Sabtu, 04 Desember 2010

KHALIFAH ABBASIAH Oleh Deden Wahyudin S.S

Secara konsep kekuasaan islam harus di pegang tersepusat oleh seorang khilafah, tetapi dalam implementasinya banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dimana-mana. Dalam fakta sejarah mengatakan, bahwa pasca kekuasaan Bani Abbasyiah banyak sekali pertentangan-pertentangan dari dinasti-dinasti kecil yang nota bene ingin independen dari kekuasaan khalifah Bani Abbasyiah. Khalifah Bani Abbasyah dalam kekuasaannya lebih menitikberatkan kepada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam dari persoalan politik itu, propinsi-propinsi di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari cara : pertama, seorang pemimpin local memimpin suatu pemberontakan dan berhasil mendapat kemerdekaan penuh seperti Daulat Ummayah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua Seorang yang ditunjuk sebagai khalifah, kedudukannya semakin berambah kuat, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Khurusan.

Dalam keadaan kekuasaan Khalifah Bani Abbasyiah sedang mengalami kemunduran , banyak lahir dinasnti-dinasti yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, diantaranya adalah yang berbangsa Persia : Thahiriyyah di Khurusan,Shafariyah di Fars,Samaniyah di Transoxania,Sajiyyah di Azerbaizan,Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad. Yang berbangsa Turkii: Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan,Ghaznawiyah di Afganistan, dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya seperti Seljuk Besar, atau sejuk Seljuk Agung, Seljuk Kirman di Kirman,Seljuk Syiria atau Syam di Syiria, Seljuk Irak dan Kurdistan, Seljuk Rum atau Asia kecil Dia Asia Kecil. Yang berbangsa Kurdi : Al- Barzuqani,Abu Ali,Ayubiyah. Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Maroko, Aglabiyaah di Tunisia, Dulafiyah di Kurdistan, Alawiyah di Tabaristan, Hamdaniyah di Aleppo dan Mauhil, Ukailiyyah di di Maushil,Mazyadiyyah di Hillah, Mirdasiyyah di Aleppo. Adapun yang mengaku dirinya sebagai khilafah: Umawiyah di Spanyol, Fathimiyah di Mesir.

Dari latar belakang dinasti-dinasti itu,nampak jelas adanya persaingan antar bangsa, terutama antara Arab, Persia, Turki. Dosamping latar belakang kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi paham keagamaan, ada juga yang berlatarbelakang syiah, ada yang Sunni,.Persaingan yang dilatar belakangi Syiah dan Sunni, sebenarnya masih bisa dirasakan sampai sekarang ini, seperti perseturuan antara kelompok Syi’ah dan Sunni di negara-negara timur-tengah seperti di Irak, Iran.

Seperti apa yang telah saya dikatakan di awal, bahwa secara konsep kekuasaan islam berada di satu tangan kekuasaan tunggal yaitu di tangan khilafah yang pada waktu kekuasaan ada di tangan khalifah Bani Abbasiyah, tetapi sejarah mengatakan lain , bahwa dalam kekuasaan Bani Abbasiyah sendiri banyak pertentangan dari dinasti-dinasti kecil yang akhirnya memisahkan diri dari kekuasaan Bani Abbasiyah, ini terjadi akibat semakin menurunnya wibawa khalifah Abbasyiah di mata dinasti-dinasti kecil-kecil tersebut. Pertentangan-pertentangan ini terjadi sampai kekuasaan pemerintahan Turki Usmani. Pada waktu dinasti-dinasti kecil tersebut memisahkan diri, kekuasaan Bani Abbasiah belum runtuh dan masih memerintah, tetapi peraturan yang dibuat oleh Banni Abbasiyah tidak di indahkan oleh dinasti-dinasti kecil tersebut. Bila melihat setuasi tersebut , kita bisa menyimpulkan bahwa pada waktu itu masih ada kekuasaan tunggal yaitu kekuasaan Bani Abbasiah, hanya saja dalam kekuasaan tersebut banyak pertentangan dinasti-dinasti kecil. Dalam hal ini sejarah tidak bisa kita jadikan dalil, tetapi tetap bahwa kekuasaan islam tetap tunggal ditangan khilafah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar