga dan periuk dari tanah, yang perbuatannya sangat sederhana . Di daerah cirata telah ada panjunan , Tempat membuat barang-barang dari tanah liat yang disebut gerabah. Sedangkan di daerah Plered telah terdapat kelompok manusia atau penduduk di derah Panjunan / Anjun , Plered , Nanggorak , Citalang , Gandasoli , dan Cirata . Di daerah Panjunan / Anjun , penduduknya sudah membuat gerabah dan tanah liatnya diambil dari Citalang dan Citeko.
Selain itu, menurut catatan pemerintah Kolonial Belanda industri keramik ini, sudah ada sejak tahun 1795 di mana sekitar Citalang Lio-Lio (tempat pembuatan genteng dan batu-bata, gentong, dan tempayan dan alat-alat kebutuhan rumah tangga), dari sejak itu rumah penduduk yang semula beratap injuk, sirap, daun kelapa dan alang-alang berubah menjadi genteng . Namun menurut seorang tokoh keramik Plered Bapak Darma Kapal bahwa kegiatan pembuatan keramik Plered resmi adanya sejak tahun 1904. Tokoh keramik kala itu adalah ki Dasjan, Sarkun, Aspi, dan Entas. Mereka sudah membuat keramik kasar untuk kebutuhan alat rumah tangga seperti kendi dan tempayan. Bahkan sekitar Anjun (Panjunan) sudah di mulai pembuatan tembikar/gerabah. Mulai tahun 1935, gerabah menjadi industri rumah tangga dan pada tahun yang sama pula ada perusahaan Belanda yang membuat pabrik besar bernama Hendrik De Boa di Warungkandang , Plered. Sampai sekarang keberadaan sentra industri keramik Plered masih eksis dan banyak memproduksi produk unggulan keramik yang mempunyai pasaran ekspor.

2.2. Bentuk dan jenis keramik Plered
Keberagaman jenis dan bentuk keramik Plered banyak mengalami perubahan dari waktu-ke waktu. Keramik Plered setidaknya terpengaruhi dalam segi bentuk dan jenisnya, baik itu terpengaruh oleh keramik dari cina ataupun keramik dari Indonesia itu sendiri. Evolusi dalam segi bentuk sangat terlihat sekali karena setiap priode berbeda trend yang diminati oleh pelanggan. Apabila kita telusuri jemis keramik Plered dari awal berdiri sampai sekarang mempunyai corak yang berbeda.

2.2.2 Bentuk dan kegunaan keramik Plered pra kemerdekaan
Dijaman pra kemerdekaan lebih jauh kita tarik mulai sekitar tahun 1795-1940. Sekitar tahun 1795 di Plered sudah memproduksi berupa genteng dan batu bata serta gentong dan tempayan sederhana untuk kerperluan rumah tangga. Pada waktu barang yang diproduksi semuanya merupakan barang praktis dan mempunyai nilai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti genteng . Genteng disini digunakan sebagai atap rumah yang semula orang-orang Plered menggunakan injuk, sirap, dan kelapa atau alang-alang sebagai atap dirubah dengan menggunakan genteng. Pengaruh genteng juga sampai ke wilayah Kabupaten Karawang yang dahulu wilayah Purwakarta masih termasuk Kabupaten Karawang. Genteng-genteng itu di buat dengan menggunakan cetakan tradisional. Ada 2 (dua) tempat pembuatan genteng dari tanah liat, yaitu di sekitar Citalang untuk pembuatan genteng dan batu bata, serta disekitar Anjun Panjunan (Panjunan) untuk pembuatan gerabah. Selain memproduksi genteng mereka jiga membuat keramik kasar untuk kebutuhan alat rumah tangga seperti kendi dan tempayan sampai Plered dianggap resmi sekitar tahun 1904 dengan para tokohnya kala itu adalah Ki Dasjan, Sarkun, Aspi, dan Entas. Kendi disini mempunyai nilai praktis, orang tua jaman dulu, kendi digunakan sebagai tempat air minum dan sebagai alat yang digunakan dalam berbagai kegiatan upacara, seperti upacara pernikahan, upacara kelahiran bayi sampai uapacara penguburan orang yang meninggal. Kendi merupakan jenis gerabah yang memerlukan daya pembakaran sekitar 700ºC seperti kendi kerdil.



Gambar 2.1 Gerabah berbentuk kendi

Gambar 2.2 Gerabah berbentuk genteng hasil produksi citeko plered Purwakarta





Gambar 2.3 Gerabah berbentuk tempayan
Mulai tahun 1934, produk gerabah yang diglasir di Plered menjadi Industri rumah tangga. Pada tahun tersebut, terdapat perusahaan Belanda yang membuka pabrik glasir bernama Hendrik De Boa di Warung Kondang, Plered. Luas Pabrik tersebut mencapai 0,5 ha.

2.2.3 Bentuk dan jenis keramik Plered (1945-1980)
Sekitar tahun 1945 revolusi dalam segi bentuk keramik sangat terlihat yang semula hanya memproduksi jenis gerabah yang berbentuk kendi, tempayan, genteng kini berubah kearah keramik yang agak halus dangan cara diglasir yang pembakaran sampai 1000ºC. Selain itu juga barang yang dihasilkan bukan saja barang yang mempunyai kegunaan praktis seperti alat-alat rumah tangga tetapi mulai mengarah keramik yang mempunyai nilai seni (arsistik). Adapun jenis keramik yang di produksi seperti aneka guci, aneka pot kembang, aneka pas bunga, aneka cendramata, dan celengan. Para pengusaha keramik memproduksi keramik sesuai dengan ramainya pasar seperti pada tahun 1980-an yang ramai dipasaran ialah pas bunga, dan pot kembang ini ramainya sampai tahun 2000-an. Pada priode 1970-1980-an ini jenis gerabah sempat di exsis kembali seperti celengan, dan sampai sekarang sebenarnya masih produksi oleh sebagian pengrajin. Adapun pemasaran gerabah hanya untuk pasaran lokal saja tidak menembus pasaran mancanegara. Mulai tahun 1980- sekarang para pengrajin kebanyakan lebih ke interior .



Gambar.2.4 Guci

Gambar. 2.5 Pot kembang


Gambar.2.6 Celengan

Gambar.2.7 cendramata dari keramik



Gambar 2.9 Keramik yang di Glasir
Dengan teknologi yang makin tinggi dan kebutuhan yang kian aneka ragam, keramik yang semula merupakan barang yang kurang berharga dapat ditingkatkan nilainya. Lebih-lebih setelah banyak dipergunakan glasir yang memberi kekuatan dan keindahan pada keramik sehingga menambah daya tarik tersendiri dan memberikan nilai keindahan yang dapat menarik perhatian pembeli. Barang-barang yang diwujudkan secara modern dari keramik antara lain: Porselin berupa tegel untuk lantai sehingga nampak lebih bagus dan bersih. Melui penyuluhan yang lebih ilmiah dari pusat kermaik Bandung, industri keramik Plered mulai memperoleh kemajuan baik dalam segi teknik, model, maupun kwalitasnya sehingga pasarannya dapat meningkat. Wujudnya antara lain anjing, ikan, manusia yang sudah mempergunakan aneka warna, keramik tradisional seperti celengan yang berbentuk celeng (babi hutan) praktis mempunyai pasaran. Dengan adanya penyuluhan dari pusat keramik Bandung sentra industri keramik tidaklagi memproduksi keramik yang monoton (hanya guci, celengan, dan pot bunga), kini perajin mulai memproduksi bermacam interior rumah tangga, seperti cangkir dan vas bunga kontemporer. Beberapa perajin gerabah juga sudah bisa membuat penyaring air dari gerabah. Menurut H. Nana, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal, Kabupaten Purwakarta, sejak dulu, perajin gerabah Plered memang lemah dalam disain produk. Mereka sulit menginovasi bentuk dan memadukan warna-warna yang menarik. Untuk itu, pemerintah turun tangan memberikan penyuluhan, misalnya dengan mendatangkan ahli keramik dari Fakultas Seni Rupa, Institut Teknologi Bandung (ITB), sejak tiga tahun silam. Kini, hasilnya kelihatan. Industri gerabah Plered sebagai salah satu komponen industri rumah tangga perlu terus dikembangkan secara optimal karena industri ini berpotensi besar mendukung ekonomi daerahnya dimasa datang. Industri gerabah Plered telah membuktikan tetap bisa bertahan di tengah badai krisis ekonomi yang menimpanya .

2.3. Desa Anjun sebagai sentra Industri keramik Plered
Anjun merupakan salah satu nama desa yang berada diwilayah kecamatan Plered ±13 km dari kota Purwakarta.Desa Anjun sendiri terdiri 4 (empat) RW, 2 (dua) Dusun, dan 19 (sembilan belas) RT. Desa Anjun sebelah utara berbatas dengan dengan desa Cianting, sebelah selatan berbatasan dengan desa Babakan Sari, sebelah Timur berbatasan dengan desa Babakan sari dan desa Cianting, dan sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Plered. Desa Anjun merupakan pusat Sentra Industri keramik Plered, disinilah pengrajin memproduksi keramik itu. Nama Anjun ini sudah terkenal sebagai pusat kerajinan keramik di Plered sejak ratusan ratusan tahun silam. Nama Anjun sendiri berasal dari kata “Panjunan” yang berarti tempat membuat barang-barang dari tanah liat yang disebut gerabah. Di daerah Panjunan, Plered, penduduknya sudah membuat gerabah dan tanah liatnya yang diambil dari Citalang dan Citeko. Sebenarnya bukan desa Anjun saja yang mempunyai industri keramik tetapi masih ada desa lain di Plered seperti desa Pamoyanan dan Citeko. Tetapi di desa Anjun lebih banyak pengrajinnya dibandingkan dengan desa-desa lain Di Desa Anjun ada 264 unit usaha kecil pengrajin gerabah yang mampu menampung sekitar 3.000 tenaga kerja dan eksis memproduksi memproduksi berbagai model gerabah. Tidak hanya perlengkapan rumah tangga, aneka produk gerabah seni juga mudah ditemukan di kecamatan yang pada akhir 2005 berpenduduk 54,337 jiwa ini.
Kegiatan mengolah tanah liat menjadi gerabah diperkirakan sudah dimulai warga Plered sejak 1904. Kegiatan tersebut diwariskan secara turun-menurun. Tak heran jika pembuatan gerabah sudah menjadi nafas hidup mereka berhari-hari. Awalnya, mereka membuat gerabah untuk memenuhi kebutuhan perkakas rumah tangga. Tetapi, perkembangan kemudian menunjuk bahwa produk kerajinan tangan tersebut mampu menjadi sumber pendapatan tersendiri bagi masyarakat.
Kini masyarakat Plered, khusnya warga Desa Anjun, mengibaratkan gerabah sebagai nasi kenyataannya mereka tidak bisa hidup tanpa kehadirannya. Sekitar 300 orang menjadi pengrajin gerabah disana. Kapasitas produksi setipa tahunnya rata-rata 7,2 juta gerabah dengan total nilai produksi Rp 17,5, miliar. Sekita Rp9,5 miliarya dengan datang daiu pasar ekspor . Gerabah memang membawa berkah bagi warga Desa Anjun dan masyrakat sekitarnya

















BAB III
DINAMIKA INDUSTRI KERAMIK PLERED ( 1945-2007)

3.1. Industri Keramik Plered (1945-1980)
Pada jaman penjajahan Jepang, rakyat Plered sangat menderita seperti halnya ditempat-tempat lain di Indonesia. Rakyat Plered juga harus bekerja sebagai Romusa, bekerja di markas Jepang yang letaknya di kaki Gunung Cupu dan Ciganea untuk membuat gua pertahanan tentara Jepang. Di Plered, pabrik Hendrik De Boa dikuasai oleh Jepang dan namanya diganti jadi Toki Kojo, sehingga perusahaan tersebut tetap berjalan dengan baik. Pada masa kemerdekaan, banyak tukang gerabah ikut maju ke front peperangan dan turut dalam pasukan rakyat di barisan Banteng di Hisbullah menyerbu ke front Padalarang, Tagog Apu atau Front Warung Jeruk. Dengan demikian, produksi gerabah dan keramik di Plered nyaris terhenti sama sekali. Setelah penyerahan kedaulatan tanggal 29 Desember 1945, keadaan di Plered berangsur baik, sehingga produksi gerabah dan keramik mulai bangkit lagi .
Pada tahun 1950, Bung Hatta membuka resmi induk Keramik atas prakarsa tokoh pengrajin keramik Plered, seperti Darma Kapal, Abdul Gani, Soleh, dan Suharno. Induk keramik Plered yang berfungsi sebagai lembaga sarana peningkatan dan pengembangan usaha keramik yang gedungnya dekat gonggo sebetulnya didirikan dalam rangka membantu para pengrajin pada waktu itu. Dengan adanya Induk Keramik, maka Mesin-mesin untuk menghaluskan tanah liat buatan Jerman dikirm langsung dari Jakarta. Induk Keramik yang berada di bawah binaan Dinas Perindustrian Jawa Barat memiliki tingkat produksi yang tinggi. Di samping memproduksi sendiri, Induk keramik juga membimbing industri rumah tangga mulai dari aspek desain, bahan baku, sampai permodalan. Induk Kerami pernah jaya dan gemilang dalam sejarah perkeramikan di Plered pada saat:
1. Pembuatan gentong dan jolang besar berukuran tinggi 170 cm dan diameter 150 cm yang dibuat dalam menghadapi Ganefo ( Game of The New Emerging Force) pada tanggal 10 November 1963. Gentong dan jolang tersebut menghiasi Senayan, Istana Bogor dan Cipanas
2. Pembangunan Masjid Istiqlal, dimana badan dan menaranya terbuat dari bata merah kecil yang diproduksi oleh induk keramik, karena tanah liat Plered memiliki sifat yang sangat lengket dan padat sehingga baik untuk pembangunan
Sayang sekali, Induk Keramik hanya bertahan 5 tahun, setelah itu bangkrut karena kesalahn manajemen. Pabrik Hendrik De Boa yang kemudian dikuasi oleh Dinas Perindustrian Jawa Barat juga harus bubar karena keslahan manajemen pula. Pada tahun 1975, pernah berdiri PT.Abubakar yang merupakan anak asuh dari Pabrik Semen Cibinong. Perusahaan ini sempat melakukan ekspor, tapi pada tahun 1990 mengalami kebangkrutan
Pada tahun 1975 juga, seorang putra Plered bernama Suratani yang pernah bekerja di Taman Impian Jaya Ancol di bagian Keramik, mengadakan pembaharuan. Umumnya, untuk membuat keramik yang indah, gerabah atau biskuitan dari tanah liat harus dibakar 2 (dua) kali. Gagasan yang diusulkan oleh Suratani adalah proses pembakaran gerabah atau bikuitan dari tanah liat tersebut cukup dilakukan sekali saja, kemudian dicat atau dipernis, lalu digosok dengan sikat agar menjadi mengkilat dan tampak indah. Karena gagasan tersebut, banyak produk yang dihasilkan oleh Suratani yang digemari oleh pasar luar negeri, sehingga tiap bulan bisa mengekspor 2-3 kontainer. Gagasan tersebut membuahkan Piala Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 1985.
Pada tahun 1950-an gerabah dibikin dan diproduksi secara sederhana. Proses ini berlangsung hingga tahun 1960. Pada sekitar tahun 1950-1970 pengrajin ada sekitar 20 orang dengan memperkerjakan 3-5 orang per pengrajin Gerabah Plered pada periode itu sangat popular sekali sehingga orang mendengar kata keramik langsung berpikir sentra industri keramik. Tahun 1965 perkembangan khususnya keramik porselen dan gerabah Plered mengalami penurunan baik secara kualitas maupun kuantitas penyebabnya karena membanjirnya produk sejenis yang terbuat dari plastik. Dengan menurunya keramik Plered, maka Pemda TK. II Purwakarta pada saat itu bersama-sama dengan perindustrian, Koprasi dan Balai Penelitian Keramik (sekarang Balai Besar Keramik) pada tahun 1974 membentuk Badan Musyawarah Keramik Plered. Pada tahun 1976 BIPIK Departeman Perindustrian mendirikan Unit Percontohan yang berfungsi sebagai tempat membina para pengrajin keramik Plered yang dikelola oleh Balai Besar Keramik Bandung. Tahun 1978 berdiri Koprasi Perajin Keramik Plered yang diberi nama Koprasi BUMI KARYA dengan nomor Badan Hukum 5292/BH/DK-10/78 tanggal 3 Juli 1978. Selang satu tahun sekitar tahun 1979/1980 Departemen Perindustrian melalui proyek BIPIK Jawa Barat mendirikan Pusat Pelayanan Teknis (PPT) dan mulai beroprasi pada tanggal 8 Juli 1981.

3.2 Industri Keramik Plered (1980-2008)
Pada priode tahun 1970-1979 industri keramik Plered sempat melorot dan baru bangkit kembali pada tahun 80-an walaupun barang yang diproduksi jumlahnya kecil. Para pengrajin membuat gerabah hanya untuk keperluan kebutuhan ekonomi rumah tangga saja dan bukan keramik yang bersifat keutuhan seni semata. Jenis gerabah yang diproduksi pun hanya terdiri atas beberapa jenis produk, seperti guci, pot bunga, dan celengan. Ketiga jenis produk ini sekaligus merupakan ikon gerabah Plered pada waktu itu. Tahun 1985 Industri Kecil Keramik Plered mulai menggeliat lagi dengan gerabahnya yang meningkat dalam segi kualitas dan kuantitasnya selain itu juga industri kerajinan keramik Plered memproduksi juga keramik hias hal ini menjadikan industri keramik Plered dianugrahi pengharagaan dari PBB dan Presiden. Tetapi pada tahun 1990-an para pengrajin merasakan menurunya angka pesanan produk kerajinan khas Plered ini sehingga berdampak kepada karyawan, tak jarang para pengrajin pada waktu itu merumahkan para karyawannya, hal ini dirasakan oleh Ajang Udung (39), salah seorang pengrajin. Eman Sulaiman (39), perajin lainnya menyebutkan pada tahun 1985-2000-an ada saja bule yang datang ke kampung mereka. Pulangnya, para bule itu memesan satu-dua kontainer keramik.” Biar pun cuma satu kontainer, hasilnya masih lumayan,” tuturnya.
Sejak Bergulirnya otonomi daerah , pada tahun 2002 Pemermintah Kabupaten Purwakarta membuat kebijakan di lingkungan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal melalui SK Bupati dengan berdirinya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Litbang Keramik. Adapun tugas pokok dan fungsinya melakukan dan melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Keramik yang ada diwilayah kerja Kabupaten Purwakarta, meliputi penelitian dan pengembangan Teknologi, desain dan Pemasaran. Pada tahun 2003 yang sama pula dilakukan oleh dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat mendirikan Unit Instalasi Pengembangan Perindustrian di Bekas Gedung UPT Jl. Lio Anjun, Plered. Selain upaya di atas UPTD litbang Keramik Plered membentuk Pokja Klaster Industri Kerajinan Gerabah / keramik Hias Plered- Purwakarta. Pembentukan Klaster ini sebenarnya di bentuk pada acara FGD (Focus Group Discussion) Diagnosis Klaster Industri Gerabah/ Keramik Hias Plered di Hotel Intan Purwakarta pada tanggal 17 Oktober 2006, dimana pada waktu itu baru sampai pada penetapan visi, misi dan pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) yang pengurusanya adalah :
Ketua : H. Eman Sulaeman, SPd
Wakil Ketua : Wawan Setiawan
Sekretaris : Ahmad Nizar SPd
Namun secara resmi pembentukan Klaster tersebut ditetapkan sejak dideklarasikan pada tangga 11 Desember 2007. Pokja Klaster sendiri mempunyai Visi yaitu menjadi klaster industri keramik Pleres sebagai produk unggulan Kabupaten Purwakarta yang berdaya saing di pasar global. Adapun misi dari Pokja Klaster itu sendiri yaitu, pertama meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk industri kerajinan gerabah /keramik hias; kedua, meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar elemen pelaku usaha dan instansi/ lembaga yang berkaitan dengan pengembangan industri kerajinan gerabah/keramik hias; ketiga, meningkatkan promosi produk industri kerajinan gerabah/ keramik hias Plered secara lebih intensif. Adapun tugas pokok dari pokja Klaster itu sendiri yaitu menjembatani masyrakat pengrajin dengan instansi pemermintahan yang terkait, dan dengan pengguna (buyer), dengan adanya Pokja Klaster ini diharapkan bisa meningkatkan kwalitas keramik dan bisa bersaing dengan produk keramik dari daerah lain di pasaran lokal dan internasional. Untuk memperlancar pencapaian itu maka dibentuk koordinator-kordinator yang menangani masing-masing sektor, seperti kordinator yang khusus menangani bahan baku, ada juga kordinator yang menangani pengguna dan lain sebagainya. Adapaun kerja kordinator-kordinator itu diawasi langsung oleh ketua pokja Klaster.
Untuk lebih jelas bagaimana perkembangan Industri keramik Plered, disini dicantumkan data industri keramik Plered
1. Data Keramik Hias Plered Tahun 2003/2004/2005
Jumlah Unit Usaha : 264 Unit
Jumlah Tenaga Kerja
Jenis Produksi/ tahun


Pasar Lokal


Kapasitas Produksi/tahun
Nilai Produksi
Nilai Ekspor tahun 2005
Negara Tujuan Ekspor :
:


:


:
:
:
: 3.000 orang
Aneka Keramik Hias dan Pakani (Vase, Pot, Guci, Tungku Keramik, Celengan, Meja Kursi dll)
Ibu Kota Jakarta, P. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, Kalimtan, Sulawesi, Maluku Utara
7.200.000 buah
Rp. 17.500.000,00
Rp. 9.500.000,00
Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Amerika, Latin, Australia, New Zealand, Perancis, Korea, Taiwan, Jepang, Saudi Arabia, Uni Emirat dan manca Negara lainnya.
2. Data Keramik Bata dan Genteng Plered tahun 2000.
Jumlah Unit Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
Jenis Produk
Nilai Investasi
Nilai Produksi :
:
:
:
: 250 Unit
16.850 Orang
Genteng, Bata, Keramik beton, Roster
Rp. 5.674.000.000,00
Rp. 44.908.000.000,00


3. Data dari Departemen Perindustrian RI Th.2005 tentang Industri Keramik Hias/Gerabah di Indonesia
Jumlah Perusahaan
Kapasitas
Nilai Produksi
Utilisasi
Ekspor
Impor
Jumlah Tenaga Kerja :
:
:
:
:
:
:
08.094 (UU)
37.523.000 Ton
Rp.787.696.000,00
60-70%
US $ 14.098.348
US $ 2.419.977
125.946 Orang

Potensi Usaha
Dari setiap pameran keramik yang diselenggarakan baik untuk ekspor maupun pameran untuk pasar local menunjukan banyakya permintaan (peminat) yang berkunjung ke stand pameran Galeri Keramik Plered karena tampilan produk keramik Plered punya keunikan dan keunggulan karekter desain, bentuk, warna serta tekstur yang memikat
Keunggulan Kompetitif Keramik Plered
1. Pemahaman tarhadap konsep dan desain yang kuat;
2. Tim inti, terdiri dari manajemen yang terus dikembangkan dengan disain bentuk, tekstur dan warna yang menarik;
3. Perencanaan produk yang terus dikembangkan dengan disain bentuk, tektur dan warna yang menarik;
4. Penguasaan teknologi produksi sehingga mampu menghasilkan produk berkualitas yang mempunyai daya saing tinggi.

Prospek Pengembangan Usaha
Beberapa prospek pengembangan usaha untuk meraih pasar yang lebih besar, diantaranya:
1. Pengembangan produk keramik yang dihasilkan dengan bahan baku tanah liat earthenware memerlukan investasi peralatan mesin pada masa yang akan datang, selain tingkat produktivitas yang tinggi, kerajinan-kerajinan keramik hias ini diharapkan dapat dijual dengan harga terjangkau dan mutu terjamin sehingga bisa bersaing dipasaran.
2. Pengembangan produk-peroduk lain dengan nuansa desain yang mempunyai trend pasar.
Aspek Pasar
Dari kecilnya nilai penjualan keramik. Plered pada saat, untuk masa mendatang peluang pasar masih terbuka lebar dan potensial baik untuk pasar Domentik mapun pasar ekspor. Secara umum wilayah pemasaran dapat dikelompokan berdasarkan peta pasar seperti berikut ini:
 Indonesia merupakan pasar dalam negeri yang sangat potensial dengan kehidupan budaya masyarakatnya yang menyayangi berbagai bentuk kerajinan cendramata. Meskipun daya daya beli masyarakat Indonesia terbilang rendah, tetapi dari segi sebaran jumlah penduduknya yang banyak menjadi pasar potensial untuk menyerap kerajinan keramik Plered, terutama untuk daerah ibukota Jakarta dan Jawa Barat sekitarnya, daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi serta Maluki Utara. Jenis produk keramik yang disenangi terutama bentuk desain yang fungsional seperti vase/pot bunga dan warna body mengkilap warna-warni penuh ornament.
 NEGARA ASIA, selain Indonesia negara Malaysia, Singapura, Uni Emirat Arab dan Brunai Darusalam mempunyai jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit dibanding Indonesia, akan tetapi mempunyai daya beli yang tinggi (pendapatan perkapitanya lebih tinggi). Jenis produk keramik yang disenangi terutama bentuk disain yang fungsional dan warna body keramik mengkilap dan warna –warni penuh ornament.
 NEGARA EROPA, selama ini daerah pemasaran yang sangat potensial untuk pasar ekspor, karena penduduknya relative maju dan sangat menyenangi art (seni) tinggi. Jenis produk keramik yang disenangi terutama bentuk disain antic dan klasik cendrung bentuk-bentuk yang minimalis eklektis
 AUSTRALIA DAN SELANDIA BARU, selama ini juga termasuk daerah pemasaran yan sangat baik untuk pasar ekspor, karena penduduknya relatif maju dan sangat menyenangi art (seni) tinggi. Jenis produk keramik yang disenangi terutamaw bentuk desain antic beronamen minimalis dan warna lebih ke Natural Antik.
 AMERIKA SERIKAT, AMERIKA LATIN, merupakan daerah pemasaran yang sangat potensial sekali untuk pasar ekspor, karena penduduknya relative maju dan sangat menyenangi art (seni) tinggi.

Permintaan dan Pangsa Pasar
Ditinjau dari jumlah penduduk, daya beli dan minat konsumen tarhadap produk-produk kerajinan keramik tembikar/gerabah serta estimasi pertumbuhan pasar, nilia permintaan pasar baik lokal maupun ekspor, diperkirakan nilai permintaan yang dapat dipenuhi oleh pengrajin keramik Plered max. 25% dari total permintaan pasar (baik local maupun ekspor). Krisis ekonomi global sekarang ini sangat mempengaruhi permintaan baik permintaan dari dalam negeri dan luar negeri karena daya beli masyarakat menurun. Menurunnya permintaan ini sangat dirasakan sekali oleh para pengrajin, oleh karena itu tak ayal banyak pengrajin banting setir menjajaki usaha lain.Tutur “H.Eman”(Ketua Pokja Klaster)
Fasilitas Produksi dan Pemasaran
Kondisi saat ini fasilitas produksi Keramik Plered yang berlokasi di wilayah Plered Kabupaten purwakarta dan Galeri UPTD Litbang Keramik Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kab. Purwakarta, Jl. Raya Anjun No 12 B Gunung Cupu Plered Purwakarta Jawa-Barat jauh memadai, apalagi dari sebagian masyarakat pengrajin keramik pada umumnya sarana prasarana produksinya haya bersifat tradisonal saja.

Kapasitas dan Hambatan Kerajinan Keramik Plered
Kapasitas produksi keramik Plered masih jauh dari permintaan pasar yang ada. Permintaan lokal yang desain dan karakter warna yang cukup baik dan diterima di pasaaran belum bisa memadai. Untuk memenuhi proyeksi penjualan produksi keramik yang lebih modern dan tepat guna. Hal ini untuk menghindari persaingan pasar yang tidak sehat. Hasil produksi kerajinan keramik Plered juga selain diminati oleh pasar local juga banyak diminati oleh berbagai Negara

Hambatan Produksi
Dalam pengembangan prosuk kerajianan keramik Plered terdapat bebrapa permasalahan produksi yang dihadapi:
1. Kenaikan harga terutama BBM sebagai salah sawtu komponen utama dalam proses produksi keramik menyebabkan produktiviatas menjadi terhambat dan tingginya harga pokok produksi sehingga menyulitkan dalam penyediaan modal kerja:
2. Rendahnya kapasitas prosuksi yang disebabkan kurangnya peralatan produksi yang baik dan standar, terutama di dalam proses desain dan pembentukan, maka pekerjaan bisa dilakukan makasimal;
3. Rendahnya pemahaman pengrajin terhadap perlakukan metodologi dan teknologi proses pembuatan keramik yang benar, sihingga produksi kurang standar, baik mutu, bentuk, serta ukuran;
4. Pengetahuan dan belum ada unit/lembaga penyedia bahan baku siap pakai yang standar
5. Pengembangan desain yang berorientasi pasar masih lemah karena kurangnya mpengetahuan dan terbatasnya informasi pasar;
6. Terbatasnya kemampuan melakukan promosi dan pemasaran secara mandiri.
7. Terbatasnya kemampuan pengrajin masih sangat dasar yang diperoleh secara turun-temurun (relatife kurang kreatif)
8. Proses produksi dan finishing masih lemah baik manajemen maupun teknologinya
9. Diversifikasi produk belum berkembang (stereotif) sehingga pesanan keramik cendrung hanya berdasarkan job order dengan desain yang sudah ditentukan dengan nilai keuntungan rendah.
10. Tingkat pengetahuan masyarakat pengrajin masih rendah , karena rendahnya tingkat pendidikan yang diselesaikan umumnya hanya sampai Sekolah Dasar.
Yang menjadi hambatan produk kerajinan keramik Plered adalah masalah standarisasi mutu produk dan penetapan harga yang belum jelas dari segi nilai Harga Pokok Produksi. Sehingga penetapan harga yang masih berubah-ubah, untuk manajeman kerajinan keramik Plered harus dibuat perubahan jelas dan terinci.
BAB IV
PENGARUH INDUSTRI KERAMIK KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

4.1 Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat sekitar Sentra Industri Keramik Plered
Kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi geogerafis wilayahnya. Kondisi geografis itu sangat menentukan karekter mental suatu komunitas masyarakat. Selain itu, kondisi geogerafis juga menentukan masyarakat suatu wilayah tertentu untuk bisa berkomunikasi dengan masyarakat wilayah lain dalam rangka bersosialisasi baik itu untuk berkegiatan perekonomian masyarakat ataupun kegiatannya yang lain. Wilayah Plered merupakan wilayah yang bisa dianggap strategis karena letaknya bisa diakses dengan mudah. Letak wilayah Plered yang mudah diakses itu, setidaknya memberikan keuntungan bagi kegiatan perkonomian masyarakat yang kebanyakan bergelut sebagai pengrajin keramik yang bersifat industri rumah tangga (home Industry). Sejak dulu masyarakat Plered bergelut dengan kerajinan keramiknya dan masih bertahan samapai sekarang. Sejak awal abad 20 ada sekitar 10 pengrajin keramik yang memproduksi sendiri tanpa melibatkan orang lain, dan barang yang diproduksi pun hanya sejenis gerabah yang mempunyai kegunaan sebagai alat rumah tangga. Sekitar tahun 1950-1980-an banyak bermunculan pengusaha keramik yang mendirikan industri keramik yang masih bersifat industri rumahan dan banyak menyerap tanaga kerja masyarakat sekitar. Pada periode itu pula banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh pembuat keramik dan itu berlangsung sampai akhir abad 20. Apalagi sekitar tahun 1985-1990 banyak permintaan dari pasaran lokal dan pasaran internasional sehingga para pengusaha pada waktu kebanjiran order dan untuk memenuhi permintaan pasar, para pengusaha mempercepet proses produksi dengan cara menambah tenaga kerja. Kegiatan penjualan keramik sebagai barang ekspor sangat menguntungkan para pengusaha keramik sehingga pendapatan pengusaha semakin besar dan bisa membayar pekerjanya dengan upah yang lebih besar juga. Seiring adanya krisis ekonomi tahun 1998 banyak pengusaha keramik yang gulung tikar dan beralih usaha ke usaha yang lain, otomatis hal ini sangat berpengaruh kepada tenaga buruh yang ada, sehingga pada waktu itu, banyak buruh yang dirumahkan dan akhirnya kehilangan mata pencaharian. Sangat tidak heran sekali kurun waktu itu banyak pengangguran di wilayah itu. Seiring berjalannya waktu sekitar 2002 banyak pengusaha yang bangkit kembali untuk mencoba keberuntungan dari usaha keramik ini dan ternyata pasar ramai kembali, dan pada waktu banyak masyarakat sekitar yang dipekerjakan kembali untuk kegiatan pembuatan keramik. Hal ini dirasakan hampir oleh setiap pengusaha keramik di Plered khususnya di wilayah desa Anjun. Tidak heran banyak pengusaha keramik yang bisa naik haji dan mempunyai rumah dan kendaraan yang mewah dari hasil penjualan keramik. Salain itu juga semakin banyak pengusaha yang mempunyai showroom untuk memajangkan hasil kerajinan buatannya, tidak seperti dulu, pengrajin hanya punya tempat untuk memproduksi saja dan tidak mempunyai tempat untuk menjualnya dan mereka dulu itu seku menjual kerajinan kepada orang yang mempunyai showroom Tetapi sejalan dengan itu para pengusaha lagi-lagi dihadapkan dengan adanya krisis global yang sedang booming di saentero dunia, tak ayal pengusaha terancam bangkrut karena daya beli pasaran lokal dan luarnegeri sedang menurun dan lagi-lagi hal ini akan berdampak pada kegiatan perokonomian masyarakat yang notabene bergantung pada industri ini. Oleh karena itu, Dinas Desperindag Kab. Purwakarta dengan UPTD Litbanganya bekerja sama dengan POKJA Klaster sedang menyiasati agar krisis ini tidak begitu berpengaruh besar terhadap keberlangsungan produksi keramik Plered ini. Krisis ini merupakan pukulan besar bagi setiap pengusaha keramik karena pasaran Internasional melemah sehingga berbuntut pada kurangnya permintaan.







BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Keberadaan sentra Industri Keramik merupakan warisan nenek moyang yang tradisinya sudah dilakukan secara turun menurun dan eksistensinya masih bisa terlihat sampai sekarang. Dengan perjalanannya yang panjang itu, maka dapat kita lihat bagaimana dinamikanya sehingga eksis sampai sekarang ini. Sebetulnya dengan melehat seperti itu maka yang diperlukan suatu perbaikan dan segala sisi baik dari segi kwalitas, kuantitas, manajemen pemasaran sehingga keramik Plered bisa unggul dibandingkan dengan keramik yang lainnya. Oleh karena itu jalan yang diambil oleh dinas terkait sudah betul, hanya saja tinggal bagaimana para pengrajin benar-benar bisa bekerjasama. Para pengrajin keramik bisa eksis sampai sekarang karena para pengrajin bisa melihat pasar dengan baik sehingga bisa memanfaat setiap pasar yang ada bahkan karena keuletan pengrajin maka mereka bisa melihat pasaran internasional yang sangat menjajikan. Disisi lain produksi keramik Plered banyak kekurangannya dan ini bisa disiasati dengan adanya penggunaan –penggunan teknologi yang bisa mempercepat proses produksi. Sebenarnya teknologi itulah yang sedang diperlukan para pengrajin seperti teknologi pembakaran karena Plered sangat terkenal dengan proses produksinya yang lambat, tetapi dari segi kwalitas unggul dari yang lain. Ini sudah terjadi dari awal-awal bahwasannya sentra industri keramik Plered lambat dalam memperoduksi barang . Dengan adanya pengggunaan teknologi dalam proses memproduksi keramik sentra industri keramik Plered bisa memproduksi barang yang banyak dengan waktu yang cepat sehingga bisa memenuhi permintaan baik pasaran lokal dan pasaran luar negeri. Bukan hal itu saja masyarakat sekitar juga diharapkan dilibatkan lebih aktif dalan kegiatan produksi. Apa yang dirasakan masyrakat sebetulnya ialah kurangnya kesadaran pengusaha keramik melibatkan mereka, kebanyakan pengusaha keramik memperkerjakan dari luar desa, sehingga menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat sekitar karena dianggap kurang diperdayakan padahal masyarakat perlu dilibatkan karena mereka juga butuh perkerjaan itu. Sebenarnya upaya pemerintah melalui dinas perindustrian di wilayah kabupaten Purwakarta banyak sekali untuk pengembangan produksi yang dihasilkan sentra industri kermik Plered supaya dalam segi kwalitas semakin di depan dan dalam proses produksi semakin cepat.

5.2 Saran
Upaya –upaya yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan pasar keramik Plered, diantaranya yaitu :
1. Perbaikan dan panambahan sarana prasarana pendukung produk (Teknologi. Manajeman, Diversifikasi Produk);
2. Sarana teknologi informasi (internet ) untnuk promosi dan pemasaran yang cepat dan tepat’
3. Penataan galeri dan sarana penunjang harus baik dan menarik;
4. Promosi melalui pameran yang bonafide/refresentatif secara periodic harus dilakukan setiap tahunnya, supaya brand image keramik Plered tetap terjaga dan tetap eksis di percaturan industri kermik Indonesia;
5. Peningkatan wawasan dan keterampilan SDM pengrajin harus selalu dilakukan melalui workshop, pelatihan, pemagangan dan study banding;
6. Kemampuan organisasi dan manajemen usaha para pengrajin serta sikap wirausaha yang baik perlu ditingkatkan supaya generari penerus bisa tercipta dan usaha keramik ini tetap berkesinambungan;












DAFTAR SUMBER

Daftar sumber lisan
1. Nama : H. Eman Sulaeman
Tempat tanggal lahir : Purwakrta, 10 Maret 1969
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wirausaha (pengusaha kermaik)
Jabatan : Ketua Pokja Klaster industri Keramik Plered
2. Nama : Ahmad Nizar
Tempat tanggal lahir : Purwakarta,
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Kepala UPTD Litbang Keramik Plered
3. Nama : Hasan
Tempat tanggal lahir : Purwakarta 26 November 1953
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Kepala Desa Anjun Kec. Purwakarta Kab. Purwakarta
4. Nama : Jujun Junaedi
Tempat tanggal lahir : Purwakarta, 10 Juni 1975
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Staf UPTD Litbang Keramik Plered
4. Nama : Ade Subarna
Tempat tanggal lahir : Purwakarta, 10 Desember 1964
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh pengrajin
5. Nama : Ujang Karim
Tempat tanggal lahir :Purwakarta, 22 Juli 1988
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh pengrajin



Daftar Sumber Buku
Haryani, Elis.1989. Analisi Afesiliansi Penggunaan Faktor Produksi Keramik Luas.Semarang. Dahara Prize
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yoyakarta: Bentang
Lubis, Nina. 2008. Metode Sejarah. Bandung : Satya Historika
Maskun, Masnipal,dkk.1998 Apa dan Bagaimana Jabar.Bandung. Yayasan Siger Tengah
Ratnasari, Eneng Dewi.2006. Perkembangan Industri Keramik Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 1975-1986. Bandung . Universitas Pnedidikan Indonesia
Soegondho, Santoso.1995. Tradisi gerabah di Indonesia. Jakarta : Himpunan Keramik Indonesia
Pameran Bentara Budaya Jakarta.1996. Pesona Keramik Lio sandang. Jakarta:
Widyosiswoyo, Supartono. 2002. Sejarah Seni Rupa Indonesia.Jakarta : UI

Sumber Majalah
Beinews. Edisi 33. Tahun V. September- Oktober 2006
Kriya Indonesian Craft. No. 12. 2008





Sumber Internet
http:/digilib.upi.edu/pasca/available/index.php/record/view/5432
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0507/29/otomoti/1934988.htm--
http:/id.wikipedia.org/wiki/Kategori: Plered. Purwakarta”
hhtp://www. Purwakarta.go.id/siaran_pers.php?beritaID=152—
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/usaha/2004/0717/ukm1.html
http://perpushalwany. Blogspot.com/2008/04/keramik-banten-tempo doeloe.html—
hhtp://www.jawatengah.go.id/framer.php?SUB=unggulan&DATA=keramik--
http://www.wartakota.co.id/index.php?option=com_content&task+view&id=9444--
http://.purwakarta.go.id/Pariwisata.php?aksi=budaya---
















LAMPIRAN


Lampiran 1


Lampiran 2






Lampiran 3





Lampiran 4






Lampiran 5